"[Name]!"
[Name] tersentak kaget dan kembali menarik tangannya yang tadinya terjulur keatas mencoba meletakkan suratnya disalah satu ranting pohon.
Dengan cepat [Name] menyembunyikan kedua tangannya dibelakang tubuhnya.
"Ah tuan muda, apa yang anda lakukan disini?" Tanya [Name] dengan tenangnya tanpa memperlihatkan sedikit pun rasa gelisahnya.
Akting yang benar-benar sempurna.
Namun sepertinya akting sempurnanya itu tidak dapat mengelabui Tori kali ini.
"J-jangan bilang kau yang selama ini...?" Tori menggantungkan kalimatnya terlalu syok hingga tak dapat melanjutkannya.
[Name] terdiam, senyum yang biasa ia perlihatkan luntur.
Hening sejenak.
Tak ada satu pun dari mereka yang berbicara satu sama lain.
[Name] yang diam tanpa alasan membuat Tori juga ikut diam.
Tak berselang lama, kekehan kecil [Name] memecah keheningan, tangannya yang sedari tadi asik bersembunyi dibalik tubuhnya kini kembali ketempatnya semula.
"Sudah ketahuan yah?"
Iris [Your Eyes Color]nya mengarah ketelapak tangannya yang menggengam sebuah surat.
"Dan ... sepertinya berhutang banyak penjelasan padamu yah," [Name] memiringkan kepalanya dan menyengir lebar.
"Momo."
.
Keheningan kembali melanda.
[Name] dan Tori duduk bersebelahan dengan canggung.
"Jadi... kenapa kau melakukan semua ini?" Tanya Tori memulai pembicaraan.
"Un?" [Name] mengangkat kepalanya dan menoleh,
"A-ah itu... bagaimana yah menjelaskannya..." Jari telunjuknya menggaruk-garuk pelan pipinya.
"Aku melakukan itu karena Momo seperti itu sih..." Gumamnya tidak jelas.
"Seperti itu bagaimana?" Tori menatap [Name] bingung. Sepertinya sekarang Tori dapat lebih santai berbincang dengan [Name].
Walau ia masih merasa sedikit terintimidasi.
"Aku tau, Momo selalu canggung dan merasa takut padaku jadi aku menggunakan cara itu untuk dapat berbincang dengan Momo." Jelas [Name] sambil memain-mainkan jarinya gugup.
'Aku jadi merasa bersalah.'
Tori yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik [Name] hanya bisa tercengang, [Name] yang sekarang ia lihat benar-benar berbeda dengan [Name] yang ia kenal selama ini.
"Kau benar-benar berbeda..." Komentar Tori tanpa sadar.
"Huh? Apanya?" [Name] mengernyitkan kening bingung lalu kemudian mengangguk-angguk mengerti.
"Oh soal itu! Hahaha~" [Name] tertawa dan tersenyum lebar.
"Apa aku terlihat sangat berbeda?"
Tori mengangguk dan [Name] lembali tertawa.
"Mau bagaimana lagi tugasku membuat aku harus bersifat seperti itu hahaha~" Ucapnya.
"Karena tugasku aku jadi tidak dapat berbicara santai seperti ini pada Momo."
Tori hanya diam mendengarkan dan masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
"Eh? Tapi kenapa kau hanya mengirim surat-suratmu pada musim semi saja? Dan juga kenapa suratmu pasti tidak datang lagi saat bunga Sakura mekar." Tanya Tori beruntun.
"Aku sibuk dan untuk pertanyaan kedua, tidak ada alasan untuk itu." Jawab [Name].
"Lalu soal---" [Name] menutup mulut Tori, mencegah ia bertanya lebih banyak lagi.
"Sssttt... sudah, sudah, jangan bertanya lagi. Aku bingung mau menjawab apa."
"... baiklah..."
"... lalu sekarang apa?"
"Kubilang jangan tanya lagi."
"...."
"...."
"Kau punya hubungan apa dengan Yuzuru?"
"Kau---oh, aku sepupunya."
"... itu menjelaskan semuanya."
"...."
"...."
"Hei, mau makan malam diluar?"
.
"Tuan muda..." Panggil Yuzuru pada Tori yang asik berguling-guling dikasur dan berteriak histeris.
"DIA MENGAJAKKU MAKAN MALAM BERSAMA ASJFKLD---"
Fin.
Ia, tamat gitu aja
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Message | Himemiya Tori x Reader
FanfictionHanya tentang sepucuk surat di musim semi FragmentS 2rd Project Cover by @Nikishima_Kumiko