Prolog

6K 347 15
                                    

Pertemuanku dengan gadis kecil keponakan Tommy, membuatku tak bisa fokus. Aku mengiyakan saja semua hasil rapat yang dibacakan Delia, sekretarisku. Aku membawa langkahku segera keluar ruang rapat dan duduk nyaman di kursi kebesaranku. Aku menatap keluar kantor. Berharap sosok itu tertangkap mataku di luar sana.

Pikiranku kembali kebeberapa hari kemarin. Ketika tanpa sengaja aku menemukan gadis itu. Duduk manis dengan tawa cerianya diantara sekian banyak orang. Aku mengenalinya, walaupun sudah hampir dua belas tahun tidak bertemu. Dengan keyakinan aku menghampirinya.

" Livia.." sapaku lirih. Gadis itu menoleh, menatapku dengan mata berbinar. Cantik sekali.

" Uncle Thony.." dia menghampiriku, senyum manis tak pudar dibibirnya.

Aku sesegera mungkin menariknya ke dalam pelukanku. Membagi kehangatan didinginnya cuaca senja. Aku menghirup wangi bunga bunga dari tubuhnya, begitu menggoda. Aku seolah hilang akal dan ini kali pertama aku merasakannya.

Gadis itu tertawa dalam pelukanku. Aku menciumi puncak kepalanya, seperti yang dulu selalu aku lakukan. Dia menikmatinya tanpa ragu. Aku merenggangkan pelukanku dan tanpa ragu aku mencium bibirnya. Ada rasa bahagia tak terkira. Sementara gadis di depanku memandangku takjub.

" Livia...what are you doing?"

Sebuah suara menyadarkanku. Aku menatap seorang pemuda seumuran Livia memandang kami dengan sorot mata tidak suka.

" Aahh...Daniel. ini uncle Anthony, yang sering kuceritakan. Uncle ini Daniel...kekasihku." ucapnya ceria.

Deg..

Aku menatap tajam pemuda yang kini dengan begitu possessif memeluk pinggang gadisku. Dadaku terasa begitu sakit. Rasa kecewa mengguar kepermukaan. Dengan sekali hentakan aku menarik Livia dan membawanya menjejeri langkahku. Pandangan protes terpancar di mata pemuda itu. Dia mengejar kami.

" Masuk." Kataku dengan mendorong lembut Livia untuk masuk ke dalam mobil. Gadis itu menurut. Aku segera duduk di depan kemudi. Pemuda itu berusaha menghalangi tapi aku dengan segera menjalankan mobilku.

" Uncle..kenapa.."

" Diam !!!" Ucapku sedikit keras. Livia menatap tajam diriku. Dahinya berkerut tak mengerti.

" Uncle...Daniel itu.."

" Aku tak peduli siapa dia little girl..I don' t care." Ucapku tegas.

Aku menepikan mobilku dan beralih menatapnya.

" Listen to me girl...you're mine." Ucapku lembut.

Kutatap dalam mata bulat di depanku. Kuusap pipi putih mulusnya. Aku memegang tengkuknya dan mendorongnya lembut. Wajah kami begitu dekat. Tanpa ragu aku mencium bibirnya. Manis. Mata itu membulat sempurna aku tak peduli. Aku terus mencium bibirnya. Melumatnya dengan penuh hasrat, sampai aku menghentikannya karena ku dengar gadis itu terengah. Aku memeluknya erat. Aku tak akan pernah melepasnya. Aku tak akan melepas sumber kebahagianku. Gadis tercintaku. Gadis kecil yang selalu berhasil membuatku tertawa bahagia. 

Cukup beberapa tahun ini aku kehilangannya dan aku tak mau itu terjadi lagi. Biarkan aku menjadi egois untuk yang satu ini.

Ddrrt...drrt...

Suara ponselku membuyarkan semua kejadian beberapa hari lalu. Segera aku mengangkatnya.

" Yes baby..." Ucapku penuh senyum.

" Aku di depan pintu ruanganmu Uncle, Pegel dari tadi..."

Suara disebrang merajuk. Aku tertawa dan segera berjalan ke pintu.

" Masuklah...mengapa kau tidak mengabariku dulu?" Tanyaku dengan senyum.

" Apakah harus?"

Dia balik bertanya sambil mengerling manja. Aku menggeleng sambil tertawa. Segera aku menariknya ke dalam pelukanku.

" I miss you.." ucapku ditelinganya.

Wajah di depanku merona. Dia menunduk menghindari tatapanku. Aku memegang dagunya dan menengadahkan wajahnya untuk menatapku. Aku mengecup bibirnya.

" Little girl...still be mine..."

My Little Girl ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang