My heart

3.3K 218 11
                                    

Menatapi lagi satu persatu gambar diri dan gadis yang telah menjadi milikku kini. Gadis kecil yang selalu membuatku tertawa bahagia dan lambat laut menumbuhkan rasa cinta. Hasrat yang ingin memiliki, Gairah yang ingin memuaskan.

Kuulas senyum kecut untuk sebuah gambar dimana aku memeluk erat gadis kecil itu. Penuh akan rasa kepemilikan yang begitu sarat. Lalu kutatap gambar wajah imut yang kucium mesra.

" Gila sekali aku ini." Gumamku dengan tawa hambar.

Aku menatap wajah yang damai tertidur di pangkuanku. Deru halus napasnya teratur begitu nyaman. Ada rasa membuncah yang tidak pernah sanggup kutahan. Itulah mengapa aku menghindarinya selama dua belas tahun, untuk meredam hasrat yang selalu muncul bila didekat gadis kecil yang tertawa dalam gambar yang sedang kutatapi.

" Tapi kini aku memilikimu karena kau telah pantas untuk kumiliki dan tidak ada seorang pun yang akan merebutmu. Tidak seorang pun, termasuk si brengsek Daniel yang aku yakin tidak akan pernah berani menemuimu lagi."

Aku mengusap pipi mulus gadisku lalu mengecupnya perlahan. Aku tidak mau mengganggu tidurnya.

Sejenak menengadahkan kepala mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Aku menyeringai mengingat itu semua.

" Tuan, perintah anda sudah kami laksanakan." Ucap Donie, salah seorang dari lima orang kepercayaanku malam itu.

" Kau sudah mengabari Tommy?" Tanyaku datar.

" Siap. Sudah Tuan. Dan Tuan Tommy meminta kami membawanya ke tempat biasa." Jawabnya sambil mengangguk tegas.

" Okay, ayo kita ke sana. Rudi, bawa si manis kesayanganku." Ucapku sambil melirik Rudi yang berdiri di sebelah Donie. Lelaki bertubuh tegap itu mengangguk patuh.

" Ini Tuan." Ucap Rudi sambil menyerahkan sebuah senjata api kesayanganku.

" Tegar, kau sudah kontak Anilla yang akan memberikan data lengkap kerjaan si brengsek itu?" Tanyaku sambil melangkah menuju mobil yang telat terparkir dan dikemudikan oleh Borneo, sopirku.

" Sudah di tangan, Boss." Jawab Tegar cepat. Aku mengangguk.

" Berangkat." Ucapku tenang.

Mobilku melaju di depan dengan kecepatan sedang dan dibelakangku dua mobil mengikuti. Kemudian dipersimpangan, dua buah motor memandu di depan mobilku.

Kami menuju gudang dimana tempat itu biasa dipakai untuk eksekusi masalah.

Sesampai di tempat, aku menemukan Tommy sudah berdiri dengan angkuh disana ditemani oleh orang orang kepercayaannya.

" Siap, Brother?" Tanyaku sambil menatap Tommy yang hanya mengangguk sambil mengangkat senjata yang digenggamnya.

Pintu terbuka, di sana terlihat Daniel dan Argo. Dua orang pemimpin komunitas perdagangan gadis muda untuk pemburu napsu. Aku menatap sinis Daniel yang menatapku tajam.

" Apa maksud lo bawa kami ke sini?"

Suara Daniel terdengar kesal. Badannya bergerak gerak berusaha memberontak dari cengkraman kedua orangku. Aku menyeringai menatapnya.

" Gue ga ada maksud apa apa. Cuma pengen lo ati ati aja. Gue pegang data lo dan jalur kerjaan lo." Ucapku tenang sambil mengacungkan kertas yang berisi data dari Anilla. Lelaki itu berdecih.

" Terus apa hubungannya bisnis gue sama lo berdua. Gue ga pernah nyentuh bisnis lo dan ga ngerugiin lo."

Suara Daniel meninggi. Argo yang yang tertunduk di sebelahnya kini menengadah menatap sinis. Aku menatap mereka bergantian. Tommy duduk tenang menatapku.

" Gue tahu, Man. Cuma lo salah pilih cewek, dia milik gue." Ucapku sambil menatapnya. Dia menarik sudut bibirnya sebelah.

" Livia, gue cinta gadis itu dan gue ga bermaksud jahat sama gadis lucu itu. Gue.."

" What the hell are you talking about, man. Lo salah masih mengejarnya, bahkan membuatnya menangis. Tinggalin dia dan lo aman." Ucapku sambil mengepalkan tanganku mengingat gadis tercintaku itu pernah ketakutan karena terus didekati lelaki brengsek itu. Daniel terkekeh lalu berucap sinis.

" Gue akan lepas dia kalo gue udah milikin dia. Minimal sekali ngerasain kehangatan tubuh moleknya."

" Damn you, Bangsat." Makiku yang membuat Tommy bangkit dari duduknya dan langsung mendaratkan tinjunya di wajah tengil Daniel yang membuat lelaki brengsek itu langsung terjatuh. Ada darah keluar dari hidung dan sudut bibirnya.

" Jangan pernah berani berani deketin lagi ponakan gue, kalo lo ga mau mati atau bisnis lo selesai." Ancam Tommy dengan muka marah. Aku menatap tajam Daniel.

" Lo tahu siapa gue, Man. Dan lo harus tau, ponakan dia adalah milik gue. Livia is mine. Do you get it?"

Lalu malam itu akhirnya dibuatlah kesepakatan antara kami. Dengan memastikan bahwa Daniel tidak akan mendekati gadisku lagi. Walaupun aku tidak juga seratus persen mempercayai lelaki brengsek macam si kudanil itu.

Aku kembali menatap wajah damai tercintaku. Memindahkan kepalanya yang berada diatas pangkuanku ke dalam rengkuhanku yang hangat.

" Aku akan selalu menjagamu, membuatmu nyaman dan bahagia karena untuk itulah tujuan hidupku." Bisikku ditelinganya. Lirih. Perlahan.

My Little Girl ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang