My Honey

3.1K 217 11
                                    

Pagi ini dibuka dengan gerimis yang mengundang ingin kembali terlelap. Suasana dingin terasa menyelimuti, membawa kabut yang menitikkan teresan embun. Dari balik jendela terlihat sekitaran yang tampak sepi. Begitu senyap. Bunyi tetesan gerimis menerpa seolah menjadi nyanyian pagi yang begitu syahdu.

Aku masih bergelung dibalik selimut tebal dengan berpeluk gadis cantik yang masih terlelap. Wajah cantik nan putih bersih itu membuatku ingin berlama lama menatapinya. Aku tidak pernah merasa bosan untuk terus mengaguminya.

" Sweetheart, you are my everything. Kau satu satunya wanita dalam hidupku. I love you, baby." Bisikku yang mengusik gadis kecil dalam pelukanku ini membuka matanya perlahan.

Bibir merah muda itu tersenyum sangat cantik. Menggetarkan rasa yang menyapa sisi hatiku yang terasa menghangat.

" Pagi, sayang. Sepertinya di luar hujan."

Suara seraknya terdengar begitu menggoda di telingaku. Aku segera menganggukan kepala sambil tersenyum menatapnya. Mengelus lembut pipinya lalu menciumnya dengan rasa sayang.

" Ya, gerimis. Tidurlah lagi. Kau terlihat lelah." Ucapku sambil mengusap kepalanya.

Gadis kecilku merapatkan tubuhnya ke arahku, menyentuh gairahku yang secepat itu terpancing. Aku meringis karenanya. Gadis itu mengulas senyum manisnya. Aku semakin terbawa hasratku.

" Baby, do you mind if I do it again?" Tanyaku di hadapannya.

Livia tidak menjawab, hanya kembali mengulas senyum dan mencium pipiku lama. Lalu tangan halusnya mengelus rahangku lalu turun ke leherku. Lenguhanku keluar seirama desahan manjanya. Aku segera mencari bibirnya untuk kucium dan kunikmati manisnya. Lalu tubuh telanjangnya seolah menggapaiku untuk memenuhi hasrat hatiku. Mendesahkan kenikmatan dalam rasa kepemilikan yang tidak mampu kutahan.

" Kau gadis kecilku yang nakal. Kau milikku. Hanya untukku. Do you hear that, baby."  Tanyaku lirih diantara cumbuan. Gadis itu mengangguk dalam senyum.

Rasa lelah yang mendera membuat kami kembali terlelap. Melupakan sarapan pagi yang sebenarnya sedikit terlambat. Aktivitas pagi dengan suasana gerimis yang melingkupi membuat kantuk begitu mudah menghampiri.

Aku terbangun ketika suasana sedikit cerah. Matahari bersinar hangat dan menghantar hembusan angin basah. Aku menatap gadis cantik yang mengucek matanya dengan jarinya. Sisa kantuknya terlihat dengan mulut yang berusaha ditutupinya karena menguap. Tubuh telanjangnya mengeliat seolah merenggangkan rasa malasnya.

" Ayo bangun, kita harus makan sayang." Ucapku lembut yang diangguki gadis cantikku.

Livia dengan ringan bangkit dari tidurnya, mengecup pipiku sekilas lalu beranjak turun dari tempat tidur. Melangkah memasuki kamar mandi dengan bertelanjang. Aku menggeleng dengan senyum sambil menatapnya.

Setelah mandi dan berpakaian, aku mengajak Livia untuk makan di Rumah makan sekitar apartementku. Mataku mengedarkan pandangan mencari tempat kosong. Mataku beralih menatap gadis disebelahku yang menatap lurus ke depan. Aku mengikuti tatapannya. Seorang lelaki muda menatap Livia dengan senyum terulas.

" Kau mengenalnya?" Tanyaku tanpa menatapnya. Rasa kesal segera saja menghampiriku.

" Teman sekolah dulu." Jawabnya tenang.

Tanpa bicara lagi aku segera saja menaut tangannya. Menggenggam jemarinya dengan erat. Kemudian membawanya melangkah menuju tempat kosong. Aku segera duduk di hadapan Livia dengan posisi menatap lelaki yang tadi menatapnya. Aku menatapnya lekat, lelaki itu juga menatapku.

" Punya hubungan apa sebenarnya kau dengannya, sayang?" Tanyaku sambil menatap gadis yang tersenyum menatapku. Dia cepat menggeleng.

" Hanya teman. Ada apa?" Dia balik bertanya. Aku berdecak kesal.

" Dia terlihat kesal melihatku bersamamu. Lihat tuh, dia masih saja menatapku." Ucapku sambil melirik lelaki yang masih menatapku.

" Apa dia tersenyum?" Tanya Livia yang membuatku mengernyitkan dahiku, tapi tidak urung aku mengangguk juga karena memang lelaki itu terlihat tersenyum.

" Apa dia masih menatapmu sambil terus tersenyum." Tanya Livia lagi.

" Ya, iya sayangku. Dia masih menatap dengan tersenyum." Jawabku sedikit kesal.

Livia terkekeh. Aku jadi menatapnya penuh tanya. Gadis itu menoleh ke belakang, menatap lelaki itu. Lalu kembali menatapku dengan tangannya menyentuh rahangku.

" Kiss me, please." Ucapnya pelan yang membuatku mengerutkan dahiku.

" Please..." Rengeknya.

Aku menatapnya lalu membingkai wajahnya. Kudekatkan wajahku dan meraup bibirnya lembut. Melumatnya seirama hasrat yang seolah mengalun begitu mesra. Lalu ketika aku menyudahi lumatanku, seketika itu aku terhenyak mendengar suara lembut gadisku.

" Dia Gay sayang dan aku cemburu melihatnya menatapimu terus."

My Little Girl ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang