Aku menatap kagum tak berkedip gadisku yang begitu cantik berbalut dress putih panjang menjuntai. Kerlap kerlip permata terlihat menambah kemewahan pakaian tersebut. Tatanan rambutnya tampak elegan. Memperlihatkan leher mulus jenjangnya yang menawan.
" Very beautiful, my love." Gumamku dengan mata tidak lepas dari sosok cantik itu.
Perlahan gadis itu melangkah mendekatiku. Begitu gemulai, seorang lelaki dan wanita yang terlihat sedang mengandung, mengiringi langkahnya.
" Sayang." Sambutku begitu gadis itu berada tepat di depanku. Gadis cantikku tersipu, segera saja aku memeluk pinggangnya.
" Hei Tommy, my Brother." Sapaku kepada lelaki yang menemani gadisku. Aku menjabat tangannya lalu beralih menatap wanita di sebelahnya.
" Nicta, sebentar lagi kau menjadi seorang Ibu. Sehat selalu."
Kami saling melempar senyum. Nicta tampak merapatkan dirinya ke dalam pelukan suaminya. Wanita hamil terkadang memang jadi lebih manja.
" Menikahlah denganku, sayang."
Bisikanku di telinga Livia, membuat gadis cantik dalam pelukanku itu terjengit. Dia menatapku seakan tidak percaya. Aku balas menatapnya lalu mengangguk dengan senyum, untuk memastikannya.
" Apa kau sedang melamarku?" Bisiknya manja di telingaku. Aku tersenyum kembali tanpa memutus tatapanku. Dia segera memunculkan rona merah jambunya. Begitu cantik.
" Aku tidak mau lagi menunggu. Aku sudah menyiapkan semuanya. Ehm, termasuk cincin ini."
Aku memasukkan sebentuk cincin berlian bermata biru ke jari manis lentiknya . Gadis itu terpekik, memandangku tanpa kedip. Aku merangkulnya. Menyusupkan kepalanya ke dadaku. Dia cepat meregangkannya.
" Oh my God. Look, Uncle, Aunty. Anthony melamarku. Oh my Gosh."
Gadis itu berkata dengan agak berteriak. Memamerkan tangannya yang di jari manisnya terselip cincin berlian yang tadi kusematkan. Mata indahnya berbinar sangat cantik.
" Do you wanna be my wife?" Tanyaku kemudian yang membuat Tommy dan Nicta menatap kami dengan senyum.
" Yeah, of course. I do." Jeritnya girang sambil segera memelukku. Butiran bening dari matanya terlihat telah merebak. Tubuh mungil itu meloncat loncat, aku jadi tertawa senang sambil mempererat pelukanku.
" I love you, baby. Very love you. You're my everything." Bisikku ditelinganya. Gadis itu tertawa lepas.
" I love you too. I love you really much." Ucapnya dengan tangan mengusap ujung matanya yang menitikkan butiran beningnya. Bibirnya mengulas senyum manisnya.
Aku tidak kuasa untuk tidak meraup bibir itu. Mengulumnya serta memberikan decapan menggoda. Gadis itu membalasnya dengan tangan yang mengalung dileherku.
Aku lihat Tommy mendelikkan matanya dan segera menarik Nicta untuk menjauh. Aku tidak peduli.
" Sayang, aku rasa apartementku lebih menarik dari pada Charity Dinner party di dalam sana." Ucapku sambil tanpa ragu menggendong tubuh mungil itu.
Lalu aku membawanya menuju mobil yang terparkir di pelataran Hotel. Suara tawa manjanya terdengar, begitu menggelitik telingaku. Memicu hasrat yang kian menggelegak tanpa mampu kucegah.
" Mengapa aku begitu jatuh cinta padamu. Mengapa kau begitu mudah membangunkan hasratku dan selalu saja membuatku bergairah. Livia, baby. Sepertinya aku harus segera menikahimu." Ucapku dalam deraan rasa yang membuatku tak sanggup lagi mengelak.
Gadis kecilku tersenyum manis. Anggukan kepalanya menambah rasa cinta yang ada semakin terasa begitu nyata.
" I'm so happy to night. See you here with me. Aku tahu aku tidak pernah salah. Bersamamulah bahagiaku. Aku tidak pernah tahu apa pun lagi, yang aku tahu hanya satu. I do love you, baby."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl ( COMPLETED )
RandomAnthony selalu memimpikan Livia, keponakan Tommy sahabatnya. sudah hampir 12 tahun sejak kepindahannya ke Manhattan, dia tidak pernah bertemu dengan gadis kecil itu. Livia gadis kecil yang lucu dan selalu membuatnya tertawa bahagia. Anthony jarang s...