02: Hari kedua di DD

48 21 0
                                        

DD: DWI DARMA

••

Senyumlah walau tak bahagia.
Senyuman itu untuk membuat ilusi kepada semua orang yang melihatmu agar terlihat baik baik saja. Masalah adalah aurat.

••

Lapangan sekolah sepi, ya karena memang belum waktunya istirahat. Stevani tadi sudah izin pergi ke toilet sebentar saat pelajaran mungkin sudah 3 menit dimulai.

Saat di tengah-tengah perjalanan ingin kembali kekelas ia terburu-buru jalan dan tidak sengaja melihat seseorang murid cowok  manjat lewat pagar belakang sekolah, ia pun berhenti melihat cowok itu. Mungkin itu murid yang terlambat dan gerbang sekolah sudah ditutup.

"Nekat sekali." batin Stevani.

Cowok itu sudah tau kalau saat memanjat ia merasa diawasi oleh seseorang, seseorang itu adalah cewek yang ditabraknya kemarin

Tenyata murid datang terlambat itu adalah Rendy namanya yang kemarin kata Nata.

"Apa lo liat-liat. Lo mau aduin gue ke guru BP, aduin aja!"

Stevani takut dengan cowok jahat itu yang kemarin marah-marah ke Stevani, dan sekarang Stevani tidak salah apa-apa aja dimarahin.

"Enggak, gue cuma kaget liat lo nekat banget, Kak. Gue mau kembali ke kelas." Stevani sangat takut.

Rendy hanya menatap Stevani dengan tatapan tajam yang semakin membuat Stevani takut melihat sosok Rendy.

Saat Stevani sudah mulai masuk kelas dan disitu Pak Edi yang kata Nata kemarin cerita tentang sekolah Dwi Darma saat pulang sekolah, Pak Edi adalah guru yang sangat kejam.

"Dari kemana aja kamu. Ini udah 25 menit kamu meninggalkan pelajaran, udah hampir setengah jam kamu meninggalkan pelajaran. Gak mungkin juga kamu ke toilet sampe setengah jam, kamu tadi tidak izin BAB kan?!" Pak Edi berseru. Pak Edi sangat cerewet dan banyak omong seperti Nata, tetapi Pak Edi sangat kejam tidak seperti Nata.

Stevani berujung dihukum lari lapangan 5 kali di sekolah selebar dan seluas itu. Stevani menurut saja apa kata orang tua.

"Lari juga tidak bisa merubah keterlambatan masuk pelajaran, malah nggak jadi ikut pelajaran kalo disuruh lari-lari gini" batin Stevani.

Stevani melihat Rendy yang juga sedang dihukum hormat kepada bendera oleh guru yang mengajarnya, mungkin karena ia terlambat masuk pelajaran juga.

Stevani berhenti tepat dibelakang Rendy. "Hei, lo dihukum?" Stevani tertawa dan mengusir rasa takutnya kepada Rendy untuk bertanya.

"Lha lo liat gue lagi ngapain!" Rendy kesal.

"Lagi berdiri." Stevani menjawab sok polos.

"Ngapain lo ngejek gue. Sana gih, nikmatin hukuman lo. Lebih berat daripada gue" Rendy menggodanya agar Stevani kesal juga, jadi impas kan.

Stevani kesal dengan perkataan Rendy, dan Rendy berhasil membuat Stevani kesal.

Stevani meneruskan hukuman yang diberikan dari Pak Edi padanya.

pukul 11.00

Istirahat pertama telah berakhir. Tadi Stevani cerita ke Nata gimana ia bisa izin ke toilet untuk buang air kecil selama itu, gimana rasanya Stevani saat dihukum, dan menceritakan Rendy yang telat dan hukuman yang menimpa Rendy tadi. Nata menikmati cerita Stevani menganai itu, Nata adalah pendengar yang baik menurut Stevani. Karena Nata tidak memotong perkataan Stevani saat ia sedang menceritakan hal tersebut.

••

"Bagaimana sekolah keduamu, Stevani?" Ibu Stevani betanya kepada putrinya. Ibu Stevani hari ini tidak ada pesanan kue, jadi Ibu Stevani sekarang berada di rumah dan menunggu pelanggan datang untuk membeli kue di toko kecil-kecilan milik Nenek Stevani dulu. Ibu Stevani sekarang duduk diatas sofa yang berada di ruang tamu dan sedang membaca majalah-majalah entah apa itu.

"Cukup baik, Bu" Stevani tidak semangat mengucapkan cukup baik karena Stevani tadi dihukum oleh Pak Edi yang kejam itu.

Ibu Stevani hanya senyum kecil mendengar jawaban dari putrinya.

Stevani tidak duduk bersama Ibunya, Stevani memilih beristirahat karena tadi ia sangat lelah saat di sekolah. Stevani pergi ke kamarnya.

Setelah Stevani beres-beres, sudah melepas seragam sekolah, sepatu, cuci wajah, cuci kaki dan entah apa saja yang dilakukan Stevani setelah pulang sekolah. Stevani merebahkan badannya di kasur yang berada di kamarnya.

Stevani sekarang ini menjadi orang yang hidup bercukupan, tetapi dia masih punya segalanya kecuali satu, yaitu Ayahnya. Ayah Stevani sudah meninggal saat Stevani duduk di bangku kelas 5 SD, tetapi Stevani selalu bersemangat menjalani hari-harinya karena Stevani masih mempunyai Ibu dan Leli adiknya yang sangat menyayanginya.

Leli tinggal dikota yang jauh dari kota Stevani saat ini bersama Om dan Tante Stevani, karena kota sana ada SMP terbaik untuk menyekolahkan Leli agar menjadi anak yang berprestasi.

Tiba-tiba handphone Stevani berbunyi. Dilihat oleh Stevani, tertera notifikasi Whatsapp yang tertulis disana yang bernamakan Nata.

Stevani membuka chat dari Nata

Nata: Stev?

iya?

Nata: PR lo udah selesai? matematika.

oh iya, gue lupa

Nata: Gue juga belum, ini tadi gue mau nyontek hasilnya lo. Tapi juga belum selesai, haduh pusing pala berbi.

Stevani tidak membalas chat Nata. Nata sangat cerewet sekali, mending Stevani mengerjakan tugasnya daripada meladeni Nata yang gila karena tugas matematika yang rumit itu.

••

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA SAMPAI BAGIAN DUA

Jangan lupa memberi dukungan dengan komentar dan vote ya :)

@intannn.na

DIFFICULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang