00. Prologue

34.4K 1.6K 28
                                    

Happy reading!

***

"QUIN!"

Namaku memang Quin, namun aku bukan memerintah layaknya seorang Queen di dunia dongeng, lah iya sih orang ini bukan negeri dongeng. Justru sebaliknya aku hanya di suruh, kata lainnya art babu, pembokat. Nama memang sudah keren, tapi nasib berkata lain.

Aku menyusuri tangga dengan tawa tak henti, lebih tepatnya menertawai diri sendiri. Takdir macam apa yang membuatku berakhir disini? Ah, lupakan masih ada pekerjaan melelahkan menanti.

Semangat Quin!

Cklek.

"Mas ada yang bi--- Astaghfirullah!"

"Mas Bian!"

Dalam keadaan pagi-pagi dan panik aku malah di suguhi pemandangan luar biasa membuat jantung merosot ke lambung. Permisi apa ini? Apa? anak polos sepertiku mana paham yang seperti ini!

Bian Albar. Itu adalah nama anak pemilik rumah besar ini.

Mas Bian menatapku sebal dan menyumpal mulutku yang setengah terbuka dengan handuk. Kampret kamu Mas, untung ganteng!

"Liat apaan kamu In?"

Aku menggeleng lugu, menyelipkan rambutku ke belakang telinga. "Liat roti mas." Ucapku dalam hati. Mana mungkin sih aku berani seprontal itu. Tapi kalo hilap, boleh kali yah? siapa suruh telanjang dada di pagi buta gini?!

Kan jadi enak. Okeh, sepertinya aku harus banyak istigfar, dan mulai fokus.

"Saya ada meeting pagi ini," Aku diam menyimak, ya walau sesekali mataku curi pandang ke arah yang seharusnya tak aku lihat, "bisa tolong kamu setrika kemeja sa---"

"Bukanya sudah di setrika ya ma--s."

Ucapanku menggantung karena tatapan mas Bian yang begitu tajam. Alih-alih menatapnya aku hanya mampu melirik vas bunga yang ada disampingku. Nyaliku ciut, seperti kerupuk terkena air.

"Kamu melanggar peraturan, gaji kamu saya potong lima persen."

Mataku terbelak, woilah rugi aku kan cuma lupa bukan sengaja. "Mas kok git---"

"Protes lagi gaji kamu saya hilangkan!"

Peraturan pertama: Jangan sentuh Mas Bian baik sengaja maupun tak di sengaja menyentuhnya.

Peraturan kedua: Jangan potong ucapan Mas Bian. Baik refleks ataupun bukan, gajih potong lima persen.

Peraturan ketiga: Mas Bian selalu benar jika dia salah maka ia tetap harus benar.

Tidak ada istilah wanita selalu benar dalam kamus mas Bian. Lebih ke majikan selalu benar, jika ia salah maka aku yang lebih salah. Sabar.

Peraturan keempat: Jangan membuka pintu untuk seseorang yang bertamu, terlebih jika itu perempuan apalagi laki-laki!

Yang keempat sangat janggal, secara tak langsung dia melarangku menerima tamu? Sampai sekarang aku sama sekali tak tau alasannya apa, dan enggan untuk menanya. Sebenarnya boleh menerima tamu tapi harus tanya dulu, dia boleh masuk apa tidak, ribet sekali bukan permisa?

Peraturan terakhir: Tidak ada satupun adiknya maupun pembantunya memiliki kecengan. Jika hilap, good bye!

Tidak boleh punya pedekate-an, pacaran, kalau menikah sepertinya bisa dibicarakan baik-baik-- emhh iya 'kan?

"Mas perbanyak amal dong, mas kan udah gak muda lagi---"

"MAKSUD KAMU SAYA TUA?!"

Loh? Loh? Mampus salah lagi!

Tbc.

Quin nella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Quin nella.
Ps: art mana yang begini woi!!


Jika masih ada typo, mohon maaf. Saya manusia yang tak luput dari typo, eakss:v

Cerita ini ringan tidak membuat pening kepala, cerita ini muncul karena gabut jadi yah begitulah alakadarnya.

Revisi 20 Agustus 2022.

Married with my bos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang