02. Pernikahan batal

17.2K 1.4K 22
                                    

Happy reading!

Jangan lupa puter lagu di mulmed:)
Denger lagu ini lancar sekali nulis.

***

Jam menunjukan pukul lima pagi aku sudah bangun dan melihat sekeliling ruangan tengah, kenapa tiba-tiba jadi berantakan begini? Kemana hiasan yang kemarin tertata rapih?

Ruang tengah sudah seperti terkena angin topan saja sekarang, berantakan sekali semuanya menyatu tak karuan.

Mbak Emi salah satu art yang sangat berbestie denganku menyapaku. "Neng, ngapain atuh kamu berdiri di sini, enggak ke dapur?"

Bukanya menjawab, aku malah balik bertanya. "Ini kenapa mbak berantakan begini? Kaya habis dimaling aja?" Gurauku.

Ini aku hanya becanda tapi tanggapan Mbak Emi membuatku menganga. "Emang kena maling, kamu sih bobo terus."

Hah?

"Enggak. Mas Bian batal nikah."

Hah?

"Loh? Loh kok bisa mbak?"

"Mbak semalam nguping, katanya calonnya sendiri yang batalin acara nikahan hari ini. Dan yah pasti nyonya marah, mengamuk lah dia," jelas mbak Emi padaku. "Terus Mas Bian dikasih waktu satu minggu buat bawa calonnya sendiri ke rumah."

Aku mengangguk paham, kenapa yah orang gak mau nikah dipaksa-paksa buat nikah mas Bian juga gak setua itu, tapi ngebet banget buat dinikahin. Kasihan sih.

Tapi lebih kasihan aku deh, gajih tak naik-naik kebutuhan ibu dikampung semakin banyak.

"Nasib, nasib."

Aku menghela napas dalam kembali meratapi nasib yang begini-begini terus.

***

Hari ini tugasku bersih-bersih di lantai dua, dimana terdapat kamar mas Bian dan adik-adiknya. Bella dan Bagas.

Saat aku tengah sibuk mengepel tiba-tiba pintu kamar Mas Bian terbuka bersamaan dengan pemilik kamar dan wajah lusuhnya. Aku yang tak mau cari gara-gara memilih pura-pura tak melihat kehadirannya.

Fokus. Fokus!

Namun siapa sangka ternyata aku menghalangi jalan Mas Bian, perasaan aku gak sebesar itu kok. "Minggir kamu!" Aku meliriknya sekilas, semakin terlihat jelas wajah Mas Bian sangat tidak bersahabat. Seolah tertulis diwajahnya, 'tak ingin diganggu!'

Dengan pelan aku menggeser tubuh, memberikan ruang untuk Mas Bian lewat. "Ck, ngalangin jalan aja," protesnya sembari melaluiku begitu saja.

Aku kesal hanya bisa mendumel tanpa suara merutuki majikan seperti Mas Bian dalam hati, tanganku menonjok-nojok udara saking kesalnya pagi- pagi sudah judes saja, heran.

"Ngapain kamu?" Itu suara Mas Bian, aku berbalik melihatnya berkacak pinggang ke arahku. Dilihat-lihat seram juga. Pantas saja kalau tak laku-laku. Eh, canda Mas Bian.

Aku hanya mampu tertawa garing. "I--ini loh mas banyak nyamuk jadi aku tonjok-tonjokin. Hahahaha---"

"Ck! Kurang kerjaa banget," ucapnya lalu melangkah meninggalkanku begitu saja. Gak masalah sih, orang aku juga gak mau kalau ditemani Mas Bian, mending sendiri.

Married with my bos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang