Seperti biasa jangan lupa puter lagu di mulmed
***
"Maksud kamu apa Bian?"
Benar saja saat sampai rumah baru saja menjelaskan kejadian tadi Mas Bian sudah habis di marahi Mamahnya. Namun ia bersikap tak peduli, aku justru menyimak dengan baik.
Tapi anehnya, kenapa aku ikut terseret yah? Salahku apa?
Nyonya Renata menatapku kesal. "Ini pasti salah kamu kan?" Ngeri juga.
"Bukan," itu Mas Bian yang menyahuti. "Menurut mamah apa yang bisa dia lakuin emangnya?"
Setelah selesai mengomel akhirnya aku dibiarkan pergi, tak bisa protes dan tak mau juga, lagi pula hal itu gak ada untungnya buatku.
Mas Bian kan merepotkan, aku disini cuma kerja gantiin ibu, gak ada tujuan lain selain itu. Dulu saat pertama bertemu dengan Mas Bian aku kira dia tipikal majikan yang dingin jutek.
Ternyata gak segitunya aku salah, ia malah menolongku di hari pertama kerja dulu, ya walaupun Mas Bian nyebelin.
***
Malam minggu tiba pekerjaanku juga sudah selesai, itu artinya tinggal rebahan dan menunggu besok datang. Aku sudah siap scroll tiktok tapi Mbak Emi mendatangiku minta bantuan gantikan dia untuk cuci piring.
Mbak Emi diare kasihan ia sudah bolak-balik wc sejak satu jam lalu aku kira sudah pulih ternyata masih sama saja. Yasudah aku cuci piring.
Dan rupanya saat di dapur ada Mas Bagas. "Ngapain didapur Mas?"
"Mau masak mie, laper. Gantiin Mbak Emi yah?"
Aku mengangguk. "Mas makanan yang tinggal makan ada, malah masak mie ciri-ciri anak durhaka tau," gurauku.
Mas Bagas tertawa. "Ya enggak lah, yang masakan bukan mamah."
"Mau aku yang masakin aja, ini bentar lagi kelar kok, Mas."
"Ngerepotin gak nih?" Tanya Mas Bagas dengan menaik turunkan halisnya. "Bisa sendiri kok gue, lo lanjut aja cuci piring, cuma masak mie kok."
Aku hanya mengangguk saja, kalo dia gak mau dibantu aku gak memaksa. "In?" Aku menoleh. "Gue makan mie di dapur belakang. Kalo udah beres cuci piring kesana yah."
Rumah ini memiliki dapur utama yang biasanya dipakai memasak dan langsung terhubung dengan ruang makan, dan dapur belakang yang biasanya digunakan untuk memasak juga namun jarang digunakan, biasanya itu menjadi tempat makan art.
Tapi Mas Bagas malah menyukai tempat itu, tak jarang juga aku sering melihatnya nongkrong disana.
"Kenapa?" Aku datang dan menarik kursi disamping Mas Bagas. Seperti apa yang dia suruh aku mendatanginya setelah selesai cuci piring.
Tak ada jawaban Mas Bagas malah sibuk makan mie. Lah gimana ceritanya?
"Mas?"
"Gak papa, temenin gue makan."
"Tumben."
Mas Bagas biasanya gak begini, aneh sekali. Dan yah aku hanya menemaninya makan mie sampai selesai tanpa ada percakapan lain. "Lo mau tau gak, gue anggap lu apa?"
Lah tiba-tiba?
"Mas kenapa? Tiba-tib---"
"Temen bukan--Sahabat malah. Tau gak In? Gue ini gak punya banyak temen, karena sikap mamah yang terlalu posesif, apa-apa gak boleh. Tapi sejak lo dateng gue jadi punya temen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with my bos!
HumorDia dengan segala peraturannya. Peraturan pertama: Jangan sentuh Mas Bian baik sengaja maupun tak di sengaja menyentuhnya. Peraturan kedua: Jangan potong ucapan Mas Bian. Baik refleks ataupun bukan, gajih potong lima persen. Peraturan ketiga: Mas...