Napas (Name) tersengal-sengal. Dirinya memaksakan diri untuk berlari sampai ke tempat riset kemarin. Dia takut jikalau Gentaro akan pergi dari tempat itu.
"Yu-Yumeno... kau ada di sini, kan?" (Name) memegang lututnya karena kelelahan. Napasnya masih tersengal-sengal. "Yumeno?"
Netra ungu tua (Name) mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari sosok yang dimaksud. Namun sayangnya, dia tak menemukan sosok Gentaro di sana.
Langkah kaki terdengar dari belakang (Name). Sosok yang tengah melangkah itu memasang senyum manis tanpa dosa di wajahnya. "Mencariku?"
(Name) spontan menoleh ke belakangnya kala mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. "Yu-Yumeno?"
"Kau terlihat sangat panik." Gentaro terkekeh pelan melihat kondisi (Name) saat ini. Raut wajah panik dan khawatir tercampur aduk menjadi 1.
(Name) menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Tatapan matanya terlihat kesal. "Novelis bodoh! Kau pikir aku tidak panik saat mendengarmu hilang?!"
"Tidak." Gentaro tersenyum simpul mendengar pertanyaan (Name).
"Yumeno! Aku sangat panik, kau tahu?! Tiga hari kau menghilang, dan aku benar-benar tidak tahu itu sama sekali!" (Name) mulai menumpahkan segala kekesalannya. "Begitu mendengar kabar itu dari Daisu, aku SANGAT panik!"
"Hahaha. Sudah kuduga kau akan sangat panik, (Name)-san." Gentaro tersenyum kembali dan menopang dagunya dengan jari. "Aku memang sengaja melakukannya supaya kau panik."
"Yumeno, kau minta kuhajar, ya? Apa kau berniat membuatku mati konyol karena panik?"
"Tidak juga," kata Gentaro sembari menggeleng, membantah perkataan (Name). Senyum tipis dia tujukan pada (Name).
"Melihat senyum bodohmu itu membuatku ingin menampar wajahmu," kata (Name) kesal.
"Aku hanya ingin melihat reaksimu saja, (Name)-san." Gentaro memasang wajah tanpa dosanya, melupakan semua fakta kalau dia membuat orang sangat panik. "Ah, atau harus kupanggil nona bunga sakura?"
(Name) terkejut mendengar nickname yang disebut Gentaro barusan. Apa katanya? Nona bunga sakura? Apa (Name) tidak salah dengar?
"Apa maksudmu dengan nona bunga sakura?" tanya (Name), berusaha mempertahankan nada suara netral yang tak terkesan terkejut.
"Sejak awal, aku sudah tahu semuanya." Gentaro memandang langit biru di atasnya sejenak. "Surat itu, aku sudah yakin kalau itu darimu, aku semakin yakin saat pertemuan kita di sini sebelumnya."
"Tapi, aku berpura-pura bodoh saja. Rasanya lucu juga melihatmu seperti itu."
(Name) tercekat sejenak. Dia menarik napas dalam-dalam dan berusaha menetralkan ekspresi dan suaranya. "Apa maksudmu, Yumeno? Aku sama sekali tidak mengerti."
"Kau berusaha berbohong di hadapan seorang pembohong?" Gentaro tertawa sarkas. "Kau sejak dulu tak pandai berbohong, (Name)."
"Ti-tidak. Aku tidak berbohong sama sekali," kata (Name) yang masih berusaha berkelit dari tuduhan Gentaro.
"Akui saja, (Name). Tak perlu berbohong lagi," kata Gentaro sambil tersenyum.
(Name) menghela napasnya berat. Ternyata, sejak awal identitasnya sudah diketahui oleh novelis satu itu. "Baiklah, baiklah. Itu memang aku."
"I-itu semua kubuat supaya kau lebih peduli pada dirimu sendiri, oke? Tak ada maksud lain." Semburat tipis muncul di pipi (Name).
Pemuda berambut coklat itu hanya mendengar perkataan sang gadis. Gentaro menarik punggung tangan (Name) dan mengecupnya pelan. "Kau pikir aku tidak tahu perasaanmu padaku, hm?"
"... Dasar bodoh." (Name) memalingkan wajahnya ke arah lain, rona merah tipis muncul di wajahnya.
.
.
.
"Aku menyukaimu, Gentaro."
.
.
.
"Aku juga menyukaimu, (Name)."
.
.
.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Message « Yumeno Gentaro x Reader » (Hypnosis Mic)
Hayran Kurgu'Aku sangat menyukai karyamu. Semangatlah untuk karya selanjutnya dan jagalah kesehatan. Aku akan marah jika kau sampai sakit.' Untaian kalimat yang ditulis dalam sebuah surat penggemar untuk Yumeno Gentaro membuat senyum lembut tampak di wajah mani...