(1) Seseorang yang Menemani

64 13 3
                                    

Pada hari itu hujan turun dengan deras, meski  waktu masih menunjukkan pukul 15.00 namun terasa seperti akan menjelang malam. Aku dan Shomi menunggu hujan reda diluar kelas sambil membaca novel remaja. Rasanya hanya kita berdua yang berada disekolah karena keheningan menemani daritadi. Aku tidak memperdulikan keheningan itu dan memilih fokus pada novelku sendiri, sedangkan Shomi sibuk dengan handphonenya.

"Nunggu dibawah yu! Aku bosan" ujarku sambil memasukkan novelku kedalam tas lalu berdiri dihadapan Shomi. Shomi hanya mengangguk lalu kami berjalan ke arah koridor dekat tangga.

Ku merasa heran karena biasanya Shomi tidak sependiam ini biasanya apapun ajakan atau pertanyaan yang ku berikan ia selalu menjawabnya dengan riang atau sambil tertawa. Otakku berpikir keras untuk menanyakan sesuatu pada Shomi, bisa dibilang hanya basa-basi saja.

Lalu kucoba menepuk pundaknya karena ia berjalan didepanku. Tapi ia hanya menghentikan langkahnya tanpa berkata apapun dan melihat wajahku sekalipun. Rasa kepoku mulai menjadi-jadi dan ku langsung menarik bahu Shomi agar bisa melihatku, "Shomi kenapa sih daritadi kau diam saja? Apa ada masalah? Jika ada tolong katakan padaku!"

Matanya tertutup oleh poninya yang lumayan panjang dan tentu ku tak bisa memastikan dia  sedang berbohong atau tidak. Perlahan ku singkirkan poni yang menghalanginya dan...

"Hahhh...hahhh..."

Alangkah terkejutnya diriku saat melihat mata Shomi, ku mencoba mundur beberapa  langkah darinya. Matanya mengeluarkan darah dan pandangannya kosong seperti ia sedang diambil alih oleh sesuatu. Ku langsung berlari menjauhi Shomi dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa, kakiku sempat keram sebelah namun karena rasa takut semuanya tak ku pedulikkan dan lebih memilih melarikan diri.

                                  🔪🔪

Saat diperjalanan orang-orang melihatku dengan tatapan aneh karena berlari-lari ditengah hujan padahal tidak dikejar siapapun. Sesampainya dirumah ku langsung mengurung diri kamar tanpa memikirkan orang-orang yang ada dirumah. Berkali-kali orang tuaku mengetuk pintu sambil menawarkan makan siang, jujur saja hari ini aku hanya sarapan saja dan tidak memakan apapun. Meskipun begitu, ku tidak menyahut dan membukakan pintu untuk mereka.

Tanpa kusadari aku tertidur lelap sampai jam 21.00 malam. Saat nyawaku sudah kembali terkumpul semua ku merenung dan merasa bersalah pada Shomi karena tadi meninggalkannya disekolah. Ku langsung melihat kontaknya dihandphone dan melihat tanda online  dari kontaknya. Ku sedikit terkejut karena membanding 'dia' yang tadi disekolah dan didunia virtual chat.

Ingin sekali aku mengechatnya lalu meminta maaf, ku langsung memegang kepalaku dan mencoba positif think bahwa yang tadi itu hanyalah khayalannya semata.

"Tenang ok..tenang....pasti kusedang melamun dan tiba-tiba mengkhayal yang tidak-tidak."

Akhirnya ku memutuskan untuk mengechat Shomi duluan.

Me: Selamat Malam
        Apa kau sudah tidur?
        Aku hanya ingin meminta maaf padamu...

Tanganku gemetaran untuk mengirim pesan itu dan menunggu respon darinya. Kira-kira tidak lebih dari 2 menit dia sudah merespon yang membuatku tersentak.

Shomi: Malam
             Tidak ku masih belum mengantuk
             Minta maaf karena apa?

'Apa mungkin Shomi telah melupakannya atau hanya pura-pura lupa?' Ucapku dalam hati sambil terus menatap pesan itu. Ku mencoba terus terang pada Shomi.

Me: Kau beneran lupa atau bagaimana?

Shomi: Lah Mei aku serius. Emangnya apa yang sedang terjadi?

Me: Aku meninggalkanmu tadi disekolah saat menunggu hujan reda. Maaf...

Shomi: Hah kau bicara apa?!
            Perasaan tadi setelah bel pulang pamanku menjemputku dan yang pasti aku tidak menunggu hujan disekolah karena sebelum hujan turun aku sudah tiba dirumah.

Melihat jawaban Shomi ku langsung terdiam, mana mungkin aku berhalusinasi sampai sejauh itu. Hpku langsung ku banting sampai ke sudut kamar.

Pertanyaanku saat ini "Siapakah yang tadi menemaniku?!"

~NEXT

 

JIGOKU SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang