(8) Hal Baru

13 1 0
                                    

"Hahh.. hahh..."

Ternyata itu hanya mimpi belaka. Mataku terasa perih membuatku menggosoknya pelan. Tapi, mengapa kakiku terasa berat ya?

Aku membuka selimutku, "Ya ampun makhluk apa ini?!" Terlihat sosok anak kecil yang hanya memakai popok dan mata yang hitam pekat.

Aku melihat atapku ada seorang nenek-nenek yang sedang merayap.

Aku melihat ke sudut kamarku ada wanita yang sedang menangis darah.

Aku menampar diriku sendiri dan mencubit tanganku. Rasanya sakit. Berarti ini semua bukan mimpi melainkan sesuatu yang baru.

Aku menyingkirkan anak kecil yang sedang duduk di kakiku, "Dek, permisi aku mau pergi."

Anak kecil itu tersenyum dengan menunjukan giginya yang runcing,  lalu pergi berlari dan menghilang. Wanita yang sebelumnya sedang menangis melihat kearahku, "wah ternyata kau bisa melihat kami."

Apa yang dia bicarakan? Ah sudahlah tidak penting. Aku pergi kekamar mandi lalu pergi ke sekolah.

                             🔪🔪

Aku tiba di sekolah. Aku disambut dengan puluhan siswa yang berjajar di gerbang masuk dengan seragam sekolahku yang telah lama. Apa mereka arwah?

Aku menghiraukan mereka lalu pergi ke kelas. Meski sudah pagi para penghuni dikelasku sedang buru-buru mencari sudut yang tidak tersorot cahaya matahari.

Ctakkk.

"Pagi!" Ucap Shomi sembari menyentil telingaku.

Aku mengira yang menyentilku itu arwah. Tapi bila ku pikir-pikir lagi mereka kan tembus seperti bayangan.

"Heh kenapa kok malah ngelamun sih?!" Shomi membuyarkan lamunanku.

"Eh gak ada apa-apa!" 

Shomi menyimpan tasnya disamping kursiku. Ia teman sebangku ku.

"Mei, ngobrol yuk ditaman pinggir lapang! Masih gelap kalau dikelas gak enak nih hawanya." Ajak Shomi yang terlihat risih. Tidak aneh Shomi merasa tidak nyaman, karena penghuni dikelas sedang menatap kami.

Shomi menarik tanganku agak kasar membuatku sedikit merasa kesakitan. 

Akhirnya kami sampai. Shomi melepaskan tanganku lalu menenggalamkan diri di kursi taman. Aku mengikutinya juga lalu melihat-lihat keadaan sekitar. Meski hari masih pagi, menurutku keadaan sekolah masih ramai oleh para arwah yang sedang mencari tempat sembunyi.

Shomi menyandarkan tubuhnya ke batang pohon sukun yang telah tua. Aku melihat keatas pohon. Aku melihat sosok anak remaja sedang melambai tangan kepadaku. Dia sedang duduk di ranting pohon sambil mengayunkan kakinya. Meskipun ia seorang arwah, aku tetap  melambai kecil sambil tersenyum.

Gadis itu tersenyum lalu berkata, "bisakah kau menyingkirkan temanmu dari rumahku?"

Aku mengangguk pelan. "Mi, jangan senderan di situ dong!"

Perhatian Shomi langsung menuju ke arahku. Matanya seakan-akan bertanya 'mengapa'. Ia menegakkan tubuhnya.

"Nanti seragam kamu kotor. Banyak semut loh!" Kataku berpura-pura agar ia tidak curiga.

Shomi mengibaskan roknya dan menepuk-nepuk punggungnya. "Hah semut mana?!!" ujarnya panik.

"Ti-tidak! Maksudku jangan kelamaan senderan nanti pasukan semut menyerbu tubuhmu."

Shomi terhenti. "Aku kira apa! Kaget tau!"

"Ma-maaf!" jawabku gugup.

Tiba-tiba Shomi berbisik kepadaku. "Oh iya aku baru ingat dulu ada wanita yang gantung diri di pohon ini loh. Kalau terlalu lama aku menyender bisa-bisa ada darah yang menetes. Hihh serem."

Aku langsung melihat keatas pohon. Sepertinya gadis itu tahu apa yang kami bicarakan dan dia terlihat tidak menyukai Shomi.

Aku membisikkan Mei kembali, "udah jangan sompral ah."

Shomi terlihat kesal dengan laranganku. "Kita kan hanya berbicara pelan. Mana mungkin dia mendengarnya, hahaha masa hantu gak bisa budeg."

Aku semakin khawatir karena ucapan Mei. Aku memutuskan untuk membawa Mei ke kelas. "Udah ah ke kelas aku bosen disini!" ajakku pada Mei.

Kringgg!!!

Tepat pukul 7 pagi, bel masuk telah berbunyi. Semua siswa yang berlalu lalang langsung masuk ke kelas masing-masing.

Kelasku di awali dengan pelajaran bahasa dan sastra. Pelajaran yang sangat ku benci. Bagaimana aku tidak benci? Guru yang menjelaskan bidang mata pelajaran itu seakan tidak berniat mengajar kami. Sedikit saja ada yang mengobrol pada jamnya berlangsung, maka ia tidak segan itu menyuruh keluar dari kelas.

Aku sulit berkonsentrasi untuk saat ini. Banyak sekali para arwah yang melayang-layang, membuat perhatianku terpecah.

"Ehem... kamu sedang melamun disana!" Pak Sanu menunjuk ke arahku.

Jantungku langsung berdebar-debar saat guru killer itu menunjuk ke arahku. "Sa-saya pak?"

"Ya kamu! Kerjakan soal di papan tulis! Enak aja kamu ngelamun disaat jam saya berlangsung." Tangannya mengarah ke papan tulis.

Aku langsung pergi ke arah papan tulis dengan membawa rasa malu. Teman-teman mulai berbisik-bisik dan menatap aneh kepadaku.

Jelaskan pengertian dari sastra dan berikan contohnya!

Beruntung pertanyaannya mudah sehingga aku dapat menjawabnya. Aku kembali ke bangkuku dan di saat itulah jantung ini kembali berdetak normal.

Aku rasa guru killer itu ingin membuatku keluar dari kelas, tapi karena aku bisa menjawab pertanyaan niatnya tidak berjalan dengan baik. Hahaha rasakan itu!

"Lain kali perhatikan materi yang saya jelaskan. Oke selanjutnya... (bla bla bla)." Ia melanjutkan kembali materi yang membosankan.

Aku melihat pojok dekat meja guru. Arwah itu mirip sekali dengan Pak Sanu. Begitupun juga dengan teman-teman di kelasku, mereka memiliki masing-masing arwah yang sangat mirip dengan fisik mereka. Tapi aku bingung, mengapa aku hanya sendiri?

Kringgg!!!

Bel pulang telah berbunyi. Kepenatan diri ini telah berakhir. Aku langsung menggendong tasku lalu pergi keluar kelas. Apa aku keluar sendiri? Oh tidak tentu ada Shomi yang menemaniku.

Kami sampai di gerbang sekolah. "Aku pulang ya! Dadah Mei, see you..." pamit Shomi padaku.

Aku hanya membalasnya dengan lambaian tangan saja. Tapi tunggu, aku seperti melihat gadis yang tinggal di pohon sukun. Ah tidak-tidak, mungkin karena lelah mataku menjadi salah lihat.

                             🔪🔪

Sekarang, aku telah tiba di rumah. Aku langsung membersihkan diri lalu mengganti pakaianku.

Tring!

Ada pesan masuk, aku langsung membuka ponselku.

Shomi: Mei, aku gak bisa sekolah besok. Badanku demam dan terasa menggigil. Padahal makananku sehat-sehat aja huhu! Bilangin ya ke sekertaris kelas.

Me: Baiklah. Cepat sembuh ya...

Mengapa aku curiga ini perbuatan gadis itu?

~NEXT

JIGOKU SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang