(2) Keanehan

35 7 3
                                    

Ku banding hpku hingga kesudut kamar, rasanya jantungku berdetak dengan kencang tanpa jeda. Sungguh ku tak percaya apa yang Shomi katakan, ku ambil handphoneku kembali dan terus melihat pesan itu dengan rasa tidak percaya. Mataku langsung melihat melihat seluruh kamar. Kamar yang gelap. Ku merasakan hawa dingin menusukku padahal jendela dikamarku tidak terbuka. Bulu kudukku mulai berdiri, ku merasakan hawa yang tidak biasa. Ku buru-buru menutupi seluruh tubuhku dengan selimut dan berusaha kembali terlelap.

.......

Alarm dihandphoneku membuatku terbangun, mataku masih lengket untuk ku buka karena rasa kantuk yang masih berat. Namun karena teringat akan kewajiban seorang pelajar terpaksa ku bangkit dari tidurku dan bersiap pergi kesekolah.

Sesampainya disekolahku menunggu Shomi datang dipintu kelas sambil berdecak pinggang. Kira-kira selama 20 menit ku berdiri akhirnya Shomi datang sambil menggendong tasnya. Ku buru-buru mencegat Shomi yang sedang berjalan menuju kelas, "Shomi tunggu aku ingin bicara denganmu!"

Alis Shomi langsung terangkat pertanda dia kebingungan. Shomi menyuruhku untuk menunggunya dengan alasan menyimpan tasnya dikelas. Setelah dia kembali aku langsung menarik tangannya dan membawanya ke kelas paling ujung karena tempatnya sepi.

"Shomi apa kau benar-benar tidak ingat kalau kita kemarin menunggu hujan reda?" Tanyaku dengan  gemetaran.

"Lah bahkan setelah keluar kelas aku sama sekali tidak melihatmu, lagipula aku buru-buru karena pamanku sudah menunggu digerbang depan." Jawab Shomi sambil menatapku dengan jeli sekali.

Ku melepaskan tangan Shomi dan mengambil nafas dalam-dalam. Gadis bermata coklat itu tetap menatapku tanpa berkedip, "jelaskan apa yang terjadi sebenarnya!" Shomi mengepalkan kedua tangannya lalu mengalihkan penglihatannya pada orang-orang yang berlalu lalang.

"Ah sudahlah lupakan ahaha!" Ku terpaksa berbohong dengan tertawa keras padahal tidak ada yang lucu. Shomi malah semakin  menatapku kebingungan lalu menggeleng-gelengkan kepala.

Tingting..ting

Perhatian untuk seluruh siswa kelas 10 dan 11 harap langsung kumpul dilapangan sambil membawa tas kalian masing-masing!

Aku dan Shomi buru-buru kembali ke kelas mengambil tas kami kembali lalu mengikuti arahan dari jarkom tadi. Para siswa berbaris dilapangan sesuai kelas masing-masing dengan rapih lalu dipersilahkan duduk oleh satu guru yang akan memberi informasi.

Aku tidak terlalu memperhatikan orang sedang berbicara didepan, namun ku hanya melamun memikirkan bagaimana caraku menjelaskan semuanya pada Shomi.

Sekitar 20 menitan para siswa dilapang akhirnya kami dipulangkan. Untuk kali ini aku mengajak Shomi pulanh bersama dan ku memastikkan dia bukan yang saat itu ku temui. Shomi mengajakku ke kantin terlebih dahulu, "Mei dikantin dulu ah aku lapar tadi belum sempat sarapan."

Aku hanya mengangguk dan mengikuti Shomi ke kantin. Di gerbang sekolah ada banyak gerombolan OSIS , kebetulan tidak jauh dari tempat duduk kami. Aku dan Shomi diam-diam menguping obroral mereka dengan cara bersembunyi dibelakang papan yang berada dibelakang gerombolan itu.

'Benarkah?? Siapa pembunuhnya??'
'Katanya sihh penghuni sekolah ini deh'
'Suttt kau jangan sompral deh!'
'Duhh ya jasadnya udah ga wajar lagi disebut bentuk manusia'
'Hiihhh udahh deh aku jiji semoga kita tidak ditugaskan untuk mencari penyebab aslinya deh'
'..........'

Itulah beberapa obroral yang bisa kami dengar dan ketahui. Aku dan Shomi terkejut karena ternyata penyebab semua siswa dipulangkan ialah ada kasus pembunuhan disekolahku sendiri. Tadinya Shomi akan berteriak karena terkejut mendengar kasus pembunuhan, namun ku sempat membekamnya agar tidak ketahuan.

Tiba-tiba seekor kecoa merayap ditanganku membuatku berteriak sekencang mungkin. Bahkan papan yang tadinya menutupi kami langsung jatuh bersamaan dengan aku dan Shomi.

"A-aduh tanganku sakit" Shomi meringis kesakitan karena tangannya bergesekkan dengan paku kecil yang ada dipapan itu.

"Kalian??!!!!"

~NEXT

JIGOKU SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang