Prolog

104 14 18
                                    

Memoria

(Noun)
Libro o escrito en el que alguien cuenta los recuerdos y acontecimientos de su vida.

(Nomina)
Buku atau tulisan di mana seseorang menceritakan kenangan dan peristiwa dalam hidupnya.

🍁🍁🍁

Yoona

Mungkin ini adalah akhir.

Akhir dari segalanya.

Akhir dari perjuanganku untuk mempertahankannya.

Oh, bagaimana bisa ini dikatakan akhir jika kami bahkan tak membangun dari awal?

Dia teman dekatku,
Teman dekat yang selalu yakin jika aku akan menjadi jodohnya kelak.

Tapi, mana mungkin aku percaya kelak dia berjodoh denganku, sementara prioritasnya sekarangpun bukan hanya aku.

Ada gadis lain yang lebih ia prioritaskan dibanding aku.

Mungkin baginya, aku hanyalah sepotong kertas yang berada di tumpukan buku-buku besar, hingga tak pernah dapat terlihat oleh matanya.

Dia tak pernah berniat membongkar buku-buku besar itu hanya untuk mencari sepotong kertas yang terus terselip di sana dengan tidak bergunanya.

Ya, aku adalah sepotong kertas itu.
Yang tak pernah ia cari karena masih ada buku yang lebih berguna, yang lebih pantas ia jaga.

Hingga suatu hari ia membongkar buku-buku itu, dan mulai menemukan sepotong kertas yang sudah kusut, yang dulu sudah tak berguna dan sekarang menjadi lebih tak berguna.

Apa yang akan kau lakukan pada sepotong kertas itu?

Kau pasti akan membuangnya.

Jelas sekali kau akan langsung membuangnya.

Untuk apa juga kau menyimpannya jika kertas itu sudah tak berguna?

Hei, akan kuingatkan lagi jika dari awalpun kertas itu memang tak berguna.

Iya.

Aku tidak berguna.

🍁🍁🍁

Bani

Kau selalu membuat perumpamaan jika kau hanyalah sepotong kertas dan dia itu sebuah buku.

Kau beranggapan aku tak akan mencari sepotong kertas itu karena masih ada buku yang lebih bagus, lebih berguna, dan lebih pantas untuk kujaga dan juga kurawat.

Dan kau beranggapan bahwa kelak jika aku menemukan sepotong kertas itu, aku alan membuangnya karena kertas itu tak berguna.

Kau salah, Yoona. Kau salah besar!

Justru aku akan terus mencari sepotong kertas itu diberbagai tempat, disudut manapun, hingga aku kelelahan dan tanpa sengaja tertidur, lalu esoknya aku akan kembali mencari dan berujung dengan kelelahan lagi lalu tertidur lagi, begitu seterusnya sampai aku dapat menemukan potongan kertas itu.

Lalu, setelah aku menemukan potongan kertas itu, aku akan membuangnya seperti yang ada di pikiranmu?

Tentu saja tidak!

Karena dari awal pun potongan kertas itu sangat penting bagiku!

Apakah kau tahu potongan kertas apa yang selama ini aku cari?

Itu adalah sepotong kertas dari Al-Qur'an. Tentu kau sangat tahu bagaimana pentingnya Al-Qur'an, bukan?

Bagaimana bisa aku membaca Al-Qur'an itu jika potongan ayatnya ada yang hilang?

Ya, sepenting itu dirimu bagiku.
Kamu itu penting. Hari-hariku tak akan lengkap jika kamu pergi, jika kamu menghilang.

Sama seperti Al-Qur'an yang potongan kertasnya hilang. Al-Qur'an itu akan sulit untuk dibaca lagi. Karena ayatnya sudah tak lengkap lagi.

Jadi, kau harus mengerti arti dari semua ini.

Iya.

Kamu itu sangat berguna.

🍁🍁🍁

Langit mendung di kota Tokyo menandakan cuaca sedang tidak mau bersahabat baik hari ini.

Tadi pagi cuaca di kota itu masih biasa saja. Bahkan prakira cuaca mengatakan bahwa kota Tokyo hari ini akan terlihat cerah.

Tapi lihatlah, sekarang hujan malah turun dengan derasnya.

Gadis itu mengerang dalam hati. Ia sedikit menyesali keputusannya yang keluar rumah hari ini.

Kenapa ia malah gampang percaya dengan siaran pra kira cuaca di Televisi itu!

Ia menoleh sedikit ke arah beberapa manusia malang yang kini terjebak di salah satu Kafe di Harajuku.

Ah, sial!

Gadis itu kembali mengumpat. Entah itu sudah umpatan ke-berapa kalinya yang gadis itu lontarkan.

Gadis itu memegang kedua sisi cangkir yang berisi kopi, berusaha mengalirkan sensasi hangat lewat kopi itu.

Gadis itu memejamkan mata, lalu mulai mengangkat gelas itu dan meneguknya sambil tersenyum, berusaha untuk tetap fokus pada kopinya. Karena demi apapun, kopi adalah penyelamat hidupnya. Hanya kopi yang bisa menstabilkan emosi tubuhnya.

Namun sebelum gadis itu benar-benar meneguknya. Iya sedikit dikejutkan dengan suara berat seorang pria di sebelahnya.

"Yoona?"

Tubuh Gadis itu menegang. Napasnya tercekat. Ia yakin ia tidak salah dengar.

Suara pria itu... Dia mengenal suara pria itu...

Gadis itu mendongak sambil meletakkan cangkir kopinya. Tubuhnya benar-benar dibuat kaku setelah melihat pria disebelahnya yang memang ia kenali.

Pria itu tersenyum simpul, lalu menjulurkan tangannya. "Hai, Yoona. Senang bertemu denganmu lagi."

Kali ini gadis yang dipanggil Yoona itu tak bisa apa-apa, dia hanya menatap pria di hadapannya dengan wajah sedikit muram, lalu pandangannya beralih ke arah tangan pria itu yang masih terulur ke arahnya.

Hanya satu hal. Dia yakin dia benar-benar tidak mau mengakui ini.

Rasanya ia akan terlalu hina jika ia menangis lagi. Tapi ia terlalu benci untuk menahan air matanya.

Hanya hari ini. Hari ini segala bentuk penyangkalan pun tak akan menang.

Untuk hari ini, sebuah kejujuran adalah hal yang paling ia junjung.

Iya. Dia akan mengakui.

Dia sangat merindukan pria itu.

Sangat sangat rindu.

🍁🍁🍁

Hai, aku kembali lagi dengan cerita baru, Memoria.
Semoga kalian suka ya dengan ceritanya.

Pantengin terus cerita ini jangan sampe ketinggalan yaa :)

Please, komen sebanyak-banyaknya di sini biar aku jadi makin semangat buat ngelanjutin ceritanya.

Komen di sini juga kalau ada yang mau aku kasih visualisasi pemerannya yaa :)

Salam Sayang,

Fiha im❤️

MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang