kisah kedua

0 1 0
                                    

"harus gitu ya? Gue harus ketemu lagi sama orang yang paling nyebelin di hidup gue" -mauren

"Renzeno, sekarang belajar Sains!!" Pinta pak Geo.
"Hmm" jawab singkat Renzeno.
"Mauren untuk olimpiade Sains nya saya sudah menyiapkan semua, tinggal persiapan kamu dan Jack ya," ucap pak Geo halus kepada Mauren.
"Iya pak, terimakasih"
**
"Ren, gue bingung ngerjain ini, gimana caranya?" Tanya Renzeno tiba-tiba.
Entah kenapa jantung Mauren berdetak lebih kencang daripada biasanya.
"Hmm ya-yang mana?" Ucap Mauren dengan gugup
"Lo grogi?"
"Ngg-nggak b aja kok" sahut Mauren langsung.
'aduhh Mauren..pliss dehh jangan grogi, jangan gugup!' pinta Mauren dalam batin.

Mauren menjelaskan materi yang akan  menjawab soal itu.
'cantik'  batin Renzeno menatap tajam Mauren yang sedang sibuk menjelaskan.

"Hmm lo nggausa natap gue kek gitu," Ucap Mauren ketika melihat Renzeno menatapnya dengan tajam.
" Katanya suruh belajar menghargai orang, gue liat lo njelasin tauu," ucap Renzeno sambil mengalihkan pandangan.
"Dasar berandalan," geruru Mauren.

Mama;
Auren, mama sama papa nanti nggak di rumah, pulang besok.

Ponsel Mauren bergetar dan tertera chat dari Azra, mamanya. Dia hanya menghembuskan napas.
"Mauren, klo hari ini kamu di sini sampe malem gimana? Saya mau mbahas olimpiade, kamu izin dulu ke orang tua kamu" Pinta pak Geo.
" Hm iya pak, mama sama papa Mauren lagi nggak di rumah kok," jawab Mauren.
"Gausa manggil pakek pak lah Mauren, panggil om aja, saya belom keliatan tua kok,"
" Owh iya pak, eh maksud saya om hehe"
**
"Nih makan dulu!" Ucap Renzeno dingin sambil menyodorkan makanan ringan.
"Iya makasih" balas Mauren dengan senyuman.
"Gue mau ke luar dulu, lo ikut kagak?" Ucap Renzeno yang lagi-lagi dingin.
"Nggak" singkat balas Mauren.
Mauren berpikir lagi, dia butuh udara. Dia bosan terus berada di rumah dan akhirnya,
"Eh Zen gue ikut,"

Mereka duduk di halaman rumah dengan udara dingin yang menyelimuti tubuh.
"Zen liat deh, bagus ya langitnya. Banyak bintang,"
"Heem ada bulan juga, jadi tambah bagus,"

'Whatt?? Apa gue nggak salah denger? Dia bicara seakan-akan hangat di keadaan yang dingin kek gini?!' batin Mauren sambil melihat Renzeno yang sedang menatap langit luas.
Mauren yang saat itu terjebak dalam lamunannya sendiri, terkejut bukan main. Bagaiman tidak?? Renzeno membawakannya hoodie sebagai penghangat dinginnya malam saat itu.
"Makasihh" ucap Mauren.
" Hm" balasnya singkat.

'terimakasih untuk malam itu'



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THX-U Star!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang