2. Putih Dan Edel

92 16 45
                                    

Garis demi garis kulukis
Liku demi liku kugambar
Sketsa ini seperti sebuah jalannya kehidupan manusia
Banyak garis lurus dan garis berliku

-Zeline Leshan Shaenette-

*****

Zeline masih setia dengan sketsa yang ia gambar. Dirinya tersenyum hingga suara klakson mobil mengagetkan dirinya. Dengan cepat ia masukan buku sketsa dan peralatan sketsanya kedalam tasnya dan merapikan penampilannya.

Mobil berwarna putih itu terus menerus membunyikan klaksonnya dengan tak sabar. Zeline berlari - lari kecil menuju ke mobil itu. Dibukanya pintu mobil itu dan memasuki mobil itu.

"Why you so long ?" Ucap Sang pengemudi.

"I'm sorry, Dad. I just listening some music ." Ucap Zeline.

"You not draw , don't you ?" Tanya Ayah Zeline.

Zeline hanya menggeleng menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ayahnya itu. Pria berambut pirang memiliki permata coklat itu hanya tersenyum dan langsung menjalankan mobilnya.

Disisi lain seorang pria yang sedari tadi bersembunyi di balik pohon itu menatap mobil putih dengan tatapan bingung. Pria itu melangkahkan kakinya menuju ke motor yang ia pakirkan  tadi dan langsung menaikinya dan menjalankannya menjauh dari taman kota.

****

Diana baru saja turun dari mobilnya. Gadis berprawakan tinggi ini melangkahkan kakinya menuju ke Kafe yang terletak di daerah Siranda. Giggle Box Cafe namanya, kafe yang bergabung dengan studio foto ini merupakan tempat bertemunya dia dengan Afra, adik kelasnya sekaligus kekasihnya.

Sepatu merah muda berhak ini melangkah menuju ke tempat duduk didekat jendela dengan seorang cowok remaja yang sedang menunggu disana sambil mendengarkan musik dari earphone yang terpasang ditelinganya.

"Maaf menunggu." Ucap Diana.

Afra langsung melepaskan earphonenya dan menaruhnya diatas meja. "Tak apa, aku juga belum lama sampai." Ucap Afra kepada Diana.

Diana mengangguk lalu mendudukkan dirinya dikursi yang bersebrangan dengan kursi Afra.
"Kenapa kau mengajakku kemari ?" Tanya Diana kepada Afra.

Afra menatap Diana dengan serius lalu meminum minumannya yang dipesannya tadi. "Aku mau bertanya ?" Tanya Afra.

Diana mengangguk lalu berkata, "Apa yang ingin kau tanyakan ?".

"Saat kau menembakku dulu kau pernah berkata bahwa kau adalah Putih teman masa kecilku dulu." Ucap  Afra dan Diana mengangguk.

"Tapi, entah kenapa aku meragukannya saat ini." Ucap Afra membuat Diana terkejut.

"Apa maksudmu ?" Tanya Diana.

"Seingatku dulu Putih itu tidak suka warna merah muda, baju - bajunya bahkan sepatunya semua yang dipakai berwarna putih bahkan dia menamai dirinya dengan warna Putih dan juga Putih sangat hobi menggambar dia selalu bercerita padaku dulu saat orang tuanya melarangnya menggambar dan satu lagi yang membuatku meragukanmu adalah kenapa kau tak ingat peristiwa yang pernah kita alami dulu." Ucap Afra.

Diana diam mendengar ucapan Afra. "Sebenarnya siapa dirimu, Kak Diana?" Tanya Afra membuat Diana semakin diam.

"Maafkan aku-" Ucap Diana menatap Afra.

My Love SketchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang