Pesawat mendarat dengan baik dibandara, tak terasa Alaa sudah sampai di Pulau Kalimantan tepatnya provinsi Kalimantan Timur yang terkenal dengan suku dayak mereka miliki. Suasana loket penerbang sedang ramai pasalnya jadwal yang bertabrakan dengan libur panjang. Banyak orang mudik ke kampung halaman. Alaa sibuk memandangi sekitarnya untuk memastikan apakah ayah sudah datang menjemput atau masih dalam perjalanan. Sementara menunggu, ia duduk dikursi tunggu sambil membaca al-quran dalam smartphone.
Selang beberpa lama kemudian ayah datang sendirian dengan memakai kemeja warna taro yang tertutup jas hitam dan celana jeans hitam. Postur tubuh tinggi 183 cm menambah sempurna penampilan ayah.
Namun biarpun beliau tak lagi muda masih banyak saja wanita bahkan gadis - gadis remaja tertarik padanya. Tetapi ia berjanji bahwa ia takkan tertarik pada wanita lain, cukuplah istri keduanya ini menjadi yang terakhir.
"Sudah lama Alaa? " tanya ayah menghampiri anaknya tersebut.
"Tidak ayah baru 15 menit yang lalu. " jawab Alaa seraya melorik jam tangan yang ia kenakan.
"Ya sudah, kita langsung ke mobil saja yah. "
Laki - laki paru baya itu langsung mengangkatkan koper yang dibawa Alaa ke bagasi mobil. Mereka pun beranjak menuju mobil.
Dalam perjalan terlihat diujung sana seorang pemuda yang juga sudah turun dari pesawat. Ia memakai kaca mata dan jaker berwarna hitam. Berjalan menuju puntu keluar. Sesekali laki - laki itu terlihat memandangi handphone yang ada dalam genggamannya.
Setelah naik mobil mereka segera beranjak pergi. Didalm mobil pertengahan jalan ayah menawari putrinya untuk makan siang direstoran ternama. Tapi kelihatannya Alaa tidak tertarik untuk makan di tempat - tempat mahal seperti yang ditawarkan padanya. Tidak ingin ayah kecewa Alaa menerima tapi dengan tempat pilihan sendiri.
Ayah pun membelokkan mobilnya dipersimpangan jalan dan berhenti diwarung makan sederhana. Terheran itu yang tunjukan oleh ekspresi wajah ayah sekarang. Beliau tidak habis pikir jika putri yang selalu ia turuti keinginanaya hanya memilih makan siang diwarung sederhana bahkan tidak ada kata barang mewah didalam ruangan.
Mereka menuju bangku yang telah tersedia lanjut memesan makan dalam menu.
Laki-laki itu sabar menunggu ya, terkadang wajah tak suka ia tampakkan sedangkan Alaa malah tersenyum tanpa henti. Karena asyik memperhatikan tingkah laku ayah yang seperti tidak terbiasa untuk menyantap hidangan ditempat terbuka. Dan merasa kunjungan mereka tidak layak sebab penampilan yang sudah keren tapi malah berhenti diwarung biasa - biasa saja.Padahal dulu, sebelum ayah berjaya beliau sering sekali mengajak keluarganya makan ditempat - tempat kecil walau itu hanya sekedar minum es teh. Tapi sekarang berbeda ia malah merasa asing dengan keadaan yang ada.
Hidangan telah tersedia dimeja saatnya menyantap untuk sekedar mengganjal perut yang sedang kosong setelah berjam - jam dalam perjalanan.
Kali ini ayah kebingungan bagaimana cara makan tanpa sendok dan garpu. Alaa sengaja memesan labu santan ditambah lauk ikan asin karena dia tau sang ayah sangat menggemari makanan khas daerah tersebut."Ayah ingat nggak waktu dulu kita sering makan makanan ini bersama ibu dipondok tengah sawah? " tanya Alaa. Ayah pun mencoba mengingat - ingat kejadian itu.
Rasanya sangat lama sekali bila harus membiarkan ingatan yang tak pernah muncul lagi dalam benak beliau.
"Ayah sudah tua jadi ayah lupa ?" akhirnya ia menjawab pertanyaan dengan berbagai alasan.
Namun, rasanya agak mustahil jika ayah melupakan momen - momen tersebut. Apalagi sudah 10 tahun bersama.
Sampa Alaa menghabiskan nasi dipiringnya ayah tak kunjung juga memakan hidangan yang tersedia.
Tidak heran atas perilaku yang baru ia lihat hari ini. Kekayaan harta bendalah yang mengubah sifat laki - laki paru baya itu belum lagi jabatan tinggi membuat beliau semakin tergila - gila.
Setengah jam mereka nongkrong diwarung itu perasaan ayah semakin risih dan gerah. Ditambah lagi suasana ruang banyak pengunjung berdatangan.
Mereka pun segera meninggalkan warung lantas pergi untuk beranjak ke rumah. Alaa yang menunggu ayah bayar dikasir sabar sambil pegang telpon genggamnya memberi kabar pada ibu.
Setelah itu dengan rasa agak kesal ayah masuk ke dalam mobil dan menyetir dengan kecepatan tinggi.
Alaa merasa bersalah karenah telah mengajak ayah ke tempat yang kurang beliau senangi. Ia pun tak berani untuk medongakan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusinasi Kebahagiaan
Teen Fiction"Setiap kebahagiaan pasti akan ada mimpi yang membuat orang berangan-angan dengan hidupnya."