Wanita yang Tak Pernah diKenal

14 4 0
                                    

Sampai didepan rumah Alaa turun dari mobil sedangkan ayah memakirkan mobil dibagasi samping rumah.
Ellen sudah sendari tadi berdiri depan pintu, menunggu kepulangan suami tercinta. Sangat disayangkan ibu tiri Alaa yang sekarang belum mendapatkan hidayah dari Yang Maha Kuasa. Ia belum juga pakai jilbab walaupun baju yang selalu dikenakan tertutup.

Melihat kedatangan Alaa, Ellen memasang mata tajam. Terlihat ia mengamati anak tirinya itu dari ujung kerudung sampai ujung sepatu. Asing dimatanya ketika pertama bertemu. Mengingat itu adalah anak dari suaminya dan ayah juga banyak bercerita tentang Alaa padanya. Mau tidak mau ia harus bersikap sopan kepada gadis tersebut.

"Alaa yah ?" tanya Ellen menyambut hangat gadis berkerudung itu.

"Iya tante, saya Alaa. " jawab Alaa seraya tersenyum.

Langkah kaki perlahan berjalan menuju teras rumah. Ayah pun begitu dengan terletih - letih mengangkat koper yang dibawa tadi.

Ellen masuk lantas ke dapur sambil mengambilkan air minum dan senek ringan.  Alaa lalu duduk di sofa yang sudah tersedia. Ia melihat sekitar ruang banyak benda - beda yang diluar akal.  Tidak seperti rumah lainnya yang penuh dengan seni kaligrafi ataupun hiasan bercorak islami.  Rumah ayah yang baru bahkan tidak ada tulisan Allah SWT dan nama nabi Muhammad saw.

Alaa bahkan ragu untuk tinggal ditempat ini.  Walaupun besar dan luas tetap saja tidak menambah rasa nyaman. 

Ia ingin bertanya tentang keseharian mereka dirumah. Tapi rasanya tak pantas dia melontarkan itu apalagi pada ayah kandungnya.  Jawaban pasti sudah ditebak karena Alaa mengenal lama sang ayah maka tidak diragukan lagi perilaku beliau.

Namun yang lebih mebingungkan ibu tiri belum juga memakai jilbab. Rambut masih tergerai ikal. Dan kadang - kadang hanya sekedar memakai sendang untuk tutupi kepala.

Dari balik pintu kamar terdengar suara tangisan bayi.  Alaa penasaran ia mengarahkan kepala ke satu tujuan. Ibu tahu itu,  ia pun menjawab teka - teki yang bersarang dikepala.

"Ohh.. Itu suara dedek kecil. Sebentar yah." ujar ibu Ellen beranjak masuk kamar.

Beberapa menit kemudian beliau keluar dengan menggendong bayi. Rupanya ayah telah dikaruniai anak dari isteri barunya.

Seorang anak laki - laki yang lahir dari rahim wanita yang tak pernah direstui isteri pertama. Memang tidak wajib bagi seorang suami mendapat restu cinta pertamanya.

Tapi apakah pantas jika itu terjadi sedangkan ada hati yang terluka atau  bahkan masih ada rasa pahit hingga saat ini. Ibu memang tidak pernah bercerita tentang bagaimana ia tahan rasa sakit itu bertahun - tahun.  Beliau juga selalu memendam keluh kesahnya sendiri. 

Ellen menghampiri Alaa bermaksud untuk perlihatkan bayinya pada anak tirinya tersebut.
Namun ayah tiba - tiba menyuruh Alaa ke kamar tempat ia akan beristirahat. Letak yang agak jauh yaitu lantai dua pojok kanan.  Dia menaiki peranak tangga dibantu dengan seorang pembantu yang membawakan barang - barangnya sampai ke ruangan.

"Oh jadi itu anak perempuan yang selalu kamu bangga - bangga." cetus Ellen ketika berhadapan dengan ayah.

"Iya,  memang kenapa? "

Ayah memasang wajah penuh keyakinan.  Sedangkan ibu ingin marah karena ia rasa pasti akan ada seseorang yang laki - laki itu bagi kasih sayangnya.
Beliau lantas kembali ke dalam kamar.

Ia masih duduk dibangku yang ada diteras kamar lantai dua.  Gadis itu memandangi jalan raya yang lagi ramai.  Banyak endaraan mondar - mandir.  Tak seperti pedesaan, dikota justeru luar pikiran Alaa. Dia membayangkan kota sangat nyaman itu ditenpati ramai dan mudah dapat bergaul.  Namun semua salah,  jangankan dapat teman tinggal dirumah ayahnya saja ia masih kesepian.

Rindu pada seseorang dia lalu mengambil handphone disaku roknya.
Alaa pun membuka situs messeger dan benar saja Yerin sahabat dekatnya mengirim pesan serta isinya tentang kabar Alif.

"Alaa, aku punya kabar baik nih.  Alif kuliah di Kalimantan tepatnya universitas ar Rasyd. " pesan singkat yang dikirimkan Yerin

Senyum terpancar diraut wajah gadis berumur 18 tahun itu. Ia bahagia walau hanya mendapat kabar dari sahabatnya tentang satu laki - laki tersebut.

Jujur, sudah hampir 2 tahun belakangan Alaa tak pernah lagi mendengar suara hafiz muda.  Harapan akan bertemu pun sirna karena berita terakhir kali yang ia dapat Alif pergi ke Jepang untuk lanjut perguruan tinggi. 

Sampai sekarang perempuan berkerudung panjang itu masik miliki rasa yang sama ketika pertama kali melihat Alif.

Saat itu dia masih duduk dibangku Sekolah Menegah Kejuruan kelas 1. Dan ia terpilih menjadi ketua rohis sedangkan Alif bertindak jadi ketua OSIS.  Karena tuntutan kerjasama jadi mereka sering bertemu dan disela - sela pertemuan itulah Alaa mulai menyadari rasa ingin memiliki tumbuh.

Pernah disuatu kejadian saat berlangsungnya acara ulang tahun sekolah dan mereka mengusung tema cinta ilmu cinta al-quran.  Jadi setiap kegiata harus sesuai syari'at islam. Para anggota OSIS pun memilih Alaa untuk tilawah sebagai pembuka acara. Maka saat ia tampil dengan gamis yang anggun serta jilbab panjang menutup dada buat Alif terkesima melihatAlaa duduk hendak baca al - quran.

Suara lantang dan merdu ia keluarkan sebisa mungkin.  Meski awalnya sempat gugup ketika tahu Alif sedang menyaksikan.  Hadirin yang datan pun ikut hikmat mendengarkan lantunan baca kitab suci tersebut.

Selesai penampilan Alaa langsung turun dari panggung.  Yerin yang sudah menunggu dibelakang pentas memberi segelas air pada teman karibnya.

Tanpa sadar Alif ternyata sudah berjaga diujung sana dekat pintu keluar entah angin apa yang bawa dia sampai keruangan yang sama.

"Laa." ucap Yerin sambil mengarahkan jari telunjuk pada Alif.

"Ehh...  Yerin.  Jangan! " ujar Alaa seraya menurunkan tangan temannya itu.

Tersadar Alif langsung menolehkan pandangan ke arah dua sahabat yang lagi bercengkerama.

"Dia nengok Laa. "

Kaget Alaa segera menarik tangan Yerin lantas pergi dari ruangan tersebut.  Alif pun menundukkan pandangan.  Meski begitu dibalik tundukannya ada rasa heran dan lucu bercampur jadi satu.

Ilusinasi KebahagiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang