Gusti Yann Syahreza. Namanya.
Dia menarik,tetapi aku tidak tertarik.
Semua tergila gila padanya. Bentuk tubuhnya yang sedap dipandang,maskulin,dan juga suaranya yang seksi siap membuat hati para wanita bergetar.Tetapi
Sebentar,
Aku lupa memperkenalkan diriku
Oh iya,perkenalkan namaku Vedra Ayu Kusuma,anak yang biasa biasa saja. Tidak suka keramaian,suka menulis,dan tidak suka berdebat. Aku tidak pandai mendeskripsikan diriku karena aku yakin kalian tidak akan tertarik sama sekali. Hidupku yang monoton ini tidak pernah membuatku bosan. Entah,mungkinkah aku aneh?tidak juga. Aku merasa setiap orang mempunyai ciri khasnya masing masing. Terlebih menjadi seorang yang pendiam bukan berarti selalu menutup dirinya dalam-dalam.Aku benci keramaian.
Karena aku selalu merasa kesepian. Tidak usah terheran,aku pun juga tidak tau mengapa. Lebih baik aku menghabiskan waktuku dikamar,bermain gitar lalu menulis dan tidur sampai esok hari. Zona nyamanku membuatku terlena bahwa masih ada kehidupan yang lebih diluar sana. Sampai akhirnya ketika aku menginjakkan kakiku di Sekolah Menengah Atas dan mengklaim diriku sudah bukan lagi anak anak,kehidupanku berubah.Menjadi seseorang yang biasa saja dan kawan yang sedikit di masa putih abu-abu? Cupu sekali. Pastinya aku dianggap aneh dan tidak asik. Mereka yang pandai bergaul sana-sini,mempunyai pengikut yang banyak di instagram,teman nongkrong,genk famous dan lain lain pastinya sangat melekat pada masa SMA. Tetapi aku tidak masalah.
Karena prinsipku: Aku lahir sendiri,mati juga sendiri. Jadi,mengapa aku harus takut sendiri?
Aku beruntung aku tidak termasuk seperti mereka,karena aku merasa hidupku jauh lebih tenang dari mereka yang hanya menikmati fananya dunia remaja dan drama sekolah.
Aku biasa menggunakan waktu luangku untuk menulis. Menulis puisi. Tidak terlalu bagus untuk dibaca,tetapi batinku puas setelah menulis apa yang menjadi isi hati.
adil
senyumku melankolis
hatiku sedang teriris
hari-hariku dikoyak sepi
semua orang meninggalkan ku sendiri
batin malu dengan semesta
yang kini membuatku meronta
semesta tidak adil
padahal diriku tidak butuh andil
ekspetasiku ku buat malu
dengan realita duniaku
apapun yang kumau
hanya berujung semu
yang aku mau hanyalah sebiji afeksi
tetapi afeksi membuatku infeksi
aku harap kau dan aku bersenyawa
mendekap dan mendekat dalam jiwa"Anjir,sumpah ya demi apapun daritadi lo diem bikin ginian?" Reza menarik buku terkutukku dengan paksa lalu membacanya dengan lantang.
"Melankolis itu apasih?" Tanya nya
"Kepo,sana nyari di KBBI!" Jawabku sekaligus mengambil alih buku terkutukku itu.
"Lucu banget deh,kok namanya buku terkutuk?"
"Soalnya gue nulis pas pikiran gue lagi kacau aja"
"Jadi,kalau lagi bahagia engga nulis?"
"Enggak"
"Kenapa? Ih elu suka lupa sama kulitnya,pas sedih aja baru nulis. Dasar"
Aku meringis.
Aku menulis karena tidak bisa mengutarakan langsung apa isi hati. Karena aku tidak pernah percaya dengan kata sejati. Mereka yang pandai menenangkan,tidak selamanya ada. Bahkan yang aku anggap istimewa,akan pergi meninggalkan. Karena sejatinya, semua orang hanya peduli dengan dirinya sendiri. Maka dari itu aku menulis,agar aku bisa berkata tanpa mengucap,dan tidak perlu orang lain tau akan apa yang aku rasakan.
"Gue mau dong request tentang perpisahan gitu loh,Ved. Mau gue jadiin caption Instagram nih"
"Dasar pencitraan" ejekku
"Serius nih gue! Rere ninggal gue dengan alasan tijel. Gue pingin dia ngerti apa isi hati gue,Ved."
"Tijel? Apalagi sih itu"
"Tidak Jelas,Vedra yaampun. Kudet amat"
"Ya maap. By the way saran gue sih ya,mending lo samperin aja si Rere. Ngomong langsung terang-terangan. Karena lo cowo. Biar lebih gentle aja gitu. Ngga cocok tau cowok mellow di sosmed. Lewat caption pula!"
"Emang nya kenapa,Ved? Emang cowo ngga boleh gitu ya ngelampiasin sekali sekali lewat sosmed? Sekali sekali merasa rapuh sampai bungkam" Belanya
"Tapi bikin caption gitu sama aja bukan bungkam namanya..."
"Auk ah! Ribet banget lo dimintain tolong sekali kali kek ngeiyain biar gue seneng"
"Iya iya! Gue bantuin!"
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Buta
Romancematahari tenggelam cahaya pudar setelah kehilangan duniaku padam.