3 - Pengantaran Makan Siang

64 0 0
                                    

Presentasi pun berjalan dengan lancar. Sampai dengan bagian kelompok VOC, alias kelompok Raka, si pintar saingan Vanka. Raka menjelaskan hasil dari presentasi kelompoknya dengan sangat cermat. Pak Aksa terus-menerus memperhatikan Raka dengan senyum, memberi tanda bahwa ia kagum dan senang atas penjelasan Raka yang notabene 'anak kesayangan'nya di kelas Vanka. Vanka pun memperhatikan Raka dengan perasaan takut akan dikalahkan semester ini. Selain memperhatikan Raka, ia juga terkadang mengalihkan perhatian ke Pak Aksa, ia kesal melihat Pak Aksa senang dengan penjelasan Raka. Ya, ia takut tersaingi.

Ketika Raka selesai menjelaskan, Vanka merasa ada yang janggal dan kurang. 'Kenapa nggak ada hak octrooi, itu padahal penting kan?' tanya Vanka dalam hati. Tiba-tiba, Pak Aksa bersuara pelan, berbicara kepada Raka, tapi terdengar oleh Vanka. "Kok gak ada hak octrooi?" tanya Pak Aksa. "Oh iya, ada juga yang namanya hak octrooi, hak octrooi itu hak yang diberikan oleh pemerintah Belanda yang isinya ada ..." jelas Raka. 'Lah?! Curang banget asli, mentang-mentang anak kesayangan, masa bisa digituin dikasih arahan? Pasti kalau kelompok lain, ini udah jadi poin minus gara-gara materinya kurang, sabar Van' kesal Vanka dalam hati. Saat itu, dia benar-benar kesal dan beranggapan bahwa Pak Aksa PILIH KASIH.

Presentasi pada hari itu pun selesai. "Ya, hari ini sudah selesai, minggu depan untuk kelompok Perancis, Inggris dan Belanda persiapkan dengan maksimal ya. Hari ini, yang belum dan nggak akan dapat nilai, kelompok VOC 2," jelas Pak Aksa. Ya, VOC 2 gagal memuaskan Pak Aksa hari ini. Mereka sama sekali ngga presentasi. "Ingat ya, setelah presentasi ini, ada yang remedial bagi yang kurang baik. Tugasnya adalah kalian harus menyanyi untuk mengiringi praktik drama kelas XI." jelasnya lagi. "Waduh, gila gila, ribet  banget beneran," ucap Vanka.

"Sekarang, kalian robek kertas selembar terus dibagi 4, kecil aja, segini," kata Pak Aksa sambil menunjukkan kertas. "Bagi dong Dan," pinta Vanka sambil menepuk bahu Danu yang duduk di depannya. "Nih," ucap Danu sambil memberikan kertas ke Vanka. Pak Aksa pun berjalan mengelilingi kelas sambil memikirkan soal yang akan dia berikan. Saat melewati meja Nayla, yang saat itu sebangku dengan Vanka, Pak Aksa berkata, "Jauhan dikit, jangan terlalu dekat," sambil menarik meja Nayla agar tak terlalu dekat dengan meja Vanka. Yang lain nggak ada yang digituin, cuma si Nayla. "Ya, peraturannya nggak boleh ada coretan, kalo ada coretan langsung disalahkan ya, terus nama, kelas, dan tanggal harus ditulis." jelas Pak Aksa. 'Ini kenapa dia jadi kayak guru IPS SMP gue dulu?' tanya Vanka dalam hati. Ya, guru IPS SMP Vanka dulu kalau ngasih tugas dan lain-lain, kertasnya harus bersih, gak boleh ada coretan, tambalan, atau apapun itu. Ini kenapa Pak Aksa jadi ikut-ikutan gini. Otomatis kalo ada coretan, ngulang lagi kan dari awal.

"Ya, nomor satu," ucap Pak Aksa. "Portugis datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Sebutkan rempah-rempah apa saja, harus sesuai dengan power point, berurutan dari kiri ke kanan," lanjut Pak Aksa sambil mengarahkan 'dari kiri ke kanan' di depan layar infocus. "Allahuakbar, cape cape," keluh Vanka. Bayangin aja, berurutan? Dari kiri ke kanan? Mending kalau acak.

Tiba-tiba pintu kelas diketuk lalu dibuka secara perlahan. "Assalamualaikum," salam manusia yang ada di depan pintu kelas itu. "Pak, izin mau nganterin catering ke Vanka," ucap salah satu dari mereka. Ya, jadi Vanka dan beberapa temannya ikutan catering makan siang yang ada di sekolahnya. Vanka disuruh ikut biar makannya bener kalau kata ayahnya. Nah, sebelum itu, tadi sudah dibagiin catering, cuman ada dua orang teman Vanka yang nggak masuk jadi mau nggak mau, bu Gracia selaku wali kelas Vanka dan pembina koperasi yang ngurusin catering itu harus menitipkan catering-nya ke Vanka. "Nggak boleh ah, Vankanya lagi ujian" kata Pak Aksa sambil senyum-senyum. Vanka tahu banget, ini sih Pak Aksa lagi ngebercandain mereka, kelihatan dari raut wajahnya itu yang mengeluarkan ketawa-ketawa kecil. Jadi, dengan sadar, Vanka sudah berdiri untuk mengambil catering tersebut.

Tiba-tiba Pak Aksa berdiri menahan Vanka untuk keluar. "Udah-udah, sama saya aja," kata Pak Aksa. Pak Aksa pun mengambil catering itu dan mengantarkannya ke meja Vanka. Lalu, iya menaruh catering itu di meja Vanka dengan sendirinya. Wait, kenapa nih, kok deg-deg-an?

Kuis pun masih berlangsung. Pintu kelas diketuk lagi oleh seseorang. Ternyata, Bu Gracia, ia pun membuka pintu kelas. "Assalamualaikum, Vanka, mana catering yang tadi?" tanya Bu Gracia. Oh iya, karena Pak Aksa katanya sih 'ganteng', jadi dia juga suka dijodoh-jodohin sama muridnya ke beberapa guru, contohnya sama wali kelas Vanka sendiri, Bu Gracia. "Ini bu," ucap Vanka sembari berdiri ingin memberikan catering tersebut ke Bu Gracia. Setelah berjalan satu langkah, Vanka pun berhenti. "Udah, sama saya lagi aja sini, kamu duduk aja," Pak Aksa pun memberhentikan Vanka dan mengambil catering yang ada di tangan Vanka. Vanka pun hanya terdiam.

Kuis pun selesai. Saatnya pengoreksian. Pak Aksa pun membagikan kertas kuis secara acak. Vanka yakin dia sudah salah banyak banget. Gimana nggak? Soalnya bener-bener mewajibkan kalian untuk tidak melewati satu kata pun yang disampaikan oleh presentator. Di nomor terakhir itu harusnya jawabannya Perancis, tapi Vanka malah salah nulis jadi Spanyol. Masa ngulang lagi dari awal? Karena nggak boleh dicoret, akhirnya dia menulis 'Spanyol/Perancis' dan dia yakin banget itu pasti disalahin. "Kalo typo juga langsung disalahin ya," ucap Pak Aksa. Pengoreksian pun dimulai, Vanka sudah menerka-nerka nilainya bakalan maksimal 50. Sampai pada nomor terakhir, Vanka sudah ingin tertawa karena mengingat jawabannya. Ternyata, kertasnya diperiksa oleh Rizqi, temannya yang lumayan pintar. Si Rizqi ini kelompok VOC 2 jadi dia nggak dapat nilai hari ini, sampai Pak Aksa pun kaget karena dia masuk di kelompok VOC 2 yang notabene nggak bertanggung jawab. Setelah diberitahu bahwa jawaban nomor 10 adalah Perancis. Rizqi pun ke depan dan bertanya ke Pak Aksa. "Pak, ini boleh Spanyol/Perancis?" "Nggak boleh lah, Spanyol Spanyol aja, Perancis Perancis aja," kata Pak Aksa menahan tawa lalu menatap Vanka. Vanka pun ikutan tertawa. "Pak, itu saya salah nulis, katanya nggak boleh dicoret," kata Vanka memelas. "Ya ulang lagi," kata Pak Aksa masih dengan wajah menahan tawa.

Dasar, pilih kasih. Tahu gak kenapa? Tadi tuh, pas lagi kuis, dan kayaknya Raka ada salah, terus Raka nanya ke Pak Aksa. "Pak, kalo gini, boleh nggak?" "Nggak boleh dong, beda, eh yaudah deh, nggak apa-apa, kasihan," kata Pak Aksa. 'Ya Allah, sabar ya Allah, kenapa sih dia pilih kasih begitu' begitulah curahan hati Vanka, untungnya ia bisa maafkan, karena sudah lumayan diperhatikan dengan pengantaran catering tadi.

...

Bersambung

Assalamualaikum semuanya, makasih sudah meluangkan waktu untuk membaca ya. Aku dilanda galau mau melanjutkan cerita ini lagi atau tidak, jadi bantu share ya hwehwe.

Terimakasih lagi semuanya.

Berawal Dari "Kamu"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang