5 - Ada Apa Dengan Pak Aksa?

48 1 2
                                    

Sumpah, kuis kedua hari ini jauh lebih sulit dua kali lipat dari kuis pertama kemarin. Jelas banget Vanka nggak terlalu menangkap hasil presentasi kelompok lain, dikarenakan di saat teman-temannya mempresentasikan materi, Vanka malah asik berdiskusi dengan teman-teman sekelompoknya. Benar-benar susah banget, Vanka sampai pusing sendiri menuliskan jawaban di sepotong kertas atas pertanyaan Pak Aksa. Pak Aksa menanyakan satu pertanyaan tentang Perancis yang tadi saat presentasi dijelaskan oleh Fadiyah, salah satu teman Vanka. "Aduh, gue dengar tadi dia omongin ini aja enggak," keluh Vanka. "Masa lupa, tadi kan ini sudah dijelasin sama Fadiyah ya," kata Pak Aksa. Vanka ngga ngerti ini si Pak Aksa mendengar keluhan Vanka terus bermaksud menyindir Vanka atau memang pernyataannya ini ditujukan untuk umum.

Teman sebangku Vanka, Raisa, dia juga presentasi hari ini sama seperti Vanka, cuman, dia kebagian sebagai kelompok Inggris. Dan lagi-lagi, Pak Aksa memberikan soal tentang Inggris yang sama sekali nggak dipahami sama Vanka. Tiba-tiba muncul keinginan Vanka untuk melirik jawaban Raisa di secarik kertas itu, tapi dia kembali pada prinsip-nya bahwa menyontek itu nggak diperbolehkan dalam hidupnya.

Iya, sedikit cerita, dulu itu Vanka merupakan raja nyontek di kelasnya waktu SD. Anehnya, dia nyontek itu juga bersama dengan teman-temannya yang pintar, yang kira-kira di atas 5 besar semua. Parah banget kan. Pas naik SMP, Vanka agak taubat sedikit, dia nggak nyontek terlalu sering lagi kayak waktu SD. Tapi, ya, masih suka nyontek sih kadang-kadang kalau lagi kepepet banget. Nah, pas masuk SMK dia merubah mindset-nya bahwa nggak masalah kok nilai jelek asalkan jujur. Lebih berharga menurut Vanka kalau apapun hasil yang dia dapatkan berlandaskan kejujuran. Akhirnya, muncul-lah sedikit rasa kekesalan kalau dia mengetahui salah satu teman-nya yang mendapatkan hasil bagus tapi terdapat cara kecurangan untuk mendapatkannya. Tapi, karena Vanka anaknya bodo amat, jadi dia nggak terlalu peduli tentang itu. Cuman rasa kesal yang muncul sekelebat saja.

"Ini udah dijelasin tadi ya sama Raisa," ujar Pak Aksa. Vanka pun akhirnya berusaha untuk mengutak-atik pikirannya, mungkin saja dia menemukan secercah harapan di balik otak-nya yang tidak bisa diajak kompromi saat itu. Sampai akhirnya, Pak Aksa memberi soal tentang materi Belanda, yang mana merupakan tentang politik etis yang tadi dijelaskan lagi oleh Vanka secara utuh saat presentasi. Vanka sangat bersyukur atas dilontarkannya pertanyaan tersebut dari bibir Pak Aksa. 'Makasih banyak, Pak' ujar Vanka dalam hati.

"Apa saja yang merupakan tiga isi politik etis?" tanya Pak Aksa. "Hm, tadi ini sudah dijelasin sama, eehmm, kamu ya?" Pak Aksa menatap Vanka. Vanka sedikit terkejut karena lagi menulis jawaban, tapi kemudian ia langsung mengangguk menandakan 'iya' pada Pak Aksa. Setelah selesai menulis jawaban dari pertanyaan Pak Aksa secara cepat, muncul sekelebat pertanyaan di benak Vanka. 'Eh tunggu dulu, kenapa dia nyebut gue nggak pakai nama, tapi pakai kamu, sedangkan Raisa sama Fadiyah, disebut namanya, dia kesal sama gue, atau nggak tau nama gue, nggak mungkin sih nggak tau, kesal kali ya' benak Vanka bertanya-tanya perihal masalah itu.

Kuis pun selesai. Seluruh anak kelas, maju ke depan buat mengumpulkan kertas jawaban mereka, yang tadi disuruh Pak Aksa menggunakan kertas yang sama dengan minggu kemarin, karena masih tersisa satu halaman di belakangnya. Vanka mengikuti perintah Pak Aksa, hanya, tulisannya yang sangat padat itu mengakibatkan kertas yang ia gunakan tidak cukup sehingga ia harus menambah secarik kertas lagi untuk menuliskan jawabannya. Sembari ia memindahkan kertas dari tangannya ke tangan Pak Aksa, ia mengatakan "Pak, ini dua ya pak kertasnya, tadi nggak cukup soalnya." "Iya," jawab Pak Aksa sambil mengangguk.

Saat Vanka kembali ke tempat duduknya, baru saja dia menaruh tubuhnya di atas bangku sebagai penyangganya. Tiba-tiba Pak Aksa memanggilnya. "Vanka," dengan nada yang agak sedikit panjang tanda ia memanggil Vanka, mungkin agar Vanka mendengar panggilan tersebut. Vanka pun terbangun lagi dari tempat duduknya dan jalan menghampiri Pak Aksa. "Nih, periksa," kata Pak Aksa. Pak Aksa memberikan kertas yang ia pegang ke Vanka. "Oh, iya pak," jawab Vanka. Vanka melihat kertas tersebut dan ternyata dia kedapatan mengoreksi hasil jawaban-nya Raja, yang merupakan teman sekelompoknya. Setelah itu, Pak Aksa jalan mengitari kelas untuk membagikan kertas tersebut secara acak untuk dikoreksi. Lah, terus, untuk apa dia panggil Vanka tadi.

Saat melewati meja Vanka dan Raisa, Pak Aksa memberikan kertas kepada Raisa, dan kepada Vanka pula. "Loh, pak, ini saya meriksa dua?" tanya Vanka bingung. "Oh iya, kamu udah ya tadi," jawab Pak Aksa sambil menatap Vanka. 'Lah dia kenapa sih, aneh banget' tanya Vanka dalam hati. Pengoreksian pun dimulai. Sampai pada jawaban dari satu soal yang seharusnya "Multatuli", Raja malah menulis "Tulitutan" yang alhasil membuat Vanka tertawa terbahak-bahak. Asli, malu-maluin banget padahal itu soal tentang Belanda, yang mana itu materi dari kelompoknya sendiri, Vanka nggak habis pikir sama Raja. "Apaan sih Ja, Tulitutan tuh apaan hahaha," kata Vanka. "Lupa gue itu," ujar Raja dengan tertawa kecil sedikit malu. Raisa juga tertawa akan hal itu.

Vanka masih nggak berhenti tertawa sampai pengoreksian telah selesai. Kertas disuruh dikumpulkan langsung ke tangan Pak Aksa oleh masing-masing individu. Sudah banyak manusia yang mengerubungi Pak Aksa saat itu, Vanka pun maju ke arah Pak Aksa sembari masih tertawa. Saat sudah sampai di meja paling depan, Vanka mendengar bahwa ada salah satu temannya yang menjawab "Multatuli" itu dengan "Butatuli". Vanka makin tertawa terbahak-bahak. "Ya Allah, tapi masih mending si Butatuli, daripada nih si Raja hahahaha," tawa Vanka.

Saat memberikan kertas ke tangan Pak Aksa, Vanka berkata "Pak lihat deh pak, Tulitutan, apaan sih pak hahaha," ujar Vanka sambil tertawa. Pak Aksa juga ikut tertawa terbahak-bahak sambil mengambil kertas yang disodorkan oleh Vanka. Tanpa sadar, mereka tertawa bersama agak lama sambil bertatapan.

...

Bersambung

Hayoloh tatap-tatapan mulu...
Wah, sudah lama tidak bersua ya, terimakasih ya buat kalian yang sudah appreciate karya abal ini. Makasih banyak.
Kalau bisa, bantu share ya biar aku makin cinta sama kalian, hehe.
Thank you, again

-boyishgrl-

Berawal Dari "Kamu"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang