6 - Perasaan Yang Muncul

50 4 0
                                    

Saat memberikan kertas ke tangan Pak Aksa, Vanka berkata "Pak lihat deh pak, Tulitutan, apaan sih pak hahaha," ujar Vanka sambil tertawa. Pak Aksa juga ikut tertawa terbahak-bahak sambil mengambil kertas yang disodorkan oleh Vanka. Tanpa sadar, mereka tertawa bersama agak lama sambil bertatapan.

...

Sekarang saatnya pemeriksaan kuis dimulai, Vanka merasa nilainya nggak akan jauh-jauh dari kuis pertama? Mengapa? Karena banyak banget soal yang nggak dia pahami walaupun banyak juga soal yang ia tahu jawabannya karena berhubungan dengan materi yang kelompoknya presentasikan.

Entah kenapa, Pak Aksa ini jenis guru yang cepat banget kalo nilai tugas. Walaupun, jarang dibagiin lagi ke muridnya. Tapi, dia sering banget ngoreksi tugas di selingan pelajarannya. Contohnya, setelah kuis kan anak-anak pasti agak ribut, Pak Aksa bakal memanfaatkan momen itu untuk ngoreksi tugas, kuis atau apapun itu. Termasuk kuis kedua ini, langsung dia nilai juga di tempat. Mungkin nggak semua, karena Pak Aksa kayak tipe orang yang nggak betah gitu kalau di kelas. Setiap bel, tanpa salam, dia langsung cabut aja keluar kelas. Nggak tahu tuh mau ketemu siapa, paling mau ketemu Ms. Yuri, salah satu guru yang juga digosipin dekat sama Pak Aksa. Emang playboy. Pantas saja nggak dapat jodoh padahal sudah tua.

Setelah Pak Aksa mengoreksi dan memberikan nilai pada kuis kami, ia dengan senyuman khasnya, yang agak pahit itu, berdiri, dan berkata "Akhirnya, ada juga yang dapat 100." "Widih, siapa tuh," ucap anak-anak kelas. "Siapa lagi, kalau bukan Raka," ujar Pak Aksa. "Weeee," sorak anak-anak kelas.

Beberapa teman Vanka menyemangati Vanka yang malah membuat Vanka merasa risi, agak gimana gitu. "Ayo semangat Vanka, Vanka." Vanka hanya terdiam tak membalas sambil tersenyum pahit. Tiba-tiba Pak Aksa menolehkan pandangan ke arah bangku Vanka. Lalu mata mereka berdua bertemu.

"Kamu berapa?" tanya Pak Aksa kepada Vanka dengan tatapan yang dalam, seolah-olah memang pertanyaan itu dikhususkan kepada Vanka tanpa menyadari bahwa ada orang lain disana. "Mana saya tau pak, orang belum lihat." ujar Vanka sinis, karena ia memang sedang kesal saat itu. 'Apa-apaan banget si Pak Aksa, pura-pura nggak tahu nilai gue berapa, orang dia yang nilai, sengaja apa gimana sih?' kesal Vanka dalam hati.

Keesokan harinya...

Vanka lagi goodmood nih karena besok tanggal merah. Tepatnya hari Rabu. Kenapa tanggal merah? Karena besok pilpres. Senang banget dia, karena bisa tidur di asrama dengan puas.

Saat istirahat, Vanka kedapatan tugas piket OSIS hari ini yang tugas-nya harus menjual kue-kue basah untuk Dana Usaha. Saat Vanka sedang berjualan ke kelas-kelas yang sudah istirahat. Vanka melewati kelas yang ternyata masih belajar. Tanpa Vanka sadari, hampir saja ia nyelonong masuk ke kelas itu untuk berjualan, padahal di dalam kelas itu, terduduk Pak Aksa yang sedang mengajar.

Pak Aksa menengok ke arah Vanka. Vanka juga membalas tengokan ke Pak Aksa sambil berjalan. Sekarang ia sadar, detakan jantungnya jadi semakin cepat setelah melihat Pak Aksa.

Bel pulang pun berbunyi, Vanka sudah tidak sabar untuk menikmati liburan 24 jam-nya itu. Tapi, Vanka baru tersadar kalau dia ditunjuk guru PAI nya, Bu Vira, untuk mengikuti lomba Cerdas Cermat Islam di salah satu Sekolah Menengah Atas di Bandung. Jadi, tidur-tidurannya itu harus ditunda, karena dia harus belajar disebabkan info lombanya sangat mendadak. Dia cuma punya waktu sehari buat belajar. Karena Vanka tuh suka ngegampangin segala hal, jadi dia menggunakan Selasa-nya ini untuk istirahat sebelum besok ia akan membuka banyak buku tebal untuk ia pahami isinya.

...

Seorang laki-laki tampan yang masih tampak muda itu berdiri di depan papan tulis. Anehnya, dengan menggunakan kaos lengan pendek berwarna marun. Pak Aksa. Ia mengajar menggunakan kaos. "Vanka," ucapnya sambil tersenyum lalu jalan mendekat ke arah Vanka.

Vanka tidak percaya ini semua nyata. Seketika, Vanka pun terbangun dari mimpinya yang super aneh itu. "Apaan sih, absurd banget," ucap Vanka setengah sadar. Ia pun melihat jam-nya, menunjukkan pukul 3 pagi. Entah, ini tidak pernah terjadi. Akhirnya, hidayah diturunkan untuknya. Yang biasanya, setiap terbangun dari tidur jam segini, ia langsung melanjutkan tidurnya. Kali ini, Vanka langsung menuju kamar mandi dan mengambil wudhu.

Vanka pun melaksanakan sholat Tahajud, dan di dalam doa-nya, ia panjatkan seluruh permintaan kepada pemilik-nya, Allah SWT. Di akhir doa juga Vanka bertanya kepada pemilik-nya, "Apa maksud dari mimpi tadi, Ya Allah." "Terus mengapa perasaan hamba menjadi semakin aneh setiap apapun yang berhubungan dengan Pak Aksa. Ada apa Ya Allah? Nggak mungkin kan hamba punya perasaan sama guru hamba sendiri?" Vanka sangat mengharapkan jawaban dari doa-nya.

Setelah Tahajud, Vanka pun melanjutkan tidurnya dan terbangun saat Subuh tiba. Setelah Subuh, ia tidur lagi. Walaupun tidur setelah Subuh itu tidak baik, tapi Vanka memang kebo banget. Ia pun bangun lagi sekitar jam 6-an. Setelah mengumpulkan nyawa-nya, Vanka langsung membuka buku PAI untuk ia baca.

Karena nyawa yang ia kumpulkan itu belum sepenuhnya hadir, ia membuka buku PAI tersebut secara acak. Tanpa ia sengaja, ia membaca buku itu juga pada paragraf yang ia pilih secara asal. Ia terpaku. Karena menemukan satu kata dalam bahasa Arab yang familiar. Aksa. Berarti orang yang selalu jernih air muka-nya. 'Hah? Ini kebetulan Van, nggak usah lebay deh.' ucap Vanka dalam hati meyakini diri-nya sendiri bahwa ini hanyalah sekedar kebetulan.

Tapi, Vanka baru ingat. Bahwa di Tahajud-nya dini hari tadi, ia meminta jawaban pada Allah. Apa ini merupakan salah satu jawaban yang diberikan oleh Allah kepada Vanka.

Vanka makin bingung dan jantungnya semakin berdegup dengan kencang. Ia deg-degan. Ia pun langsung menghubungi sahabat-nya di Jakarta yang selalu siap menerima curhatan Vanka sepanjang apapun. Vanka tidak menemukan teman yang bisa dia ajak curhat sebaik sahabat-nya itu, Naura.

Via Chat...

Vanka : Nau, gue mau nanya nih, kalo menurut lo, orang yang selalu manggil atau nyebut nama ke orang lain, tapi ke lo dia nyebutnya kamu terus, dia marah ya?

Naura : Nggak lah Van, Bandung kan emang begitu orangnya. Nggak usah diambil pusing.

Vanka : Tapi ini beda banget Nau. Dia tuh nggak nyebut nama setiap manggil gue. Paling kalo manggil dari kejauhan aja. Giliran ke temen-temen gue, dia selalu nyebut nama.

Naura : Udah nggak usah diambil pusing, orang Bandung emang gitu kali.

Vanka : Masa sih Nau?

...

Bersambung

...

Menurut kalian, Naura bakalan berpendapat apa nih, teman-teman. Sebenarnya, aku lagi nggak bisa tidur nih, karena entah kenapa dada sesak banget. Semoga kalian suka ya part aneh ini hwehwe. Tolong share juga ya. Love banget buat appreciate kalian. Love u all.

-boyishgrl-

Berawal Dari "Kamu"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang