4 - Presentasi Lagi

54 0 0
                                    

"Woi, kita mau ngerjain presentasi kapan?" tanya Vanka. Ya, di kelompoknya benar-benar ngga ada yang inisiatif. Apa-apa Vanka, apa-apa Vanka. Belum lagi, teman-temannya yang sibuk di non akademik dan tukang meliburkan diri. "Gue latihan lomba Nasyid nanti Van, jadi ngga bisa ikut presentasi, nanti gue bantu-bantu deh tapi," ucap Danu. "Gue masih di rumah di Bekasi, Van," ucap Yusuf. Ya, begitulah percakapan mereka di WhatsApp, dan teman-teman kelompok yang satu asrama dengan Vanka pun tidak ada inisiatifnya sama sekali, harus diajak dulu.

Sampai Minggu pagi pun belum ada kejelasan dari teman-teman Vanka, akhirnya Vanka harus memutuskan sendiri. "Yaudah gini aja deh, nanti gue bikinin dulu powerpoint-nya, nanti tinggal kita revisi bareng-bareng," kata Vanka di forum chat mereka. Ya sudah, fix Vanka akan mengerjakannya hari ini juga. Vanka pun mempersiapkan buku, sumber dari internet, dan apapun yang bisa menjadi alat bantu bagi presentasi mereka, totalitas bahasanya, soalnya ini guru benar-benar totalitas. Ternyata, Vanka dapat menyelesaikan PPT kelompoknya dalam jangka waktu kurang dari sejam. Kalau tahu begini mah, dia bakalan dari awal aja ngerjain sendirian. Daripada harus jalan cape-cape ke asrama putra buat ngerjain, belum lagi diomelin satpam asrama kalau berisik. Padahal kan dia anak asrama juga ya.

Karena sudah siap dengan powerpoint-nya, sekaligus tambahan revisi bahan presentasi yang telah dicoret-coret kemarin sama Pak Aksa, Vanka pun rebahan menikmati hari liburnya. Tanpa sadar, muncul sosok yang tidak ingin dibayangkan di angannya. Dia terbayang akan perlakuan Pak Aksa yang membuat dia terpaku kemarin. Padahal hanya begitu saja. Tapi, bagi Vanka, dia menaruh harapan lebih dari perlakuan tersebut. Entah kenapa, dia merasa diperlakukan berbeda dari teman-teman lainnya.
"Masa gue suka sama dia sih, ngga mungkin lah, aneh deh." ucap Vanka dengan hati-hati karena takut kedengaran oleh teman sekamarnya, ka Fani yang merupakan fans Pak Aksa juga.

Senin pun tiba. Yang merupakan hari yang mana paling dibenci oleh Vanka. Dia sama sekali ngga suka hari Senin, karena bagi Vanka, hari Senin tuh ganggu banget, ganggu liburnya dia yang cuma sehari itu, karena Sabtu pun dia masih sekolah karena ada agenda kedisiplinan. Ditambah pelajaran-pelajarannya yang banyak banget tak tertahan. Apalagi hari itu, hari dimana dia akan tampil presentasi dengan 4 anggota kelompok padahal seharusnya 6 orang yang tampil. Untungnya, dia sudah menyuruh seluruh anggotanya untuk menghafalkan materi yang akan mereka jelaskan di depan guru kesayangan kita semua, Pak Aksa.

"Udah hafal kan kalian?" tanya Vanka. "Iya udah," kata Nayla. "Van, politik etis itu yang mana?" tanya Raja. "Ini nih, halaman ini nih, udah hafal banget gue," ucap Vanka. "Sombong," kata Nayla. "Bukannya sombong, ya lu pada tau dia kalau ngasih ujian kayak gimana, mau ngga mau ini buku tebal harus dibedah," jelas Vanka. Kalian harus tahu, itu buku emang setebal itu, tebal banget, makanya dia benci Senin karena tasnya jadi berat harus menampung buku Sejarah seberat itu dan buku-buku mata pelajaran lainnya. Serta, kalian harus tahu bahwa si Pak Aksa bilang, "Buku ini ngga setebal yang seharusnya, sebenarnya buku dengan materi sejumlah ini tebalnya 3x lipat dari buku ini."

Jam pelajaran Pak Aksa pun dimulai. Pak Aksa pun masuk dan membuka jalannya presentasi hari ini. Untungnya, kelompok Belanda alias kelompok Vanka dapat giliran terakhir. Tapi karena kelompoknya juga belum mempersiapkan secara maksimal, jadi dia gunakan waktu senggang ketika temannya tampil presentasi untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Dia lupa kalau materi yang dia lewatkan itu merupakan bahan kuis untuk nanti. Dia baru ingat ketika kelompok Perancis sudah berada di tengah jalannya presentasi.

Alhasil, dia sama sekali ngga ngerti dan cuma planga-plongo di depan teman-temannya, walaupun dia sudah pindah ke tempat duduk yang paling depan untuk memperhatikan teman-temannya. Oh iya, kali ini Pak Aksa ngga duduk di bangku siswa lagi, dia sedang betah duduk di bangkunya sendiri alias bangku guru. Waktu presentasi kelompok Vanka pun datang. Nayla pun membuka jalannya presentasi mereka. "Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, kami dari kelompok Belanda akan menjelaskan tentang kolonialisme-imperialisme pada masa Belanda". Mereka pun menjelaskan secara rinci hasil presentasi mereka, walaupun ada yang text book banget, sampai Vanka aja ngga ngerti apa yang diomongin.

Ini giliran Vanka. Dia menjelaskan tentang Tanam Paksa dan Masa Penjajahan Belanda Kedua, ya namanya Vanka, dia tuh kalau menjelaskan sesuatu pasti belibet, jadi dia yakin banget apa yang dia katakan pasti kurang dipahami oleh teman-temannya. Pak Aksa sih senyum-senyum aja terus kerjaannya.
Sampai pada bagian Raja, dia menjelaskan tentang politik etis tapi dia tuh ngga ngejelasin isi dari politik etis apa aja. Vanka hanya bisa menepuk dahinya. Sampai akhirnya, tiba sesi tanya jawab, untungnya hanya dua orang yang bertanya kepada mereka dengan pertanyaan yang mudah, tiba-tiba, "Eh gini gini, isi politik etis tuh apa aja, coba jelasin," kata Pak Aksa. Ngeselin nih guru, giliran kelompok gue aja diuji-uji. Raja udah melotot-melotot aja ke Vanka. Sedangkan Vanka hanya bilang "Tuh Ja, jawab," dengan berdiri santai.

"Engga harus Raja yang jawab, boleh yang lain," kata Pak Aksa. "Halah, ini guru mah rek ngetes aing," ucap Vanka dalam hati. Oh oke. "Jadi gini, politik etis itu merupakan ........" jelas Vanka panjang lebar. Dia udah malas lihat muka Pak Aksa. Akhirnya, presentasi pun ditutup, Vanka pun mengumpulkan hasil revisi dan kertas coretan kelompok mereka kemarin ke Pak Aksa.

"Oke, nah kan udah semua ya kelompoknya. Minggu depan pertemuan terakhir ya. Nih, untuk nilai visual terbaik, PPT nya yang paling bagus, nilainya 100 ada kelompok Portugis, terus yang 95, Belanda," jelas Pak Aksa. "Wedeh gila gila, mantap," kata Vanka senang. "Dan ini, yang ngumpulin revisi cuma kelompok Belanda, jadi nilai terbaik dan kemungkinan yang ngga akan ikut remedial presentasi adalah kelompok Belanda," lanjut Pak Aksa. "Asik, mantap, dengerin itu, gila gila, kita mantap cui, nilai terbaik," jerit Vanka senang. "Oke, sekarang kita kuis ya". Mati, si Vanka kan ngga nangkap apa-apa sama sekali selama presentasi teman-temannya. Dia pun hanya bisa pasrah. "Raisa jangan terlalu deket-deket Vanka, mencurigakan". Ya, kali ini Vanka duduk dengan Raisa, teman sebangku aslinya. Dan lagi, dia ngelakuin itu lagi, hanya ke Vanka lagi, dan tidak ke yang lain. Dia kenapa?

...

Bersambung

Assalamualaikum. Yo yo hai teman teman. Mau dilanjut ngga ya ceritanya. Lanjut deh, soalnya makin hari otakku makin menumpuk banyak cerita. Hahaha. Minta support dengan vote, comment, dan share cerita ini ya.
Terimakasih gaes.
-boyishgrl

Berawal Dari "Kamu"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang