"Asli udah gila gue, mau-maunya disuruh-suruh, dikerjain," umpat Vanka dalam hati. Tapi terbersit pula pertanyaan di hati Vanka. Mengapa ia senang ketika tadi disuruh-suruh dan dikerjain sama Pak Aksa? Kenapa dia terima-terima aja? Seharusnya dia udah ngoceh buat nyuruh Pak Aksa borong dagangannya karena udah nyuruh-nyuruh, tapi, nyatanya...
---
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Vanka mengingat bahwa ia harus latihan bersama dengan teman-teman satu kelompoknya untuk lomba cerdas cermat. Di saat perjalanan menuju kelas yang telah ditentukan untuk tempat latihan, ia bertemu dengan Pak Aksa. "Assalamu'alaikum, Pak," salam Vanka pada Pak Aksa. Vanka lupa kalau tadi dia dikerjain sama Pak Aksa. "Iya, Wa'alaikumsalam," ucap Pak Aksa. Pak Aksa sudah memakai jaket dan helm-nya. Sudah dapat dipastikan ia akan pergi, entah pulang atau kemana. Terlihat terburu-buru pula.
Setelah mengucapkan salam, Vanka langsung melewati Pak Aksa, dengan perasaan yang aneh tentunya. Ketika sedang jalan, tiba tiba Vanka berhenti karena Pak Aksa memanggilnya. "Vanka!" seru Pak Aksa sekaligus memberi tanda oleh tangannya agar Vanka datang menghampirinya. Vanka pun menoleh ke belakang dan menghampiri Pak Aksa. "Iya Pak, ada apa?" tanya Vanka. "Dagangannya udah abis?" tanya Pak Aksa kembali. "Udah kok, Pak, ini saya udah gak megang kotaknya juga, kan," "Terus, mau kemana sekarang? Gak pulang?" "Oh, saya mau latihan lomba cerdas cermat, Pak," "Oh, yang besok kan, di SMA 11?" "Iya, Pak." "Saya baru tau kamu ternyata ikut, emang bisa?"
"Sialan pertanyaannya," ungkap Vanka dalam hati. "Oh, ya bisa dong, Pak." "Besok saya yang ngewakilin kalo Bu Vira gak bisa nganterin," "Oh, iya Pak. Saya gak nanya juga sebenarnya," tentu itu diucapkan Vanka dalam hati. "Oh, iya Pak." "Yaudah, latihan yang bener, jangan malah ghibah," "Siap, Pak." "Saya jalan dulu, ya," "Iya, Pak. Hati-hati." Pak Aksa pun pergi, begitu juga Vanka yang segera menghampiri teman-temannya yang lain.
"Lama banget maneh ih," kata Asril, teman sekelompok Vanka untuk lomba. "Iya atuh maap, da tadi dipanggil dulu sama Pak Aksa." "Yaudah hayu we mulai aja," ujar Asril.
---
Latihan pun selesai.
"Gua balik duluan ya, dah. Assalamu'alaikum." ujar Vanka sekaligus keluar dari ruangan kelas. "Wa'alaikumussalam," jawab teman-temannya.
Vanka pun pulang dengan jalan kaki seperti biasa. Tapi kali ini, ia sekaligus memikirkan apa yang hari ini terjadi dengan Pak Aksa. Tiba-tiba Bunda Vanka menelepon Vanka di tengah perjalanan Vanka pulang. "Halo, dek," "Iya, Bun." "Besok ke rumah nini, ya," "Oke, tapi aku lomba dulu sampai sore," "Yaudah, bunda pesenin travelnya yang jam 8," "Oke." Bunda Vanka pun mematikan teleponnya. Sebenarnya, pergi ke rumah nini, alias neneknya Vanka itu merupakan sesuatu yang memang Vanka senangi. Makanya, dia gak banyak protes dan langsung meng-iya-kan.
Malamnya, Vanka bercerita tentang apa yang terjadi kepada Naura, sahabatnya melalui telepon. "Tuh, kan. Ngapain coba dia nanya-nanya kalo gak tertarik sama lu, mah, mana bukan di forum yang formal juga," kata Naura. "Iya juga, sih, tapi gua kayak aneh dah," jawab Vanka. "Aneh kenapa lagi?" "Ya, aneh aja." "Ah kebiasaan," "Yaudah ya, gua mau belajar lagi nih buat besok lomba." "Yaudah sana, gua doain besok ada kejutan dari bapak yang lu ga akan expect," "EH ORANG YA, Aamiin," "Yeu tuh kan lu mau juga, udeh ya." Naura pun mematikan teleponnya.
---
Vanka berangkat lebih pagi dari biasanya. Karena amanah dari Bu Vira, peserta lomba harus berkumpul di sekolah jam 6. Walaupun Vanka berangkat pagi, tetap saja dia yang paling terakhir sampai sekolah. "Yaudah yuk, udah nyampe semua kan, kita langsung jalan aja ya," ujar Bu Vira. Bu Vira pun memesan taksi online dan kita pun akhirnya berangkat sesampai mobilnya tiba.
Vanka POV
Jujur, lomba kali ini sangat dadakan. 2 hari sebelum hari H baru diumumkan kepada kita bahwa akan ada lomba dan kita yang harus mengikutinya. Jadi, kita hanya belajar seadanya aja. Untungnya, teman-teman gue jebolan pesantren semua. Jadi, gue agak sedikit tenang walau gak belajar banyak.
Sesampai di sekolah yang menjadi tuan rumah lomba. Kita pun langsung turun, dan mencari ruangan untuk menjadi titik kumpul kita. Karena, dari sekolah kita juga ngirimin banyak orang untuk berbagai bidang lomba. Tapi, sebelum mencari titik kumpul, yang jelas kita pasti registrasi dulu.
Setelah itu, kita langsung menuju titik kumpul dan diberikan sedikit wejangan oleh Bu Vira. Setelah itu, kita pun menuju ruangan lomba masing-masing. Pas gue masuk, gue ngelihat pesertanya kayak orang-orang pintar semua. Jujur, deg-degan banget. Kita pun duduk di bangku yang telah disediakan sambil nunggu lombanya dimulai. Yaudah, kita ngobrol-ngobrol dulu aja.
---
Lombanya pun dimulai.
Sebelum itu, kita disuruh ambil undian dulu buat nentuin siapa lawan dan kapan kita jawab pertanyannya. Kita dapat undian nomor yang hampir terakhir. Jadi seengganya, kita bisa ada gambaran dulu sih buat jenis-jenis pertanyaannya. Kita pun menunggu giliran kelompok kita. Agak lama, tapi akhirnya nama sekolah kita dipanggil dan kita pun menuju kursi yang telah disediakan.
Ternyata, lawan kelompok kita belum datang dan akhirnya didiskualifikasi. Akhirnya, kita melawan kelompok yang kalah di babak sebelumnya. Syukurnya, kita pun menang di babak ini dan lanjut ke babak semifinal. Tapi, sebelum lanjut ke babak selanjutnya, kita pun istirahat dulu. Kita bertiga pun kembali ke titik kumpul yang di awal. Gue jalan paling belakang.
Sesampai di titik kumpul, tiba-tiba ada Pak Aksa. Loh, bukannya dia bakal dateng buat ngegantiin Bu Vira, Bu Vira nya aja kan ada dan gak kenapa-kenapa. Teman-teman gua pun salim sama Pak Aksa. Gua hanya tersenyum sekaligus menundukkan kepala. "Gimana Vanka?" "Alhamdulillah lolos Pak ke semifinal," "Wih keren juga," "Iya dong Pak, orang ada saya," "Iyain ae dah, Van," ucap Asril kencang dari belakang. "Loh, Pak. Kok disini? Katanya, cuman buat ngewakilin Bu Vira doang," tanya gue. "Ya suka-suka saya lah," jawab Pak Aksa sambil tersenyum. Gue pun langsung memberikan ekspresi bingung-bingung aneh gitu.
Tiba-tiba Bu Vira datang. Gue pun langsung menghampiri Bu Vira. "Ibu, Alhamdulillah kita lolos," ucap gue ke Bu VIra. "Barakallah nak. Wih keren, padahal kalian belum belajar total," jawab Bu Vira sembari tertawa kecil. "Oh iya, bu. Ini sampai sore gak sih, bu?" "Kurang tau juga sih Ibu, emang kenapa, Van?" "Saya mau ke rumah nenek, bu." "Rumah neneknya dimana? Di Bandung juga," "Enggak Bu, di Cirebon," "Kayaknya sih selesainya sore. Nanti kalau udah selesai, Vanka langsung pulang aja," "Oke deh bu."
---
Kita pun melanjutkan lomba. Sayangnya, kita gak lolos ke babak final. Kita juara 4. Tanggung banget asli. Saat keluar ruangan dan masuk ke titik kumpul, kita pun ditanya oleh guru-guru dan teman-teman yang lain bagaimana hasilnya. "Maaf ya Bu, baru bisa lolos semifinal aja. Kita urutannya ke 4, bu. Satu lagi aja bisa masuk final." ujar Fauzi yang juga teman sekelompok gue. "Iya, gapapa, nak, kan kalian juga dadakan, coba gak dadakan pasti jauh lebih maksimal." "Yah, kalah deh," ujar Pak Aksa ngeselin. "Ya maaf, Pak." ucap Vanka sekaligus dengan perasaan agak kesal. "Gak apa-apa Vanka, saya bercanda, kamu serius banget," "Oh, iya Pak, hehe,"
"Oh iya, bu. Vanka izin pulang duluan ya." ucap Vanka. "Oh iya, Vanka, sok aja," jawab Bu Vira. Gue pun pamit ke teman-teman, Bu Vira, dan juga Pak Aksa. Tapi, pas gue lihat sekilas, Pak Aksa langsung menggunakan jaket dan helm yang biasanya dia pakai.
---
Bersambung...
Hola, ya ampun sudah berapa abad ini ya... Kali ini ceritanya sangat-sangat diimprovisasi daripada yang biasanya, biar agak spesial aja hehe. Saya minta maaf banget nih, karena gak pernah ngelanjutin lagi. Soalnya, kemauan ngelanjutin ceritanya lagi tipis banget waktu itu...
Maafin, ya? Maafin lah. Biasanya akan ada yang bilang "Ih nanya sendiri, jawab sendiri,"
Yaudah deh, enjoy dan tunggu cerita selanjutnya ya.
Jangan lupa vote dan commentnya juga loh hehe...
Terimakasih, fwend~
KAMU SEDANG MEMBACA
Berawal Dari "Kamu"
RomanceApa yang bakal kalian perbuat kalau kalian menyadari ada perasaan lain yang tumbuh terhadap guru kalian? Pantes gak sih kalo kita suka sama guru kita sendiri? Gak lucu kan kalo kita jatuh cinta sama guru sendiri apalagi kita berharap dia bakal jadi...