Pindah Rumah

51.7K 1.1K 0
                                    

Tak perlu menunggu lama, akhirnya Gavin turun dan duduk di sebelah Kia.
Kia hanya menatap Gavin sekilas dan kembali dengan kesibukannya.

"gimana tadi malam?." tanya Sena. Sedangkan Gavin terbatuk mengerti arah pertanyaan Sena.

"gimana apanya mi?." Tanya Kia dengan polosnya.

"itu, udah bikin cucu belum buat mami?. " tanya Sena lagi. Langsung saja Kia menatap Sena dengan wajah yang sudah memerah.

" Apa sih mi." Ucap Kia dan menatap Gavin sekilas. Gavin hanya berusaha cuek dengan menyeruput kopinya.

"gimana vin?." tanya Nila.

"Untuk sekarang mungkin belum saatnya ma" Jawab Gavin.

"iya ma, Kia juga belum siap." Ucap Kia.

"Yah.. Padahal mami udah pengen punya cucu." Ucap Sena.

"Iya, menurut mama jangan terlalu lama di tundanya." Ucap Nila.

"Iya, nanti di usahain ma." Jawab Gavin.

Semua sudah berkumpul di meja makan. Tidak ada pembicaraan saat makan berlangsung. Mereka hanya sibuk dengan makanan masing masing.

Setelah makan selesai.

"Apa semuanya sudah selesai?." Tanya Alfi pada Gavin.

"Iya sudah pa, mungkin nanti sore sudah bisa pindah." Jawab Gavin.

"Lebih cepat lebih baik, biar kalian bisa labih mandiri." Ucap Alfin.

"Iya pa." Jawab Gavin. Sedangkan Kia hanya masa bodoh dengan percakapan antara Gavin dan Alfin, dia hanya sibuk memakan buah yang sudah di siapkan oleh Nila.

Setelah itu Gavin pergi ke kamarnya sedangkan Kia masih sibuk dengan makanannya. Sadar dengan Kia yang masih di meja makan, Sena menyuruhnya untuk menyusul Gavin, awalnya Kia menolak tapi akhirnya Senalah yang menang.

Saat Kia membuka pintu kamarnya, ia melihat Gavin sedang menerima telfon dari seseorang. Kia hanya diam dan mencari ponselnya. Setelah mencari cari di berbagai tempat ia tidak juga mendapatkan ponselnya, sampai akhirnya ia sadar jika ponselnya ada pada Gavin.

Kia duduk di sudut ranjang menunggu Gavin selesai dengan sang penelfon. Selang beberapa menit akhirnya Gavin mengakhiri panggilannya.

"Kak, ponsel aku mana?." Ucap Kia sembari mengulurkan tangannya pada Gavin.

"Nih." Ucap Gavin memberikan ponselnya pada Kia.

"Bentar lagi kemasi barang barang kamu." Perintah Gavin. Kia menatap Gavin bingung.

"Buat apa kak?." Tanya Kia dengan wajah bertanya tanya.

"Nanti sore kita pindah ke rumah yang sudah saya beli." Jawab Gavin. Kia terkejut dengan Ucapnya.

"Apa?, Kok mendadak sih kak?." Tanya Kia lagi.

"Itu lebih baik, biar ngak telalu ngerepotin orang tua juga." Jawab Gavin. Kia hanya menganggukkan kepalanya lemas. Dia segera mengambil koper dan mengemasi barang barangnnya.

Akhirnya sore ini mereka sampai di depan rumah baru mereka yang dimana rumahnya cukup jauh dari rumah orang tua mereka. Gavin sengaja membeli rumah jauh dari rumah orang tuanya atupun mertuanya karena jikalau ada masalah, orang tua mereka tidak akan tau dan ikur campur. Karena Gavin tidak mau jika masalah rumah tangganya sampai di ketahui orang tuanya dan membuat mereka khawatir.

Kesan Pertama Kia melihat rumah itu "MEWAH". Tapi Kia berfikir "Pasti capek kalo bersihinnya, dan bakalan sepi juga, apalagi yang tinggal hanya gue dan kak Gavin di rumah yang besar dan mewah ini. Mungkin nanti juga ada beberapa pembantu." .

My Lecturer My Husband [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang