Lifemates 06 : Shui

1.5K 222 11
                                    

"Aku sudah muak! Ini sama sekali tidak membuat hubungan kita membaik!"

"Jika kau ingin cerai maka lakukanlah."

"KITA CERAI! AKU HANYA AKAN MENDERITA DENGANMU..."

"Baiklah jika seperti itu maumu."

☜☆

Busan, 20XX --

Deru mesin kendaraan berbunyi nyaring begitu kelima mobil itu menyalakannya secara hampir bersamaan. Didepan mereka, seorang wanita berpakaian minim muncul membawa dua buah bendera. Ia lalu berteriak.

"SATU... DUA... TIGA!"

Kelima mobil mewah itu meluncur dengan begitu tangkasnya di jalan dan saling memperebutkan jalur untuk bisa memimpin yang terdepan. Untuk sementara, mobil merah sport dengan corak kuning itu berada yang paling depan--jauh dari keempat mobil saingannya.

Sosok yang mengendarainya sudah merasa kalau ia-lah yang akan menjadi calon juara dengan sekoper uang ratusuan ribu won ditangannya. Yah, berharap saja.

Tapi ditengah khayalannya itu, tiba-tiba saja mobil berwarna hitam menyenggol area belakang mobil miliknya; yang harus membuatnya terhempas kedepan dengan lumayan kuat. Stir mobil mengenai dadanya.

"Agrh, kurang ajar!"

Dengan rasa kesal sekaligus marah, Shui, memutar balik stir kearah kiri dan membuat mobil dibelakangnya terpaksa menabrak tiang pembatas jalan karena menghindari bagian paling berbahaya di mobil seorang Jeon Shui. Yaitu ban yang diberi paku.

Curang? Tidak, siapapun boleh berbuat apapun. Baik itu melempar pisau ke arah lawan bahkan langsung membunuhnya dengan menge-bom mobilnya.

Sisa empat mobil. Sedangkan mobil Shui masih memimpin jauh. Kini ia bebas, mobil pink itu--yang menempati posisi kedua-- nampak begitu kesusahan menghadapi lawan yaitu mobil kuning.

Garis finis sudah didepan mata. Shui berteriak sembari mengeluarkan tangannya dan mengacungkan jari tengah kebelakang. Hingga, pita merah yang terikat di kedua tiang putus ditabraknya.

Yah, ia kembali menang balapan liar untuk kesekian kalinya.

Seorang wanita lalu menghampirinya dan memberikan sebuah koper besar berisi uang. Wanita itu lalu memeluk Shui dan menciumnya tepat di bibir. Ciuman yang tadinya melembut kini berubah kasar, tapi untung mereka menghentikan kegiatan mereka begitu mendengar bunyi sirine polisi datang mendekat.

"Semoga malammu menyenangkan Rose, sampai jumpa besok..." pamit Shui kepada kekasihnya lalu mencium pipi wanita itu untuk terakhir kali sebelum ia angkat kaki dari tempat berupa bekas pasar malam itu.

Jujur, balapan kali ini menyenangkan tapi belum ada apa-apanya. Masih saja--gampang. Entah apa, haruskah ia menantang seorang pembalap profesional saja dari negara seberang untuk berduel dua lawan dua dengannya? Yah... Kalau memang bisa maka akan ia lakukan.

☜☆☞

Shui mengendap-endap masuk kedalam rumah begitu mengetahui kalau tempat itu sudah gelap. Hanya ada lampu penerangan di pinggir jalan sebagai pantulan pencahayaan baginya. Tapi untungnya, pintu belum terkunci. Aneh.

Saat Shui menginjakkan kakinya masuk, ia tidak berniat untuk menekan sakelar lampu untuk menyalakannya. Ia ingin segera berbaring di kasurnya. Tapi tiba-tiba...

"Baru pulang?"

Shui menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap seorang pria yang juga sedang menatapnya tajam dari atas sofa. Wajahnya nampak begitu garang dengan rahang mengeras.

"Balapan lagi?" tanya Jungkook pelan. Shui hanya bisa terdiam dan sama sekali tidak berniat untuk menjawab. "KALAU KUTANYA MAKA JAWAB!" teriak Jungkook emosi. Kini ia beranjak dari sofa menuju kedepan wajah menunduk putranya.

"I-iya, a-aku balapan lag--"

Plak!

"SUDAH KUBILANG PADAMU UNTUK KESEKIAN KALINYA! JANGAN PERNAH BALAP LIAR LAGI! KALAU KAU TERTANGKAP POLISI MAKA AYAH YANG HARUS MENGURUS SEMUA--MEMBAYAR SEMUA! KEUANGAN KITA SUDAH MENIPIS SHUI!" Jungkook menjambak rambutnya sendiri lalu berjalan berat naik keatas.

Shui merasa kalau ia adalah anak yang paling tidak beruntung sekarang. Ia juga menyesal, pernah menggantungkan pilihan hidupnya pada sang Appa. Bukan sang Eoppa.

Ditempatnya, ia kini kembali teringat kejadian duapuluh tahun yang lalu dimana kedua orangtuanya resmi bercerai. Eoppanya mengutuskan untuk pergi dari sana dan pulang ke kampung halaman.

Dan terjadilah saat dimana mereka--Shui dan Zinan--harus memilih dari kedua orang tercintanya. Ini benar-benar sulit. Namun pada akhirnya, mereka pun memilih.

Zinan adiknya langsung berlari memeluk sang Eoppa. Dan ia, ia malah memilih sang Appa karena takut kalau Eoppanya hidup miskin tanpa Appa yang mencari nafkah. Karena ayolah, disana ia masih berumur empat tahun dan belum mengerti apa-apa.

Sampai saat ini ia masih belum tau, apakah Eoppa dan adiknya masih hidup atau tidak di Jepang sana.

Hal buruk tidak sampai disana, Appanya... Yang dulu seingatnya begitu mencintai Eoppanya-Jimin kini sekarang sudah resmi berumah tangga dengan seorang wanita yang benar-benar membencinya. Bukan hanya wanita itu tapi adik dari Jungkook Appanya, Soyeon selalu berusaha untuk menyingkirkannya.

Nancy. Wanita iblis itu sudah mempengaruhi Appanya untuk selalu membencinya. Padahal ia tau betul kalau Appanya itu adalah sosok yang begitu penyayang juga lembut. Apapun kesalahan yang diperbuat; besar atapun kecil, Appa tidak akan marah atau bahkan sampai menamparnya.

Ini semua adalah pengaruh Nancy ibu tirinya. Sifatnya benar-benar sangat bertolak belakang dengan Eoppanya. Nancy adalah wanita dengan ratusan sifat buruk. Pernah suatu hari, ia melihat makanan Appanya yang diberi semacam bubuk dimeja makan. Dan tak ada yang melihat kejadian itu selain dirinya seorang. Buruknya, saat itu ia tidak membawa ponsel untuk merekam aksi keji wanita itu.

Tapi untungnya, ia masih sempat membuang makanan itu walaupun ia dimarahi habis-habisan, oleh Appanya sendiri.

Shui begitu tertekan sampai ia harus terjun ke dunia luar yang liar. Mulai dari mengikuti acara di bar, minum minuman keras, balap liar, hingga hampir mencoba salah satu dari benda terlarang berupa narkoba.

Shui stres. Ia muak dengan Appa, Nancy, dan Soyeon yang memperlakukannya dengan sangat tidak manusiawi. Ia hanya dianggap sebagai sosok tidak penting di keluarga layaknya seorang pembantu.

Ini semua tidak adil. Ia menyesal salah memilih pada saat itu.

Hingga keesokan harinya, Shui bertemu dengan makasihnya di sebuah cafe kecil pinggir jalan. Mereka berkencan dan saling membagi cerita.

Rose mengatakan hal yang cukup banyak. Seperti; ia sebenarnya adalah anak dari seorang pengusaha terkenal di China dan Jepang. Tapi ia datang ke Korea untuk berkuliah.

Shui dan Rose beda tiga tahun. Mereka bertemu di kampus yang sama. Tepat, mereka satu kampus dan jurusan yang sama.

"Rose, aku ingin menanyakanmu satu hal..."

"Ada apa?"

"Sebelumnya, kau belum pernah memberitahuku. Dan pertanyaanku adalah. Siapa nama kedua orangtuamu?"

"Aku tidak akan memberitahukan kepadamu, kau harus mencarinya sendiri." Rose tertawa renyah. Kendati didalam hati Shui ini akan menjadi sangat sulit. Bahkan hanya untuk nama.

☜☆☞
BACA! PENTING!

Maafkeun, chapter ini sebenarnya diupload kemaren malem tapi apalah daya. Author ketiduran. Pulas banget lagi :v

Kalau kalian sadar, aku kasih sedikit rahasia di chapter ini. Coba teliti baik-baik. Kalau kalian nemu tolong DM aku dan jangan comment. Nanti yang lain pada tau :")

i luh ya, Fatin

Lifemates » Kookmin [Book  2 : END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang