Lifemates 14 : Tragedi Musim Dingin

1.3K 192 14
                                    

"Aku tidak punya banyak waktu untuk beraktivitas diluar rumah kalau salju sudah mulai mengguyur. Banyak pekerjaan rumah yang harus ku urus terlebih dahulu,"

"Benarkah?! Sayang sekali, padahal festival ini hanya terjadi jika musim dingin tiba. Kau sungguh melewatkannya Park,"

"Maaf Hwasa, tapi kau bisa pergi bersama Daniel, Jisoo, dan Kwangsoo kan?"

"Hmm baiklah, sampai jumpa lagi lain waktu yah!"

Jimin dan Hwasa menutup panggilan itu hampir bersamaan. Salju yang samar terlihat mengguyur deras dari luar jendela kamar Jimin, menandakan kalau ini sudah saatnya menyalakan perapian.

Pria itu lalu turun kebawah untuk beres-beres selagi menunggu Zinan dan Rose bersiap ke sekolah bersama Appa mereka. Setidaknya, mobil Lamborghini milik Jackson itu bisa tahan akan segala cuaca termasuk guyuran salju sebesar kelereng dan seberat kerikil.

"Selamat pagi Eoppa," sapa Rose agak sedikit lesu.

"Rose, wajahmu sepertinya membiru. Apa kau baik-baik saja nak?" Jimin nampak khawatir melihat kondisi Rose yang mengenaskan. Hidungnya membengkak dan kedua kelopak matanya menghitam. Serta mulutnya yang bergetar seperti seseorang yang tengah kedinginan.

Padahal seingatnya, Jimin sudah mengaktifkan tiga penghangat ruangan sekalipun. Apakah masih terasa cukup dingin bagi kulit wanita sensitif seperti Rose?

"A-aku... Aku... Ba-ba-baik-baik sa--ACHUUHHH!"

"Ya Tuhan kau ternyata sedang pilek. Baiklah, hari ini biar kakakmu saja yang bersekolah... Kau akan beristirahat di rumah sampai kondisimu pulih sepenuhnya,"

Walaupun tak terima, Rose tetap mengiyakan. Karena menurutnya ke sekolah, limabelas persen lebih menyenangkan dibangding menghabiskan waktunya seharian di rumah untuk tidur dan makan.

Apalagi dengan kondisinya yang seperti ini. Pasti akan sangat merepotkan!

Lepas dari itu, Jimin mencoba menelpon salah satu dokter rumah sakit terkenal di Seoul milik mertuanya dan menanyakan obat yang bisa mencegah flu untuk sementara waktu.

Tapi sialnya, signal malah terputus akibat badai es diluar sana yang bisa saja memporak-porandakan peternakan ayam dan babi milik tetangga.

Jadilah Jimin memanfaatkan air serat bawang putih rebus untuk membuat saluran pernapasan Rose membaik sementara ia akan keluar dan mencari obat secepatnya.

"Sial, saljunya mulai meninggi. Aku harus segera bergegas,"

Tanpa pikir panjang lagi, Jimin segera berlari kecil menelusuri jalan raya dengan hanya mengenakan syal dan topi rajut. Juga sweter hangat yang menutupi tubuhnya dari suhu ekstrem.

Banyak anak-anak remaja yang nampak asyik bermain di halaman rumah mereka tanpa memikirkan kalau salju ini bisa saja membuat mereka jatuh sakit.

Lalu lintas yang dulunya ramai kini hanya tinggal pembatas jalan yang membeku. Orang-orang sangat jarang keluar rumah apalagi untuk melakukan hal yang tidak penting. Mereka lebih memilih untuk berdiam diri seharian di rumah, dan bergelut didepan perapian.

Ingin sekali rasanya Jimin sesegera mungkin menjatuhkan dirinya kedalam selimut hangat sembari menyeruput kopi dikala salju sedingin ini berhasil membuat hidungnya hampir copot dan jemarinya kaku seperti membeku.

Namun mengingat Rose yang sedang flu sendirian di rumah, maka sebagai seorang ayah sekaligus ibu yang bertanggung jawab, ia rela menempuh jalan berpuluh-puluh kilometer demi mencarikan obat untuk putri satu-satunya itu.

Saat Jimin berhasil sampai di perematan yang berbatasan langsung dengan rumah sakit Goeun, pria itu sempat menengok kesamping dan berharap tidak ada kendaraan yang lewat dan bisa saja menabraknya. Lagipula mana ada orang yang berani berkendara di cuaca sedingin ini?

Lifemates » Kookmin [Book  2 : END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang