Mendengar kisah temaram senja,
Dan seorang insan dengan rasa yang selalu sama.Demi mata yang masih mampu terbuka,
Dan tentang menatap indah sebuah panorama.Penampakan sang cakrawala,
Yang lengser tenggelam bersama cahaya.Disaat Ufuk barat menyapa datangnya,
Dan menggelaplah sebagian dari paruh bumi dan semesta.Gelapnya yang berpadu dengan sebuah bulatan purnama,
Dan beberapa titik cahaya kecil yang tersebar rata dalam kelamnya sisi kota.Iangit gelap kulihat dengan kedua mata,
Dimana kali ini hati bukan hanya berpacu pada sebuah rasa,
Ia bisa menyaksikan hal nyata,
Dimana dua hal yang tak sama,
Saling melengkapi dan bersatu untuk memancarkan hal yang mereka punya.Menghasilkan keindahan yang tiada tara,
an berotasi untuk saling menyapa selamanya.
. . .
Balcon kecil ini seakan akan menjelma menjadi surga, semua ketegangan sudah berakhir dalam setiap adukan sendok dicangkir kecil ini.
Setelah perjalanan panjang menerjang awan, melawan phobia, dan berharap masih hidup sampai ke tujuan, akhirnya semua itu sudah berakhir pada pukul 11 siang dini hari, dilanjutkan untuk berkeliling singapore, dan berbelanja keperluan pribadi seperti, benda bulanan wanita (kalian pasti paham itu apa), peralatan p3k, obat obatan, camilan, dan beberapa makanan darurat untuk persediaan, dan sampai diapartement jam 9. Ya, cukup melelahkan maybe, namun intinya, aku bersyukur sekali karna seharian ini berlangsung sempurna tanpa satu halangan apapun, thanks god!
Tentang malam ini,
Hangat, dan sejuk. Dua kalimat itu benar benar beradu dalam cuaca malam ini, dinginnya malam juga hangatnya secangkir aromatheraphy ini.
Inilah alasan mengapa aku lebih menyukai malam dari pada siang, mereka tampak begitu tenang,
dan mereka, tampak kuat untuk terang ditengah gelapnya alam semesta. Deretan lampu dan lampion jalanan juga sepoy ringan angin malam begitu memanjakan mata dan tubuh. Semua letih akibat perjalan tadi seakan sedikit demi sedikit luruh,
ditambah minuman aromatheraphy instan yang sengaja ku bawa dari indonesia, meski aku sangat membenci aromaterapi tapi setidaknya ini satu satunya obat sekaligus minuman yang benar benar manjur membantu ku
me-rileks kan perut dan sesak nafas jika asmaku kambuh."Malem ini diet dulu ya perut, Alana males keluar nih, capek."
Gumamnya pada dirinya sendiri.Ting!!
Notif pengingat masuk dalam handphonenya.
'Happy birthday Alena, 15 des 2018'
"besok Alena ultah ya.."
flashback on,
"Soalnya lo bau tengik curut jelek huu! Udah kayak duyung masuk pasar! Hahaha."
"Jelekan juga lo kali! ketawa aja merah semua muka lo, udah kayak dendeng balado! Wahaha."
"Jahat lo."
"Ahahaha gini deh, kita taruhan aja, siapa yang besok nikah duluan, berarti dia yang lebih cakep, gimana? "
"Kalo ternyata nikahnya bareng gimana?"
"Pengantin kembar maksud lo ahaha, udah lah pasti duluan gue."
"Bodoamat gue mau nikah muda, besok deh gua akad."
"Ngarang amet lo, awas aja kalo kagak."
"just jokes right ahaha."
"udahlah, mending suit aja sekarang, dari pada ngelantur kesana kemari."
"Okelah, ready? gunting batu jempol!"
"Kertas.."Alana sendiri hanya tersenyum mengingat kejadian lama itu, sekelebat bayangan membuat hatinya terhibur sekaligus bertanya tanya.
"Alena gimana ya sekarang."
Ujarnya sambil mengaduk ngaduk minuman dicangkirnya.
Raut wajahnya seakan mengingat akan sesuatu. Ia mulai membuka handphonenya dan menjelah gallery dengan menscroll habis foto fotonya disana, entah apa yang Ia cari."Ketemu!"
.
.
.Hello readers! Selamat membaca buat kalian semuaa..
Jangan bosen dulu sama part satu, langsung up part dua kok hbis ini!Like bagi yg suka,
Comment bagi yang mau kasih kritik saran,
Dan add to your library ya guys!
Pantengin terus oke, semoga berkah buat semua😂Happy Ramadhan!👳👳💕💖💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Heaven
Teen FictionKetika tak mampu bersuara seakan menelan ragu. Dan dingin raga bagaikan kutub berbatu. Judul cerita Ialah diriku. Terkurung bagai bisu. Tak mendengar bagai tuna rungu. "Demi tuhan gue lebih suka bau bensin dari pada peranakan mint sama jahe kaya beg...