Empat. Morn Lion

21 9 0
                                    

Pagi yang cerah untuk mood sebaik ini. Dengan cotton bathrobes berwarna putih juga sandal unicorn empuk khas Alana. Gadis itu beranjak dari kasur lalu membuka tirai serta jendela kamarnya. Rambut coklat gelapnya tergerai bebas dan bergerak diterpa angin, sampai tangan si pemilik menyingkapnya kebelakang, lalu menjepitnya dengan hairclip.

Langkahnya mengarah ke balkon depan, menarik nafas dan melakukan beberapa gerakan peregangan. Sinar matahari mulai menyilaukan mata, langkahnya berbalik lalu kembali kedalam kamar. Ia duduk di depan meja riasnya dan mengambil semangkuk green gel mask dan kuas untuknya mengaplikasikan gel mask tersebut ke kulit wajahnya.

Ringtone panggilan dari ponselnya pun mengalihkan perhatiannya untuk segera menjawab panggilan tersebut. Ia meletakkan kembali mangkuk dan kuasnya itu lalu beranjak ke kasur untuk mengambil ponselnya.

"Halo?"

"Alana?"

"Arash? Hai!"

"Eh kenapa nih tumben semangat banget jawabnya."

"Alana kangen Arash, kirain selama disini Alana nggak bakal bisa kontakan sama Arash gara gara harus pake ponsel yang disediain sama commitee."

"Iya Alana, Arash paham, lucu ya kamu baru aja dua hari udah kangen ceritanya sama Arash? Ahaha."

"Iya kangen banget, Alana boleh kan kangen Arash?"

"Nggak, nggak boleh."

"Ko Arash gitu?"

"Ahahah enggak sayang Arash bercanda. udah udah ngambeknya nanti lagi, bukain pintunya, Arash pegel berdiri terus diluar dari tadi."

"....."

Tutttt!!!

Ia mempercepat langkahnya menuju kamar mandi Ia melepas bathrobesnya dan langsung memakai pakaian yang sudah tergantung dibelakang pintu, kaus maroon oversize sepaha yang membuatnya nampak tenggelam karnanya. Alana  menggerai rambutnya Ia bergegas menuju pintu depan dan mengintip sesuatu lewat door viewernya. Dan benar, lelaki jangkung dengan kaus hitam, celana warna gelap serta jacket jeans yang tersampir dipundaknya.

Klek!!

"Arash!"

Tubuh mungilnya berlari kearah pria yang tengah tersenyum padanya tersebut. Tubuhnya yang tak sampai sebahu pun menggantung dipelukan pria itu dengan kecupan panjang di ujung kepala Gadis itu.

"Alana kangen Arash."
"Arash juga kangen Alana."

. . .

"Alana mulai kuliah kapan?"

"Minggu depan, oiya ngomong ngomong arash kesini buat nyamperin Alana doang atau ada acara lain?"

"emmm nggak tau, lupa."

"Arash! Alana tanya serius."

Jawab Alana cemberut dan langsung menunjukkan duckface ala nya.
Pria itu hanya terkekeh sembari mengacak puncak kepala Alana

"Bunda kayaknya ngerti deh kalo Arash gak bisa jauh dari Alana."

"Masa? Ko Arash tau?."

"Tau lah, buktinya Arash dikirim kesini buat nemenin Alana."

"Ohh jadi Arash kesini gara gara disuruh bunda jengukin Alana?"

"Iya,

Sekaligus kuliah."

"Kuliah? Seriusan? Aaaaaak!!"

Teriak Alana kegirangan sendiri.
Tubuhnya yang sedari tadi duduk menyandar di bahu Arash pun kini mendarat lagi dipelukan pria itu. Alana menjatuhkan tubuh kecilnya keatas dada bidang Arash yang membuat badan pria tersebut terdorong kebelakang dan hampir setengah berbaring. Posisi Alana kali ini benar benar menimpa badan Arash, Ia memeluk erat kekasihnya tersebut lalu memberi kecupan kecil pada pipi pria kesayangannya itu. Arash menyentuh pelan pipi kanan Alana, tak basa basi pria itu mendekatkan wajah Alana dengan berlahan ke arahnya. Dan di disambut oleh gerakan tangan Alana yang terus membelai kepala belakangnya,
Di lanjutkan dengan ciuman hangat yang dilakukan keduanya dengan begitu lembut. Arash melakukannya dengan sempurna, dan membawa kesan membahagiakan bagi Alana yang sejak dua hari yang lalu sangat merindukan Arash.

Sugar HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang