Lima. Gadis itu

14 8 0
                                    

Back,

Dinginnya hawa pagi benar benar menusuk tubuh Alana yang kini masih meringkuk sambil memeluk guling empuknya. Tubunya masih terbalut selimut. Sampai jam Alarm putih tulang itu berbunyi keras dan tentu saja langsung membangunkan Alana dari mimpi kosongnya. Tubuhnya berusaha terduduk dan menstabilkan tingkat kesadarannya dengan mengucek ngucek matanya berlahan, sampai semua nyawanya kembali. Dan akhirnya Ia bisa segera benar benar bangun dan bersiap untuk hari pertamanya di sekolah baru.

. . .

Hari itu hari pertamaku masuk sekolah. Koridor sekolah yang masih terbilang sepi karna kini jam masih menunjukkan pukul 6.00 pagi.

"mimpi apa aku semalam sampai berangkat kesekolah sepagi ini."
Gumamnya.

Langkahnya terhenti saat seorang gadis berambut panjang sepunggung dengan seragam sama dengan Alana terlihat duduk menyendiri dibangku setelah jembatan penghubung antara gedung satu dengan gedung disebelahnya. Terdengar sedikit creepy tapi Alana mencoba yakin bahwa hantu tak akan keluar di pagi sedingin ini. Gadis berkulit kuning cerah itu nampak menunduk dan membuat Alana ragu untuk mendekat kearahnya. Ia tetap memberanikan langkahnya untuk sekedar bertanya ada apa. Dan baru beberapa langkah suara isak tangisan gadis itu semakin terdengar jelas ditelinga Alana, dengan beberapa gumaman kecil yang hampir tak terdengar.

"Harusnya gue tau dari awal, harusnya abang nggak nyembunyiin hal ini. Harusnya ibu nggak nganggep gue anak kecil lagi. Harusnya.. hiks, harusnya ini nggak pernah terjadi."

Gumam gadis itu samar dan masih menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Alana yang kini berlajan mendekat pun mungkin langkahnya terdengar oleh gadis itu.

"Duduk aja." Ujar gadis itu sembari mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Alana.

"Hai, lo kenapa?"

Tanya Alana lalu dijawab oleh gelengan dan pertanyaan yang Alana rasa hal itu hanya untuk mengalihkan percakapan mereka.

"Anak baru ya?"

"I--Iya."

"Nggak usah gugup gitu santai aja gue ga gigit kok."

"Iya, gu--gue boleh jujur sesuatu nggak?"

"Hah? Jujur apa?"

"I-itu maskara lo luntur." Terang Alana sembari menunjuk kantung mata gadis itu yang terpenuhi oleh cairan hitam yang mengering.

"Hah masa?" Jawabnya langsung mencari sesuatu dalam ranselnya. Bedak padat dengan spons tebal yang langsung ia poleskan kedaerah bawah matanya untuk meminimalisir bercak maskaranya yang luntur karna air matanya tadi.

"Kalo boleh tau, lo tadi nangis kenapa? Ada masalah ya?"

"Kita belum kenalan, gue Lauren Navia panggil Lala aja gapapa kok."
Ujarnya sembari menjulurkan jabat tangannya yang lagi lagi mengalihkan pembicaraan mereka.

"Gue Alana, Alana Raisha."

"Kelas XI IPS 1?"

"I-Iya."

"Kita sekelas."

"Ngomong- ngomong tadi gue denger dikit yang lo omongin. Maaf ya gue nggak bermaksud nguping kok, suwer."

"Iya nggakpapa kok."

"Oke."

"Lo kenapa pindah kesini?"

"Bunda dipindah kerja kesini."

"Ayah lo?"

"Ayah, di--dia ee dia, dia juga kerja. tapi jauh nggak sama kita."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sugar HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang