2 (DOS)

15 2 0
                                    

   Terlelap. Sepertinya   merupakan kebahagiaan  tersendiri. Dimana dirimu bisa bebas berlari,tanpa tahu apa yang tengah menanti.

   17 jam pun berlalu dengan beristirahat dan menyibukkan diri dengan beberapa kegiatan didalam pesawat. Dan menurutku, semua itu sangatlah membosankan.

   Akhirnya....

   Paris I am Here.

   "Bonjour. Welcome to Charles de Gauille and welcome to Paris." sapa seorang pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah tour guide kita.
  
   "Oh, hi. Thank you. " jawabku gugup.

   "Bagaimana jika kita memulai semua ini dengan pergi ke Eiffel Tower? " tanyanya.

   "Bukankah itu jadwal dilain hari? " jawab Jo.

   "Jika kalian ingin pergi kesana lagi,aku bisa mengantarnya. Lagipula jadwal hari itu hanya untuk disiang hari. Bukankah suasana malam hari lebih menyenangkan? "

   "Hmm... Baiklah, selagi itu tidak merepotkan. Dan, sepertinya kita belum berkenalan. Aku Rei,dan sepertinya kamu sudah mengenal mereka. "

   Sambil merapikan barang-barang bawaan kita, dia pun menjawab.
   "Mikheil Jarvis. Itu namaku. Kalian bisa memanggilku Key.  Baiklah,kita berangkat sekarang. "
   Perjalanan kita pun dimulai.

    Sembari menikmati semilir angin yang berhembus, aku meminum minuman yang baru saja ku beli ketika keluar dari bandara. Sambil sesekali aku bertanya. Yang sebenarnya hanya untuk mencairkan suasana yang menurutku cukup menusuk dan mencekam didalam mobil ini, dikala cuaca begitu kontras walau ini adalah malam hari.

   "Aku dengar kamu adalah orang Korea. Apa itu benar? "

   "Menurutmu? "

   "Hei, aku bertanya padamu. Kenapa kau malah bertanya balik? " kesalku.

   "Ya,seperti yang kau inginkan. Kebetulan aku pindah bersama temanku. Ngomong-ngomong, kenapa kamu menanyakan hal itu? Apa ada sesuatu? "

   "Ah, tidak. Hanya butuh sedikit bantuan (?) mungkin? " jawabku gugup.
Jujur saja, ini terasa... ehmm...aneh(?)

   "Hmm... Baiklah. Aku selalu siap membantu. " jawabnya sambil tersenyum (?).
Sebenarnya aku tidak bisa menyimpulkan apakah dia sedang tersenyum atau tidak. Karena dari sejak pertama kita bertemu, aku rasa tidak ada niatan darinya untuk membuka masker yang menutupi wajahnya.

   Jika kalian bertanya mengapa aku bisa mengobrol dengan leluasa dengannya, itu karena kita duduk bersebelahan.

   "Permisi, aku rasa wajah-..... "

   "Sudah sampai. Sebaiknya kita turun untuk makan malam. Aku rasa kalian sangat lapar setelah seharian berada didalam pesawat. Kajja. " katanya sambil terkekeh saat mengucapkan kata terakhir dengan aksen korea-nya yang menurutku terdengar cukup menggemaskan.

   Kami pun masuk dan langsung duduk sambil mencoba melihat buku menu yang mungkin terselip menu makanan yang menggugah selera.

   "Baiklah selamat makan, jika kalian sudah selesai, kalian bisa memanggilku. Aku tunggu ditempat tadi. "

   "Apa kau tidak akan makan malam? Bahkan waktu untuk makan malam akan segera habis. " tanya Jo sambil sedikit melirik jam ditangannya.

   "Aku sudah makan malam terlebih dahulu sebelum menjemput kalian. Jadi, makanlah sepuasnya dan jika sudah selesai, kalian bisa menghubungiku. Aku menunggu kalian ditempat tadi. "

   "Baiklah, hati-hati. "

   "Apakah kalian tidak merasa aneh? " tanyaku.

   "Soal dirimu yang sepertinya dekat dengannya? " goda Anggit.

   "Bukan itu bodoh. Aku berpikir, kenapa dia tidak membuka masker yang menutupi wajahnya itu? "

   "Apa kau menyukainya? Sehingga kau ingin melihat wajah tampannya? Hmm?? "

   "Yak! Bukan itu maksudku. Bukankah tidak baik namanya jika tidak memperkenalkan diri dengan baik? Lagipula, darimana kau tahu jika dia tampan? "

   "Dasar bodoh. Apa kau tidak bisa melihat dengan jelas dari matanya yang indah itu? " jawab Anggit.

   "Baiklah, terserah kalian. Tapi, bukankah wajahnya terlihat sedikit familiar? " tanyaku.

   "Sepertinya ya, tapi bukankah banyak orang didunia ini yang mirip? Jadi kurasa dia adalah salah satu contohnya? " jelas Jo.

   "Hmm... Mungkin. Apa yang kalian pesan? "

   "Aglio e olio. "

   "Hmmm... Pesankan satu untukku. "

.
.
.

   "Sepertinya kalian sudah merasa lebih baik? Bisa kita lanjut perjalanannya? " tanya Key.
  
   Setelah selesai, kita langsung pergi ke tempat dimana Key sedang menunggu.

   "Ayo. Aku rasa aku sudah merasa lelah dan hanya ingin beristirahat. " jawab Anggit sambil sedikit merenggangkan tubuhnya.

   "Kalian bisa beristirahat dimobil selama perjalanan, walaupun hanya sekitar 20 menit? " tawarnya.

   "Baiklah, berhati-hatilah dalam menyetir. "

   "Tenang saja. Ini bukan kali pertamaku. "

TBC.

Terimakasih buat yang udah nyempetin baca ceritaku,,
Jangan lupa Vote and Comment,,, maaf atas typo yang bertebaran...

Sampai jumpa~~

  

 

A JOURNEY TO FOUND YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang