2

678 56 17
                                    

2 bulan lalu,

3 September 2xxx.

Bintang-bintang yang tertutup dedaunan pohon nampak menyempil. Aku lupa aku ada dimana. Tetapi, aroma maskulin yang tidak asing ini sangat enak. Angin sepoi-sepoi menyambar kulitku dan membuat diriku merinding, disini dingin.

Suara itu terdengar kembali, "Hoi! Hoi!! Anda gapapa? Mass?!" seorang lelaki berambut abu-abu melambaikan tangannya di depan mataku. Aku melirik dirinya.

Demi anting Chanelnya Papa Tae! Dia tampan sekali!

Aku masih melongo menatap wajahnya, dia lebih dari tampan. Dia seksi.

Astaga! Soobin, sadarkan dirimu!

"Mas? Kepalanya sakit?" tanyanya lagi. Rautnya sangat khawatir, tunggu— aku kenapa?!

Aku langsung terduduk dari posisi tidurku. Aku melihat beberapa orang menatap kami berdua atau mungkin tepatnya menatapku. Dia masih dengan raut khawatir dan menjulurkan tangan ke keningku. Dielusnya pelan sehingga menghasilkan gelenyar aneh yang aku tidak pernah rasakan sebelumnya.

"Mas gapapa?" tanyanya untuk ke sekian kalinya.

Aku mengangguk, "Saya kenapa?" tanyaku. Astaga! Pertanyaan bodoh! Masa aku nanya sama orang lain tentang diriku?!

Dia menatapku dengan raut wajah bingung. Agak menggaruk tengkuknya lalu membuka bibir merahnya, "Tadi anda jatuh setelah menabrak tiang, da—"

"Jatuh?! Nabrak tiang?!" pekikku. Aku memutar kembali kejadian tadi. Sungguh aku ingin merutuki diriku sendiri. Bisa bayangkan, fokusku hilang saat melihat orang ini bermain Skateboardnya. Ketika dia melakukan manuver di udara dan kembali ke tanah, aku dapat melihat dengan jelas bulir keringatnya terjatuh dari leherny. Jaket hitam yang membalut seluruh tubuhnya terlihat sangat kebesaran, tetapi dia tampak seksi dengan itu. Kemudian, aku merasa kepalaku terantuk dan terjatuh.

Dia sangat tampan, astaga sekarang bidadari— eh? Bidadara tampan ini berada dekat dengan diriku. Aroma maskulin keringatnya mulai tercium kembali di penciumanku. A little rose, soft peony, and— patchoulli. Ini parfum wanita?! Dia... Perempuan?

Aku menatap wajahnya, sedikit kiyowo, tetapi tetap saja ini seperti wajah lelaki. Turun ke daerah dada, kecil dan sedikit berisi. Aku semakin menunduk. Di sela pahanya saat ia berjongkok di depanku nampak gundukan seperti punyaku.

Hhhh... Syukurlah dia laki-laki.

MWO?! SEHARUSNYA KAU TIDAK BERSYUKUR, KIM SOOBIN!

"Mas? Melamun lagi?" tanyanya sambil menepuk lenganku. Lenganku bergoyang lalu aku menyadari, lenganku yang kecil ini sangat berlemak dan dia baru saja menyentuhnya. Apa dia menyadari tumpukan lemak itu?

"Mas! Astaga! Ayo, kita cari makan, anda sangat mengkhawatirkan!" Dia berdiri sambil menenteng skateboardnya. Dipegangnya tanganku, lalu perlahan ditariknya diriku untuk bangkit berdiri. Tangannya hangat.

Aku hanya ikut sambil menatap genggaman tangannya di tanganku. Bawa aku kemanapun mas!

***

Kami berada di restoran kecil yang ramai pengunjung. Tempat ini ribut sekali, tetapi ketika fokus perhatianku menumpu padanya, aku tidak mendengar apa-apa. Dia menumpukan dagunya pada tangannya, menatap ke jalanan. Hidungnya mancung. Matanya yang dapat dipastikan seharusnya kecil terlihat sedikit lebih besar karena softlens smoke nya. Bibirnya merah dan sedikit basah. Rahangnya yang sedikit tajam. Kulitnya yang kuning langsat dengan bintik jerawat merah kecil sekitar... 1, 2, 3, dan 4 itu membuat pipinya terlihat menggemaskan.

My Tutor [TXT X SooYeon] Soojun || YeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang