Soobin meminum habis susu almondnya setelah sarapan roti berselai nutella. Ia menenteng tasnya menuju dapur. Kali ini, ia harus membuat mamanya kasihan pada dirinya. Setelah pulang malam tanpa kabar, Soobin hampir di kunci di luar rumah. Sekarang, ia tidak diberi uang jajan. Dia mungkin harus menabung dengan baik agar punya uang simpanan jika suatu saat ini terjadi lagi.
"Mamaa~ Pliss dong, jangan begini. Masa sih aku ga jajan hari ini. Semalam itu aku nabrak tiang, liat nih!" Soobin merengek, menganggu ibunya yang sedang memasak ikan sarden untuk anjing kesayangannya. Yeontan.
Soobin terus menggelayut manja, ia berusaha menjelaskan dengan menunjuk benjolan merah di kepalanya. Sedikit sakit saat dipegang, tetapi ia tidak berhenti menunjuk dengan menekan-nekan benjol itu hanya untuk menarik perhatian Jungkook.
Papa Soobin —Taehyung— datang dengan pakaian rumahan. Diambilnya susu pisang milik istrinya yang terletak di atas meja makan.
"Paa~ Bagi uang jajan dong! Mama gamau ngasih nih! Astaga, Pa. Pliss ya? Binie bakalan telat nih!" Rayu Soobin dengan mata bulat membesar serta pipi menggembung lucu. Dia sangat kiyowo seperti mamanya.
Taehyung menggeleng pelan, "Papa bakalan digampar mama kalau kasih kamu uang, jadi maaf ya anakku."
"SAYANG! ASTAGA KIM TAEHYUNG LAKNAT! ITU SUSU PISANG TERAKHIRKU DI KULKAS! DEMI APA!" Jungkook berteriak horor. Matanya memandang tajam Taehyung. Kini Soobin menjadi kacang tanpa kulit melihat kedua orang tuanya berkejar-kejaran. Taehyung sangat takut dengan amukan istrinya. Bisa-bisa ia tidak mendapat jatah setelah hari ini ia rela mengambil cuti untuk bermain seharian dengan istrinya. Di ranjang.
Makan siang apa aku? Mana aku langsung les lagi.
***
Semua murid berjalan keluar kelas setelah bel istirahat berdering. Eng, kecuali Soobin yang kelaparan dan Beomgyu yang tertidur pulas di sampingnya. Mereka berdua tidak berminat dengan makanan kantin.
"Beom! Aku lapar," ujarnya lemah.
Beomgyu mendengar kalimat itu tetapi lebih memilih acuh. Dia butuh energi untuk menghadapi mata pelajaran terakhir. Fisika. Suara Soobin dengan keluhan-keluhan tidak berhenti. Beomgyu merasa terganggu dengan kehadiran manusia laknat di sebelahnya ini.
"Jadi apa?! Kenapa kau terus mengoceh! Aku butuh tidur, laknad! Arrgghh!! He—"
"Beomiee~" panggil seseorang dari luar kelas. Beomgyu yang wajahnya memerah menahan amarah langsung kembali seperti semula, bedanya jika wajahnya biasa poker face, sekarang dia tersenyum sumringah. Pacarnya datang.
Beomgyu melirik Soobin yang cemberut, "Hyunniiee! Kenapa kemari?" tanya Beomgyu.
"Beomie kenapa marahan sama Soobin?" tanya Taehyun menatap Soobin di balik punggung Beomgyu. Mata bulat Taehyun memandang lekat Soobin.
"Dia ngeselin beib. Masa, aku tidur diganggu terus. Lapar katanya," keluh Beomgyu manja. Sumpah, jika kalian melihat adegan ini, kalian akan mimisan dengan wajah imut Beomgyu.
Taehyun tertawa sambil mengacak rambut Beomgyu. Dirogohnya saku celananya, mengeluarkan beberapa lembar uang. "Nah, Bin. Kasian kau kelaparan."
Soobin melongo, ia menggelengkan kepalanya, "Ga. Gausah, Tae. Aku gapapa kok."
"Iya beb, ngapai ngasih uang sama orang kaya! Udah, gausah!"
"Aku ngasih pinjem, bukan aku kasih gitu aja. Ada bunganya 10% perhari. Nah!" tangan Taehyun kembali terulur memberikan lembaran uang itu. Nah, Soobin baru menerima uang ini. Ia tidak suka diberi secara cuma-cuma.
Soobin berterimakasih dengan membungkukkan badannya 90° lalu berlari keluar kelas sebelum Beomgyu menghajarnya karena merepotkan pacar tampannya itu. Di lorong yang sepi, Soobin berlari dengan riang sembari memegang lembaran uang yang cukup untuk membeli roti coklat sedang, roti melon sedang, dan roti keju besar.
Dia memang sangat suka roti.
Di kantin yang terlihat ramai dan sangat berisik, Soobin yang badannya tinggi itu dapat melihat stan roti di ujung kantin. Roti coklatnya tinggal 1. Maka, ia harus mendapatkan roti itu. Buru-buru, dia melewati lautan manusia dengan berbagai jenis makanan di tangan.
Sampai, dia menunjuk roti coklat itu.
Tetapi, setelah seorang lelaki berkacamata bulat mengambil roti itu.
Soobin menatap roti di tangan lelaki yang sedang membayar dengan miris. Namun, jam tangan berwarna abu-abu itu sangat ia kenal. Ia mencoba mengenali, namun lelaki pencuri rotinya keburu pergi.
Soobin dengan badan jangkungnya, dapat melihat si pencuri rotinya di antara padatnya manusia. "Daniel!" teriak Soobin.
Anehnya, lelaki yang ia sangat yakini adalah bidadara di taman hanya berlalu. Ia keluar dari kantin dan hilang dari pandangan. Teriakan Soobin cukup kuat sampai hampir semua orang memandangnya bingung. Ia malu saat ini. Ia tidak sadar melakukan hal yang belum pernah dilakukannya, secara sengaja menjadi pusat perhatian.
Buru-buru dicomotnya roti melon dan keju besar. Karena uangnya bersisa, ia berhasil mendapatkan susu almond kesayangannya. Padahal, dia sudah minum susu almond tadi pagi.
Lelaki tinggi itu berjalan dengan perasaan bingung. Jika memang bidadaranya itu bersekolah disini, kenapa ia tidak pernah melihatnya? Ya, dapat diakui Soobin ini sedikit pemalu dan jarang keluar kelas karena lebih memilih membaca buku fisika daripada bersosialisasi. Ia hanya mengenal Beomgyu yang menjadi teman sebangkunya sejak SMP.
Dia harus tahu siapa sebenarnya Bidadaranya itu. Harus!
***
Pelajaran Fisika hampir selesai 2 menit lagi. Ini merupakan neraka bagi Beomgyu. Ia benar-benar stuck di mata pelajaran ini. Ia lebih suka kimia dan biologi. Menghitung dengan logika membuatnya stres. Soobin pun tidak begitu berminat dengan mapel fisika hari ini. Biasanya dia sangat rajin menjawab, memecahkan soal sendiri, atau mengoreksi kesalahan gurunya.
"Bin! Lu ngapa dah? Hari ini ga minat gitu. Suara juga ga keluar. Tumben!" tanya Beomgyu penasaran.
"Ha? Masa? Gapapa kok," bohong Soobin.
Soobin pernah bilang pada Beomgyu kalau dirinya akan jatuh cinta saat kuliah atau sudah kerja. Namun nyatanya, sekarang ia jatuh cinta saat SMA. Kelas 2 pula. Beomgyu nanti akan mengejeknya habis-habisan. Apalagi, ketauan jika orang yang dia suka sama sekali engga dia kenal. Cuma tau nama, wajah, dan social media.
Bel pulang nyaring terdengar. Semua murid di masing-masing kelas bergegas menyimpan buku, memberi salam pada guru, dan pulang ke tujuan masing-masing. Di kelas Soobin, tersisa beberapa orang lagi termasuk Soobin dan Beomgyu.
"Eh iya, Bin tolong bantu nyerahin ini dong. Karya ilmiah Inggris sama kakak kelas. Ketua club bahasa inggris kelas 12 IPA 1." Beomgyu menyerahkan kertas yang hampir menyerupai buku ke Soobin.
"Emang lu mau kemana?" tanya Soobin sembari memegang karya ilmiah. Dia meneliti isinya yang penuh dengan pelajaran dan bahasa yang ia benci. Inggris.
"Biasa, ngapelin pacar dulu. Lupa tadi nyerahin pas istirahat. Tolong yaa, Binie ku sayangg~" Beomgyu mengangkat tangannya mencubit pipi Soobin. Dengan tenaga dalam, ia menggeplak punggung Beomgyu sampai Beomgyu mengaduh kesakitan.
Beomgyu langsung ngacir keluar menuju kelas Taehyun, pacar kiyowonya. Soobin melangkahkan kakinya keluar kelas dengan tas hitam besar melekat di punggungnya. Ia tidak mengenal ketua club itu, karena memang dia tidak suka club bahasa inggris. Bukan karena ia benci clubnya, tapi ia benci bahasanya. Bisa mati dia jika mencoba memahami bahasa sulit itu.
Soobin melihat kelas 12 IPA 1 tak jauh dari tempat ia berdiri. Dia gugup untuk bertanya, bodoh sekali dia tidak bertanya siapa nama ketua club bahasa inggris.
Pada siapa diri ini harus bertanyaa~