BAD TYPE SIDE B: Prolog

3.2K 317 24
                                    

Baca juga BAD TYPE SIDE A by SEKAREARE

Elodia melirik ke arah jam dinding kamarnya dengan malas. Duh, harus banget sekolah, ya? sungutnya, dalam hati. Gadis itu masih belum menerima kenyataan kalau hari Minggu telah usai.

Setengah hati, Elodia menyibak selimut, lalu menurunkan kedua kakinya dari kasur. Lebih lama lagi ia bergelut dengan selimut, bisa-bisa dia terlambat masuk sekolah. Gerbang sekolah ditutup lebih awal karena hari ini ada upacara bendera: rutinitas menyebalkan di hari Senin.

Masalahnya, omelan Rachel kalau Elodia terlambat masuk sekolah, lebih menyebalkan daripada panas-panasan berdiri mengikuti upacara bendera. Toh, kalau Elodia capek, dia hanya perlu pura-pura sakit seperti biasanya supaya bisa pergi ke UKS. Tapi kalau Rachel mengomel? Gak ada obatnya!

Di antara semua kenakalan Elodia, Rachel paling mengutuk kalau Elodia terlambat masuk sekolah. Kenapa? Karena Rachel selalu ikut kena getahnya. Murid yang terlambat akan dikenai hukuman menulis 1000 kalimat 'saya tidak akan terlambat lagi ke sekolah'. Nah, Elodia tidak mungkin menulis itu semua sendirian. Kebayang, dong… siapa yang membantu?

Usai melaksanakan ritual mandi—yang cepatnya mengalahkan kecepatan lari Flash—Elodia segera berpakaian, mengambil tas yang isinya hanya dua buku catatan yang dominan dipenuhi gambar-gambar tidak jelas, lalu buru-buru keluar kamar menyusul Pak Komar. Supirnya itu pasti sudah menunggu dirinya di dalam mobil.

“Pak Komar! Ayoo!” seru Elodia, seraya membuka pintu penumpang di samping supir. Pak Komar masih asyik menyisiri rambutnya yang sudah botak separuh kepala.

“Siap, Neng!” timpal Pak Komar, kemudian menyimpan sisir kecilnya di dalam saku kemeja yang ia kenakan. “Jemput Neng Rachel juga gak?”

“Bentar, bentar…” Elodia memberi kode ingin menjawab panggilan masuk di HP-nya. “Eh, Biji Cabe! Mau dijemput?”

“Biji Cabe gak perlu dijemput. Udah nyampe duluan di medan perang. Lo di mane dah?” Oke, nada bicara Rachel masih terdengar normal. Belum sampai siaga satu. Amaan!

“Udah di jalan nih, Beb. Tunggu akoh ya!”

“Jalan depan rumah maksud lo? Bodo amat ya, El. Kalau sampe lo telat, gue gak mau ngorbanin tangan gue buat lo!”

“Ailah!” Rachel mengibaskan tangannya. “Santai kale! Gue bakalan sampe tepat waktu. Toh gak macet i…...ni…..”

Elodia bengong. Ada ramai-ramai apa di jalan depan kompleks rumahnya?

“Macet ye?”

“Ada rombongan ibu-ibu baris-berbaris di depan komplek sambil bawa panci, Beb!” Habis sudah. Fix, sih, Elodia bakalan terlambat hari ini.

“Gue gak mau tahu, ya. Dalam waktu lima belas menit, lo kudu udah nyampe di sekolah!” Mantap. Rachel sudah mulai keluar tanduk.

“Eh, eh… gak mungkin, dong! Ini rombongan panjang banget! Yakali gue kudu manggil Superman buat anterin gue ke sekolah?”

“Nah, tuh pinter. Sana panggil Superman. Sekalian Batman-nya juga. Gue mau minta tanda-tangan!”

Panggilan telepon terputus. Lebih tepatnya, Rachel yang mematikan.

Elodia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata lirih kepada Pak Komar. “Pak, tahu nomor HP-nya Superman?”

Please kindly leave your comment and like~








BAD TYPE: SIDE BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang