Ken menatap penuh tanya kearah Gathan yang tengah berbincang dengan ayahnya. Bagaimana bisa mereka terlihat begitu akrab seakan keduanya adalah sahabat karib yang sudah kenal puluhan tahun?
"Betah disana ya?" Tanya Deyna yang entah sejak kapan sudah berada dibelakang Ken yang sedari tadi menguping pembicaraan sang ayah dan Gathan.
Ken berjengit kaget. "Ih nggak kok, Bu. Biasa aja." Sahutnya sambil merengut sebal.
"Ibu seneng liatnya kalo kamu udah mulai bisa ngelupain yang kemarin. Apalagi sekarang ada Gathan, ibu makin tenang jadinya." Ucap Deyna dengan senyum hangatnya.
Ken menunduk cemas. Jadi, apakah mulai detik ini ia harus menyembunyikan semuanya dari orang-orang terdekatnya? Termasuk menyembunyikan jika nyatanya Gathanlah yang membuatnya masih syok hingga saat ini.
"Aku gak ada apa-apa, Bu. Gathan tuh cuma temenku."
Deyna mencibir. "Maksud kamu, temen yang tiba-tiba ngajak keluarganya kesini buat minta restu?"
Deg.
🏡
"Gak lucu, Gathan." Gadis berambut panjang itu melontarkan tatapan mengintimidasinya kearah sosok yang terduduk dikursi bambu depan rumahnya.
"Emang dari tadi gue ngelawak?" Gathan menyahut dengan raut tak kalah serius.
Ken memajukan dirinya hingga membuat Gathan mendongak hanya untuk menatapnya.
Selama Ken berada di rumah Gathan, ternyata banyak hal yang Gathan lakukan disini. Mulai dari menemui orang tua Ken, berbincang dengan ayah dan abangnya Ken, hingga kemarin malam ia membawa Erik, kakaknya kesini sebagai ajang perkenalan keluarga.
Sialnya, Erik dan Bagas itu teman sekampus. Yang otomatis membuat kedua orang tua Ken makin 'srek' saja begitu tau seluk beluk keluarga Gathan.
"Maksud lo apa segala bawa-bawa Kak Erik kesini? Kalo ayah sama ibu salah paham gimana?" Tanya Ken dengan suara pelan. "Denger ya, gue masih mau sekolah. Jadi, jangan pernah sekalipun ngasih harapan ke mereka kalo lo bakal nikahin gue."
"Ge'er banget." Gumam Gathan.
"Pokoknya kalo lo macem-macem lagi, rumah yang di gunung beneran jadi milik gue."
Gathan pun bangkit, membuat Ken yang gantian harus mendongak untuk menatapnya. "Iya, ambil aja sana. Toh dengan begitu lo juga bakal jadi milik gue."
Pipi Ken memerah. Nyatanya, ucapan Gathan yang terlampau dingin masih mampu membuat hatinya menghangat.
"Masuk sana. Besok sekolah." Ucap Gathan sambil tersenyum tipis. "Gue pamit." Diusaknya rambut Ken sebelum melenggang pergi.
Ken masih berdiri di teras sampai motor Gathan meninggalkan halaman rumahnya, tentunya dengan pipi memerah dan jantung yang bekerja tak normal.
🏡
♥
KAMU SEDANG MEMBACA
El-Prad [J.W.S]
Fanfiction"Lo mungkin gak bakal biarin gue hidup sampe besok, makadari itu gue gak berontak."