7

331 48 9
                                    

Gathan memperhatikan tangan cekatan yang sedari tadi berkutat dengan alat-alat masak. Sebelumnya ia tak pernah tahu kalau Ken cukup pintar memasak.

"Sombong." Cibirnya sambil menyuap sepotong bakwan yang sudah tersaji diatas meja makan.

Ken menoleh, berdecih pelan sambil menatap pemilik punggung lebar itu tak suka. "Kalo takut tersaingi, bilang aja deh."

Ken terhenyak saat sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Sekecil itukah dirinya untuk Gathan? Sampai-sampai lelaki itu harus menunduk agar bisa berbisik di telinganya.

"Ngapain takut? Toh nanti anak-anak lebih pilih masakan ayahnya. Soalnya ayahnya itu chef kelas kakap, beda sama mamahnya yang amatiran gini."

"Gak semua cewek bisa ngelakuin ini ya. Jadi lo harus bangga punya-"

Ken menggantung ucapannya. Ah, pipinya jadi panas begini kan?

"Iya-iya, gue bangga kok punya pembantu pinter masak gini." Sahut Gathan lalu mengecup pelipis Ken.

Ia pun kembali bergelayut manja di pundak Ken. Mengikutinya kesana-kemari tanpa mempedulikan omelan gadis mungil itu. Balas dendam.

"Minggir ah, pegel atuh." Protes Ken sambil membalikkan badannya dan mendorong tubuh besar itu hingga terduduk disalah satu kursi makan.

Gathan terkekeh. Namun tawanya terhenti seketika saat Ken menyentuh dahi dan ceruk lehernya.

"Kok panas?" Tanya Ken.

Ia pun segera mengambil termometer dikotak P3K dan memasukkannya ke telinga Gathan.

"Tuh-"

"Cuma kecapean. Biasa." Sela Gathan.

Ken sesegera mungkin menyiapkan air hangat untuk mengompres Gathan. "Biasa apanya? Kalo tambah parah gimana?"

Ken jelas panik. Suhu tubuh Gathan itu hampir 39°. Dan Gathan bilang itu biasa.

"Gak mau." Tegas Gathan saat Ken hendak menempelkan handuk di dahinya.

Ken terdiam sejenak. Dan setelahnya handuk basah itu terlempar kebaskom berisi air hangat. Si pelakunya langsung melenggang begitu saja meninggalkan Gathan yang malah terdiam dengan wajah merengut.

🍁

Ken menyuap bakwannya dengan santai sambil terus menonton TV. Tak menghiraukan keberadaan makhluk lain yang sudah guling-gulingan diatas karpet.

Gathan pun bangkit dan berpindah keatas sofa. Didiami oleh Ken ternyata lebih menyiksa. Rasanya seperti tak dianggap ada disana.

"Iya-iya, minum obat deh."

"Urus aja diri lo sendiri."

Gathan menelan ludahnya kasar. Gak lagi-lagi deh bikin si nyai ngambek. Serasa nyiksa diri sendiri.

Gathan pun menaruh bantal disebelah Ken. "Tan bisa kok ngurus diri sendiri." Ujarnya lalu merebahkan kepalanya disana. Dengan posisi meringkuk dan menghadap ke sandaran sofa.

Ken tetap pada posisinya hingga beberapa saat. Ia pun menoleh, memastikan jika bayi besarnya sudah benar-benar pulas.

Lauk pauk dimeja makan bahkan sampai terlantarkan. Ken pun menaruhnya didalam rak agar nanti bisa dihangatkan.

Ken kembali ke ruang tengah dan mulai mengompres Gathan. Bibir Gathan bahkan mulai terlihat memucat dan menggigil.

"Atuh Tan, kalo mau diurusin tuh makanya nurut." Gumamnya setelah menaruh kompres didahi Gathan.

"Papah, Tan capek." Gathan meracau dengan mata yang masih terpejam sempurna. "Tan takut. Mereka manggilin nama Tan terus."

Ken mengusap pipi hangat Gathan. Ia tahu dan bisa merasakan seberapa berat beban yang Gathan tanggung saat ini. Psikisnya pasti sangat tertekan, Ken paham itu.

🍁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

El-Prad [J.W.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang