[05] Aku Itu Aneh

122 11 2
                                    

Kucoba membuka mataku perlahan-lahan. Melihat keadaan sekelilingku. Ternyata aku ada di UKS. Aku melihat Lusi muncul dibalik gorden pembatas ruanganku. Dia datang membawakanku segelas teh hangat.

"Dah bangun ternyata. Gimana? Udah baikan?"

"Hem" aku mengangguk.

"Nih entar minum ya" dia meletakan tehnya dinakas.

"Iya See makasih"

Lusi menarik kursi dan duduk tepat disamping tempat tidurku "Sumphahhh demi apapun gue gak nyangka" ucapnya heboh.

"Kenapa?"

"Coba tebak siapa yang bawa lo ke UKS?"

"Pak Ajat?" Tebakku.

"No! Coba tebak lagi? Lo pasti kaget!"

Mataku langsung berbinar. Jangan-jangan.....

"KAK HARIS!!!" ucapku antusias.

"Emm... sorry banget Nia, tapi bukan"

Lusi menepuk-nepuk pundakku prihatin. Dia tahu kalau aku menyukai kak Haris. Aku menceritakan kekagumanku padanya sejak awal.

"Terus siapa yang menurut lo gue bakal kaget?"

"SAKTI Nia, SAKTI... Sakti yang gendong  lo kesini" ujar Lusi lebih heboh lagi.

Wajahku langsung datar seketika "Gue kira siapa. See, dia temen sekelas kita. Dia juga temen semeja gue. Wajar ajasih dia gendong gue kesini. Toh dia disamping gue pas gue pingsan. Kalau dia diem aja, baru keterlaluan"

"Tapi Sakti itu orangnya cuek Nia, setahu gue dia itu gak pedulian sama orang. Orang mau pingsan kek, mau ayan kek, mau sekaratpun dia gak peduli Nia. Dia itu cuman bisa bully orang. Kan aneh rasanya kalo dia bantu orang kayak gini, dia langsung gendong lo tanpa disuruh sama Pak Ajat, jangan-jangan dia----"

Kedua alisku berkerut menunggu kalimat lanjutan Lusi.

"----DIA SUKA SAMA LO!"

Hening...

Yang benar aja!

"Nia, pokoknya, kalau sampe----"

"Kalau sampe gue denger lo ngomong gitu lagi, gue tarik bibir lo See" Sakti muncul dibalik gorden pembatas. Entah sudah sejauh mana dia mendengarkan pembicaraan kami berdua. Sepertinya tidak terlalu jauh.

Kulihat wajah Lusi pucat seperti mayat melihat kedatangan Sakti. Mulutnya ia kulum rapat tanpa melanjutkan perkataannya. Terlihat raut wajah penyesalan disana. Aku berusaha menahan tawaku saat itu.

"Ma-ma-maaf Sakti gue tadi typo ngomong" alibi Lusi.

Alasan macam apa itu?

Sakti menghampiriku dan berdiri di sampingku. Kini aku diapit oleh keduanya disisi kanan dan kiri. Sakti menjadikan tepian ranjang yang kutiduri sebagai tumpuan kedua tangannya.

"Gue kasih tahu lo ya See, Dania itu bukan tipe gue. Gue gak suka cewe bogel dan rata kayak dia" Sakti menoyor keningku dengan satu jarinya. Hingga membuatku terjungkal saat mencoba untuk duduk bersandar.

"Gue tuh sukanya cewe yang sshhh ahh" dia melekukan tangannya seolah-olah sedang menggambarkan lekuk tubuh wanita yang diinginkankanya.

Aku berusaha untuk duduk kembali "Alhamdulilahhhh, gue bersyukur karena gak punya tubuh kayak fantasi lo itu, coba kalau gitu. Bisa-bisa gue disukai sama lo lagi, eoh jibang! Jijik banget"

Plakk...

Satu jitakan mengenai keningku.

"Awhhh... Sakit Sakti!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Dream Came TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang