Bab 3

2.2K 608 107
                                    

Sebelum mengantar kedua anak ini ke sekolah, Yunho mampir ke sebuah rumah sakit. Ia menemui dokter kenalannya dan meminta prosedur tes DNA. Tanpa banyak mengurus ini itu, ia mintai sample untuk tes laboratorium. Ia meminta sample paling cepat terdeteksi, yaitu darah.

Beruntung kedua anak itu tidak banyak protes dan menurut. Mungkin juga karena sebelum ke sini ia sudah mengatakan akan membelikan mereka bubur. Ah, ternyata sogokan kecil seperti itu cukup bertahan pada kedua anak ini.

Setelah dari rumah sakit dan meminta hasilnya segera dikeluarkan, Yunho mengantar anak-anak ini ke sekolah. Ia mengangakan sedikit mulut melihat sekolah taman kanak-kanak yang terlihat luas. Bisa dikategorikan dalam kawasan elite dari taman kanak-kanak. Ia menatap kedua anak yang segera turun dari dalam mobil dan menunggunya turun dari mobil.

Astaga, ia nyaris lupa bahwa berjanji membelikan mereka bubur. Turun dari mobil, Yunho menaikkan sebelah alisnya. "Jadi dimana bubur yang kau katakan enak, hmm?"

Jaehyun menunjuk sebuah rumah makan sederhana di seberang taman kanak-kanaknya, Yunho memperhatikan dengan seksama sebelum mengangguk.

"Harganya juga cukup murah menurut Mom," ucap Jaehyun dan memegang tangan Yunho. "Kami tidak berani menyeberang sendiri, Dad."

Nah, Yunho nyaris tertawa tetapi, ia juga kurang setuju jika mereka terus memanggilnya Daddy. Ia bukan Daddy dari mereka, menuntun tangan Jaehyun, Yunho kemudian membawa kedua anak ini menuju ke seberang. Di sebelah Jaehyun tentu saja Jihyun yang berpegangan erat tangan Jaehyun.

Tiba di rumah makan, ia memperhatikan suasana yang tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sepi ini. Mengambil tempat duduk di salah satu meja, Yunho memperhatikan kedua anak itu yang duduk di seberangnya.

"Nenek Hwaaang!" teriak keduanya dengan riang, kemudian terkikik geli ketika suara derap langkah terdengar.

Yunho menggeleng pelan, ternyata keduanya cukup usil juga. Ketika seorang pria paruh baya datang ke meja mereka dengan sumringah, Yunho menatap sekilas si Nenek Hwang yang dipanggil anak-anak.

"Kalian baru datang hmm? Bibi akan menyiapkan dua mangkuk bubur spesial untuk kalian, dan ah ini pasti ayah kalian. Sudah Nenek duga, ayah kalian sangat tampan sekali!"

Cerocosan wanita itu menarik atensi Yunho. Dari mana si wanita tahu bahwa ia disebut daddy oleh keduanya. Ia semakin penasaran, apa kah yang terjadi sehingga tanpa berkata sepatah kata ia sudah dikira ayah dari kedua anak ini.

"Dari mana kesimpulan yang kau dapat bahwa aku adalah ayah mereka, Bi?" ia mengajukan pertanyaan sebelum Bibi Hwang beranjak dari meja mereka.

Bibi Hwang menoleh kepada Yunho, dengan senyuman ramah yang ada dibibir, wanita paruh baya itu menjawab dengan sopan, "Ibu si kembar mengatakan bahwa selama ia bekerja di luar Korea, maka si kembar akan bersama ayahnya. Aku hanya mengira-ngira bahwa kau adalah ayah mereka, maafkan aku jika aku salah mengenali."

Mengernyitkan kening, Yunho menjilat bibirnya. Ia tidak menyangka bahwa ibu dari kedua anak ini menyebar luaskan hal yang belum pasti. Tertawa kering, Yunho menyahut dengana apa yang menurutnya sedang terjadi. "Aku tidak tahu mereka anak siapa. Tiba-tiba datang, bahkan aku tidak tahu siapa ibu mereka dan—"

"Kau tidak boleh berkata begitu di depan mereka. Ibu si kembar berkata bahwa mereka selalu menanyakan tentang ayah mereka. Dan sebenarnya jika aku boleh berkata jujur, dia tidak ingin memberitahumu tentang kedua anak ini. Aku memberinya saran agar dia memberitahumu agar suatu hari kelak mereka tidak diremehkan karena tidak memiliki ayah," sebagai orang yang cukup dekat dengan ibu dari Jaehyun dan Jihyun, Bibi Hwang memang memberi nasihat demikian pada wanita kuat itu.

Tetapi, ia tahu jelas bahwa keadaan ibu dua anak itu tidak seperti dahulu. Maka dari alasan yang ada ia memberi saran untuk memberitahu pria yang semestinya bertanggung jawab atas kedua anak yang manis ini.

"Maksudnya? Aku—"

"Aku akan membawakan bubur untuk si kembar lebih dahulu, bell sekolah akan segera dibunyikan!" Bibi Hwang bergegas ke belakang meninggalkan Yunho dengan sejuta pertanyaan yang muncul.

.
.
.

Ia tidak sabar mendengar tentang siapa ibu dari anak kembar yang menyusahkannya sekarang. Setelah menyeberangkan mereka dan memastikan bahwa kedua anak itu sudah masuk ke dalam gerbang sekolah, Yunho kembali ke rumah makan tadi. kebetulan sekali, Bibi Hwang sedang membersihkan meja yang bekas mereka tempati. Ia sengaja belum membayar bubur, karena ingin menyambung pembahasan yang tertunda.

Duduk kembali di meja, Yunho menatap Bibi Hwang yang tersenyum. Ia tidak bisa menunggu lagi dan langsung mengajukan pertanyaan yang ingin sekali mendapat jawaban yang pasti. "Katakan padaku Bi, siapa ibu mereka?"

Bibi Hwang tersenyum lebar dan berhenti mengelap meja. Ia menatap lekat wajah Yunho dan menggeleng, "Kau tidak tahu siapa ibu mereka? Berapa banyak wanita yang tidur denganmu hingga kau tidak tahu wanita yang mana yang memiliki anak denganmu?"

Astaga, tuduhan itu sadis sekali. Yunho ingin berteriak bahwa ia tidak tidur dengan sesiapa pun. Tapi, ia jelas tidak bisa mendebat wanita paruh baya ini. Jelas, apa saja yang ia katakan terlihat bahwa si wanita tidak peduli.

"Tidak apa-apa jika kau tidak memberitahu," ia berdiri dan mengambil dompet, rasanya penasaran tadi menguap karena tuduhan sadis atas dirinya. Toh, kenapa pula ia bertanya kepada Bibi Hwang sementara ia bisa minta salinan data kepada pihak sekolah Jaehyun dan Jihyun.

Meletakkan sejumlah uang membayar bubur mereka, Yunho berbalik. Namun, baru saja ia berbalik Bibi Hwang berteriak.

"Dia wanita yang cantik, tidak banyak yang mengenalnya meski dia mengatakan berprofesi sebagai model. Dahulu, dia adalah model international yang bekerja pada sebuah agensi luar negeri, dahulu sebelum ia mengandung Jaehyun dan Jihyun."

Yunho berbalik, wajahnya terheran-heran, keningnya mengerut dan ia menatap wanita itu dengan lamat. "Model internasional? Nama—"

"Aku tidak tahu namanya, aku serius. Dia hanya meminta kami memanggilnya J Moms, selebihnya aku tidak tahu lagi."

Bibi Hwang berbalik, sedangkan Yunho terdiam di tempat. Model? Mantan pacarnya terdahulu memang ada berprofesi sebagai model. Astaga, tentang model, ia nyaris saja melupakan bahwa ia memiliki hubungan dengan seorang model. Bahkan mereka sudah mempersiapkan pernikahan yang akan segera digelar.

Mata Yunho terbeliak. Kenapa ia melupakan hal penting karena kedatangan kedua anak itu?

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Komen 50 upd again ya genk.

.
.
.

Kill This Love? ( Bagian Tidak Lengkap )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang