Terperanjat kaget, Yunho benar-benar tidak menyangka bahwa Jaejoong akan mengajukan pertanyaan demikian. Ia menggeleng pelan dan tertawa dalam keadaan ini. Konyol sekali karena pertanyaan itu semestinya tidak perlu dijawabnya.
"Je, kita tahu apa jawaban tentang itu, jadi kumohon hentikan—"
"Jawab saja Yunho, karena itu penting untuk landasan bagaimana sebenarnya hubungan kita!" Jaejoong menyela, ia tidak bermain-main dalam pertanyaan itu. Jika jawaban Yunho menikahinya maka tidak ada alasan pria itu karena ada wanita lain lagi yang dicintainya. Pria bertanggung jawab bukankah semestinya begitu.
Menaikkan sebelah alisnya, Yunho kemudian mengusap wajahnya. Ia mengangguk dan menjawab dengan penuh keraguan, "Kau tentu saja. Tapi konteksnya berbeda Je, aku sudah memiliki tunangan dan siap menikah ketika kau membawa si kembar padaku."
Yunho terdiam, ia sedikit mengangakan mulutnya dan tidak tahu sama sekali dengan hal yang dikatakan Jaejoong tentang masa lalunya.
Tertawa Jaejoong menatap tajam Yunho, ia kembali menatap pria itu dan berucap, "Ketika aku mengandung anakmu, saat itu aku sedang memiliki kekasih. Seorang pria kaya raya berkebangsaan Jerman. Dan aku dengan tegas memutuskan hubungan kami karena aku tahu dia tidak patut bertanggung jawab atas anakmu!"
Lagi, Yunho terdiam. Jaejoong keras kepala, dan wanita itu sama sekali tidak mentolerir keadaannya. Apa yang akan dikatakan keluarganya dan keluarga calon istrinya jika tiba-tiba ia membatalkan pernikahan, dan lagi ada cinta yang tidak bisa ia tinggalkan. Ia mencintai wanita yang akan ia nikahi, bukan Jaejoong.
"Bagaimana kita bisa hidup bersama tanpa ada cinta?" ia mencoba bertanya, apa tanggapan Jaejoong tentang hal ini.
"Apa dalam kasus kita penting perasaan cinta? Bukannya yang terpenting anak-anak. Paling tidak menurutku, aku tidak butuh cintamu, aku membutuhkan dirimu sebagai ayah dari anakku secara utuh!" Jaejoong menjawab dengan tegas, cinta baginya bukan sesuatu yang primer, tetapi hanya sekunder saja.
Pria itu puncak keinginannya karena Yunho membuatnya geram beberapa kali. Sikap Yunho tiada ubah bagi Jaejoong. Sama saja! Meski menghangat untuk anak mereka, tapi prioritas pria itu bukanlah Jaehyun dan Jihyun, melainkan calon istrinya. Ia saja berani membuang cinta karena lebih mementingkan anak-anak, tapi Yunho? Astaga, ia tidak mengerti apa pria rata-rata bersikap sama?
Yunho menggeleng pelan, ia benar-benar tidak bisa bersama Jaejoong hanya karena alasan yang menurutnya terlalu klise. Lagi pula anak-anak sudah besar. Ia akan memberi mereka nafkah yang cukup bahkan Jaejoong. Tapi ia tidak mau menikah dengan Jaejoong.
"Aku akan memenuhi semua apa yang aku katakan kecuali menikah denganmu, itu keputusanku!" final, ia tidak ingin berdebat.
Wanita di depannya adalah wanita asing. Mereka baru dekat beberapa hari dan itu pun karena perihal anak. Ia tidak peduli apa yang akan Jaejoong tanggapi, namun ia tidak mau terjebak dalam hubungan hambar.
Jaejoong menatap tajam Yunho. Ia rasanya ingin menangis untuk anak-anaknya yang akan memiliki ibu tiri. Pria ini tidak bisa dipaksa, sudah nampak jelas dari sikap arogannya yang tak perlu diragukan. Dan sebenarnya ia memiliki opsi ke pengadilan dengan bukti surat yang ditanda tangani Yunho. Namun, sekali lagi ia mungkin akan kalah, karena sebuah kertas itu tidak ada arti banyak dan tidak resmi.
Mencari jalan lain, Jaejoong menjilat bibirnya. Ia akan mencoba jalan yang terbaik yang mungkin akan membuatnya sedikit merasa menang. "Baiklah, aku setuju. Kau memberi kami uang bulanan dan aku berencana membawa mereka ke luar negeri jika semua dokumen berkas keresmian mereka serta perjanjian tentang uang bulanan kau sepakati di depan pengacara!"
Terkejut, Yunho terbelalak. Ia menatap lekat pada Jaejoong dan seketika entah kenapa ia merasa emosi karena apa yang Jaejoong katakan. Membawa kedua anaknya ke luar negeri? Ia menggeleng dengan kuat.
"Kau ingin menjauhkan aku dengan mereka? Kau ingin membuatku menjadi ayah yang buruk?" ia menekan tiap kata yang diucapkan, dengan tujuan agar Jaejoong tahu bahwa ia sedang marah.
"Apa? Aku tidak sama sekali membuat kau menjadi ayah yang buruk. Aku hanya menyelamatkan harga dirimu sebagai seorang ayah. Mereka baru bertemu denganmu, dan kau akan menikahi tunanganmu, jika mereka tahu kau menikah dengan wanita selain ibunya, bukankah kau akan menjadi ayah terburuk?" Jaejoong hanya mengemukakan apa yang menjadi alasan dasar. Ia tersenyum tipis, rupanya Yunho memiliki kasih sayang pada anaknya. Itu cukup bagus, pria itu akan menentukan dengan baik bagaimana semestinya menjadi pria baik.
Mengusap wajahnya, Yunho lantas berdiri. Ia semakin emosi dibuat Jaejoong. Apa Jaejoong sengaja membuat opsi sulit? Ia tidak akan berhenti, ia akan mempertahankan anak-anaknya di sini.
"Tidak, kau tidak boleh membawa mereka ke luar negeri! Jika kau keberatan membesarkan mereka maka aku—"
"Kau tolol? Selama nyaris lima tahun siapa yang membesarkan mereka? Aku sama sekali tidak keberatan, kau egois sekali!"
Yunho mengernyitkan kening. Ia egois? Bukannya wanita itu? Menuntut menikah dengannya dan ingin membawa anak-anak karena tidak ia nikahi. Ia tidak suka sikap Jaejoong yang begitu. Pemaksa!
"Sekarang kau menuduhku, kau yang ingin membawa mereka jauh dariku. Mereka akan paham bahwa kita tidak bersama dan aku memiliki wanita lain yang akan mereka sebut sebagai ibu dalam kata lain!"
Mendengar itu, Jaejoong murka sekali. Ia berdiri dan menatap menghujam Yunho. "Tidak akan kubiarkan anakku memanggil sebutan ibu dalam kata lain pada wanita mana pun! Satu-satunya ibu mereka aku. Aku yang melahirkan mereka, aku yang membesarkan mereka, tahu apa wanita yang akan kau nikahi itu!"
Nyaris berteriak, Jaejoong menahan air mata yang sedikit lagi menghambur. Berdebat dengan Yunho membuat ia emosi saja. Perdebatan mereka tidak sehat karena memicu emosi.
"Karena dia istriku kelak, dan aku ayah mereka. Aku—"
"Kalau begitu lupakan saja! Anggap saja kita tidak pernah bertemu dan mereka bukan anakmu! Anggap saja bahwa aku keliru kau adalah ayah mereka dan semua tes DNA itu tidak nyata. Aku lebih baik tidak menerima se-sen pun uang darimu dari pada membiarkan anakku memanggil orang lain dengan sebutan ibu. Aku ibu mereka! Sampai jatuh miskin pun aku akan tetap memberikan yang terbaik untuk anak-anakku!"
Jaejoong tidak bisa diungkit hal sensitif seperti itu. Bunuh saja dirinya, dari pada ia mendengar anaknya memanggil sosok wanita lain itu ibu. Ia melangkah menuju ke depan pintu, bergegas membuka pintu dan berucap dengan tegas. "Keluar! Jaehyun dan Jihyun tidak pantas memiliki ayah brengsek sepertimu!"
.
.
.Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.
Dear all yang selalu nunggu Kill This Love? Eerr sorry aku ga bisa upd cepet kek semisal sehari 2 atau 3 kali seperti sebelumnya. Karena maagku sering kambuh aku ga bisa relax kalau nulis dan upd pagi pun nulis di sela sahur. Jadi mohon pengertiannya.
Rules tetap ya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill This Love? ( Bagian Tidak Lengkap )
FanficYunJae. GS. DLDR. No Wars. Haters go away. Ga ada acara intip manja! Bagian tidak lengkap! © Misscel.