Bab 14

1.9K 640 98
                                    

Tatkala Jaejoong membuka pintu apartemen, ia terperanjat kaget saat melihat sosok Yunho ada di depan pintu. Jaejoong mendelik, dan ia segera menutup pintu apartemen. Untuk apa lagi pria ini kembali ke sini? Bukankah ia sudah jelas mengatakan bahwa Yunho tidak perlu lagi bertanggung jawab atas kedua anaknya.

Apa pria itu memiliki rencana lain? Untuk merebut anaknya? Atau mengambil simpatik kedua anaknya? Astaga, ia cukup repot dengan segelintir pertanyaan Jihyun tentang Yunho, bahkan entah kenapa anak gadisnya itu demam. Jaehyun mengatakan karena Jihyun merindukan Daddy mereka. Ia ingin sekali marah, tetapi pada siapa? Tentu tidak mungkin pada kedua anaknya yang tidak tahu apa-apa. Yunho, ia ingin marah pada pria itu.

Mengangkat lebih tinggi kantong plastik berisi sisa daur ulang, Jaejoong berlari pelan menuju ke tempat penampungan yang ada di lantai apartemennya. Ia tahu Yunho  mengikutinya dan langsung berbalik sembari menanyakan perihal kedatangan pria itu kemari.

"Mau apa lagi kau ke sini, hmm?" ucapannya sangat tegas dan menatap menantang Yunho.

Yunho menjilat bibirnya, Jaejoong terlihat sangat garang. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang menarik dari wanita ini dahulu dan sempat tertarik padanya. "Ada yang ingin aku bicarakan. Bisa kita bicara di dalam sebentar?"

"Aku tidak butuh omong kosong, jadi menurutku pembicaraan kali ini tidak ada gunanya!" ia melangkah kembali menuju unit apartemennya.

Yunho menggeleng, ia mengikuti langkah Jaejoong dan berucap, "Ini penting sekali, tolong dengar dahulu!"

Mengibaskan tangannya, Jaejoong menoleh sekilas. Ia tidak mau berurusan dengan Yunho lagi. "Sudahlah, hentikan Yun. Tidak ada yang perlu kita bicarakan!"

"Je, jangan berkeras. Walau bagaimana juga mereka adalah anakku! Aku ingin mengenalkan mereka kepada orang tuaku, dan kau!" ia mengatakan maksud kedatangannya dengan cepat, jika tidak mungkin Jaejoong akan menutup dengan keras pintu apartemen.

Well, setelah mendengarkan nasihat yang diberikan pengacara Im, Yunho setuju untuk menemukan Jaejoong dan kedua anaknya dengan orang tuanya. Tetapi, ia tidak siap untuk mempertemukan sang tunangan dengan mereka. Paling tidak saat ini ia belum bisa mempertemukan mereka. Ia hendak melihat respon keluarganya dahulu, dan ia tahu mereka pasti sangat terkejut.

Mengernyitkan kening, Jaejoong menatap seksama Yunho. Pria itu ingin mempertemukannya dengan orang tuanya. Apa siasat Yunho agar membuat anak-anak bertahan. Ia menggeleng, berusaha menolak, "Tidak Yun, tidak perlu, kau hanya—"

Belum sempat Jaejoong menyelesaikan ucapannya, pintu terbuka. Jaehyun berdiri di ambang pintu, dan Jaejoong segera menoleh. Anak itu mengerjap sejenak dan tersenyum ke arah Yunho.

"Dad, kau sudah datang? Jiji sakit Dad," ucap Jaehyun dan mendekat pada Yunho.

Jaejoong tidak sempat mencegah anaknya berucap hal yang ia rasa Yunho tidak perlu tahu. Ia hanya bisa memandang Jaehyun yang menarik pelan tangan Yunho, dapat ia lihat wajah pria itu terkejut mendengar anaknya sakit.

"Jihyun sakit?" Yunho bergerak mengikuti pergerakan Jaehyun yang mengajaknya masuk ke dalam. Ia tidak peduli jika Jaejoong marah, terpenting sekarang ia melihat Jihyun.

"Jiji sakit, demam. Tadi aku ingin memberitahu Mom bahwa dia ingin minum air teh hangat," Jaehyun mengajak Yunho memasuki lebih dalam apartemen. Laki-laki kecil itu membuka pintu kamar dan tersenyum seraya mendongak kepada sang ayah. "Jiji, Dad sudah tiba!" serunya dan berlari kecil menghampiri Jihyun yang berbaring.

"Daddy?" gumam Jihyun dengan suara pelan.

Yunho menjilat bibirnya, ia segera mendekat pada sang anak yang ada di atas ranjang besar. Hal pertama yang ia lakukan adalah menyentuh dahi Jihyun. Terbelalak, Yunho langsung mengangkat tubuh mungil itu dan mengecup pipi Jihyun.

Sial, Jihyun panas tinggi dan Jaejoong hanya membiarkan ia di rumah tanpa perawatan yang cukup.

"Dad, Jihyun rindu," ucap Jihyun dan langsung memeluk leher Yunho, ia menyamankan kepala pada bahu kokoh sang ayah.

"Mau kau bawa kemana, Jihyun?" Jaejoong menghentikan langkah Yunho tepat di ambang pintu. Ia tidak menyangka bahwa pria itu peduli dengan anak-anaknya.

"Kau tidak memberinya obat sehingga dia—"

"Aku memberinya obat, ia akan segera sembuh, apa lagi Daddy yang selalu dipanggilnya sudah datang!" ia menyindir dengan kental, sebagai seorang ibu, siapa yang tidak panik saat anak sakit? Tetapi ia sudah membawa Jihyun ke dokter dan sudah diberi obat. Jihyun biasa cepat sembuh, namun ia tahu sumber dari anaknya deman karena tidak bertemu ayah yang ternyata sudah disayangi Jihyun.

Sebagai seorang wanita, ia menolak Yunho datang kembali. Tetapi, mungkin ia akan mencari pria itu andai Jihyun tidak kunjung mereda. Well, ia seorang ibu yang dituntut tidak boleh egois, anak adalah nomor satu baginya.

"Apa maksudmu hmm?" Yunho tidak dalam mood yang bagus jika Jaejoong ingin berdebat, ia harus mengutamakan Jihyun lebih dahulu.

"Jiji rindu dengan Daddy, karena itu dia selalu bertanya tentang Daddy, Mom bilang Jiji terkena virus Daddy!" Jaehyun berucap, seolah menjelaskan apa yang dimaksud oleh sang ibu. Laki-laki kecil itu tersenyum lembut seraya menatap kedua orang tuanya.

"Jihyun mau sama Daddy, Daddy jangan pergi-pergi lagi eoh? Jihyun mau berpelukan dengan Daddy," cerocos Jihyun dengan suara yang lemah.

Jaejoong menggeleng pelan, jika Jihyun sudah berkehendak ia sendiri tidak bisa menolak keinginan anaknya. Jadi ia akan membiarkan Jihyun berpelukan dengan Yunho hingga gadis kecil itu puas.

"Anakmu sudah mengatakan hal itu, aku yakin dia tidak akan membiarkan kau beranjak sedikitpun darinya," Jaejoong melangkah menuju ke arah dapur, ia akan membuatkan segelas teh. Bukan untuk Yunho, tapi untuk anaknya.

Sementara Jaejoong menuju ke dapur, Yunho membawa Jihyun ke ruang depan. Jaehyun mengikutinya, dan ia duduk di sofa. Memeluk Jihyun dengan erat. Astaga, ia tidak tahu bahwa rasanya menjadi ayah dengan anak sakit seperti ini. Ia mencoba melepas jasnya dan Jaehyun membantu.

"Jihyun Sayang, rindu sekali dengan Dad, hmm?" tanya Yunho seraya membelai rambut panjang Jihyun.

"Uumh, Dad kenapa bekerja lama sekali datang, Dad tidak akan pergi lagi kan? Jangan pergi Dad, Jihyun nanti rindu Dad, Jihyun tidak mau lagi tidak punya Daddy!"

Nah, apa yang dikatakan JJihyun membuat cairan bening nyaris meluncur dari sudut mata Yunho. Ia mengecup puncak kepala anaknya dan semakin mengeratkan pelukan.

"Dad, jangan lama jika pergi kerja. Jiji dan aku selalu menunggu Daddy datang kemari, Mom bilang Daddy memiliki urusan sangat penting sehingga tidak bisa datang kemari," Jaehyun berkata dengan sangat polos, pandangan anak itu berbinar dan membuat Yunho benar-benar menangis karena ucapan kedua anaknya.

Sungguh, ia merasa tidak tega mendengar keinginan mereka yang terlampau jauh dari pada yang pernah ingin ia lakukan pada anak-anaknya.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.


Rules ya genk.

.
.
.

Kill This Love? ( Bagian Tidak Lengkap )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang