1. Awal Mula

40 11 2
                                    

Bertahun-tahun yang lalu, ada seorang raja yang hanya memiliki seorang anak perempuan. Istrinya pun sudah lama pergi meninggalkan sang raja sendiri bersama putri tercintanya yang bernama Sina Azella.

Beberapa tahun setelahnya, terjadilah perang besar yang menewaskan ayah dari Sina. Hal tersebut menyebabkan Putri Sina harus menggantikan posisi ayahanda nya menjadi seorang ratu kerajaan Azella.

Saat mengetahui sang Ratu Sina masih sendiri atau belum memiliki pasangan, ada seorang raja yang ingin menikahinya, raja tersebut bernama Raja Heide.

Sang ratu menolak karena yang ingin menikahinya adalah orang yang telah membunuh Raja Azella, ayah dari sang ratu. Itu sebabnya Ratu Sina menolak lamaran Raja Heide karena sang ratu masih memiliki dendam tersendiri atas kematian ayahnya.

Tidak terima atas perlakuan sang ratu terhadap Raja Heide. Raja Heide pun menyatakan perang antara kerajaanya dengan kerajaan sang ratu.

"Baiklah kalau kau tidak mau menerima lamaranku, akan kubuat kau menyesal dan menerima lamaranku," Tantang Raja Heide beranjak keluar dari kerajaan sang ratu dengan perasaan kesal.

Sang ratu hanya menatap kepergian sang raja. Beberapa hari kemudian Raja Heide mengunjungi kerajaan Azella. Ratu yang sudah sangat kesal dan tidak bisa bersabar langsung mengusir Raja Heide.

...

Beberapa hari kemudian, peperangan dimulai. Tak disangka, ternyata sang Raja Heide membawa pasukan dalam jumlah yang sangat besar ke kerajaan Azella.

"Ratu Sina!! Keluarlah dari kerajaanmu!! Apakah kau takut?!" Teriak Raja Heide dari luar Istana Azella.

Sang ratu keluar saat mendengar teriakan sang raja Heide.

"Apa yang kau mau?!" Tanya Ratu Sina mulai geram.

"Kau!" Raja Heide masih bersikeras untuk menjadikan Ratu Sina miliknya.

"Sudah kubilang, aku tidak akan pernah mau menikah denganmu!" Jawab Ratu Sina emosi.

"Jika kau menolak, akan kupastikan kerajaanmu tidak akan berdiri lagi," Ancam Raja Heide dengan suara dingin.

Saat itulah peperangan terjadi. Ratu Sina dan Raja Heide menyatakan perang antar kerajaannya. Tidak ada yang menang maupun yang kalah. Peperangan terus berlanjut sampai setengah dari  kerajaan Azella hancur akibat peperangan itu.

Saat sang ratu sudah melewati batas kekuatannya Raja Heide tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Raja Heide berjalan mendekati Ratu Sina yang sedang sekarat.

"Uhuk, a ... Apa yang mau kau lakukan?" Tanya Ratu Sina sembari memuntahkan darah dari mulutnya.

"Sekarang kutanya sekali lagi, apa kau mau menerima lamaran dariku dan menikahiku atau tidak?" Tanya Raja Heide yang sudah berjongkok di hadapan Ratu Sina.

"Uhuk, hah, a ... aku tidak akan p ... pernah menikahi orang yang telah m ... membunuh ayahku sendiri, tidak akan pernah walaupun kau harus membunuhku," Tolak Ratu Sina.

Raja Heide yang mendengar jawaban Ratu Sina langsung berdiri dan menatap sang ratu dengan dingin.

"Baiklah jika itu maumu Sina, akan kukabulkan sekarang juga," Kata Raja Heide sambil mengangkat pedangnya bersiap untuk menusuk Ratu Sina.

Pedang itu dengan cepat mengarah ke Ratu Sina, hingga saat tinggal beberapa centi lagi, sang raja menghentikan gerakannya. Ia kemudian kembali berjongkok ke arah Ratu Sina.

"Hm, setelah kupikir-pikir, jika kau mati sekarang juga, itu akan sangat membuatmu senang, kan? Tidak semudah itu Sina, kau harus merasakan penderitaan selama di dunia terlebih dahulu." Ucap Raja Heide sambil menjulurkan tangannya kearah tangan kiri Ratu sina lalu mencengkamnya kuat.

"A..apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku!" Teriak Sina ketakutan.

Setelahnya, Ratu Heide meletakkan tangan kanannya ke punggung tangan Ratu Sina sambil membaca sebuah mantra.

Sriing

Cahaya yang menyilaukan terlihat dari arah tangan Ratu Sina tadi. Cukup lama cahaya tersebut hilang, hingga saat cahayanya benar-benar hilang, Raja Heide sudah tidak ada di tempatnya berjongkok tadi.

"A ... Apa ini? Uhuk," Bingung Ratu Sina panik saat melihat sebuah bentuk bulan sabit berwarna merah di tangan kirinya.

Ratu Sina yang memang sudah kehabisan sihir sekaligus tenaganya jatuh pingsan ke tanah. Diselamatkan oleh salah satu pasukannya.

...

Beberapa tahun setelah perang tersebut terjadi,  kerajaan Azella kembali bangkit dan masih dipimpin oleh Ratu Sina.

Selama tahun-tahun tersebut sudah tidak ada kabar lagi jika Raja Heide akan mengunjungi kerajaan Azella.

Ratu Sina yang merasa dirinya sudah terlalu lama memimpin kerajaan Azella seorang diri berkeinginan untuk menikah dengan seseorang yang kelak akan memimpin kerajaan Azella.

Ratu Sina kemudian menikah dengan seorang laki-laki rakyat biasa yang sudah ia cintai sedari dulu dan menjadikan ia raja di kerajaan Azella.

Setelah menikah, Ratu Sina mulai merasakan sakit dibagian tangan kirinya tepatnya disekitar bentuk bulan sabit yang berwana merah. Sakit yang ia rasakan bertambah parah setiap harinya.

Akhirnya sang ratu memanggil seorang tabib untuk memeriksa keadaanya ditemani oleh sang raja. Sang tabib terkejut melihat bentuk bulan sabit berwana merah ditangan kiri sang ratu mengeluarkan cahaya berwana merah darah.

"I... Ini? Ratu, bagaimana kau bisa mendapatkan simbol seperti ini di tanganmu?" Tanya sang tabib gemetar.

"Akan aku jelaskan dari awal ceritanya," Jawab Ratu Sina.

Akhirnya sang ratu menjelaskan kejadian dimana dia mendapatkan tanda berbentuk bulan sabit itu kepada tabib tersebut.

Setelah mendengar cerita sang ratu, tabib menjelaskan bahwa bentuk itu adalah kutukan, kutukan yang diberikan oleh Raja Heide.

"Kutukan ini hanya akan bereaksi saat yang mulia Ratu melahirkan seorang anak nantinya," Jelas tabib tersebut kepada Ratu Sina.

"Apa? Saat aku melahirkan seorang anak? Lalu apa yang akan terjadi kepada anakku nanti?" Tanya Ratu Sina bersedih.

"Maafkan hamba yang mulia ratu, anak yang mulia ratu nanti tidak bisa menggunakan sihir atau kekuatan lainnya. Tapi, jika anak yang mulia ratu berusaha sendiri untuk menghilangkan kutukan itu mungkin bisa.. hanya saja.."

"Hanya saja apa?" Tanya ratu penasaran.

"Hanya saja jika anak itu tidak berusaha menghilangkannya maka ia akan mati."

Ratu Sina terpaku mendengar jawaban tabib. Ia tidak akan pernah rela membiarkan anaknya mati seperti itu.

"Apa yang harus kulakukan?" sedih Ratu sambil menutupi wajahnya.

...

Setahun kemudian, sang ratu dan raja dikaruniai seorang anak laki-laki berambut pirang dan bermata biru.

"Sina, siapa nama anak kita ini?" tanya sang raja meminta saran.

"Hm, aku ingin menamainya Akira, Akira Azella," Jawab sang ratu sambil tersenyum.

"Akira. Ya, itu nama yang bagus. Jadi, anak kita ini akan bernama Akira Azella, seorang pemimpin masa depan kerajaan Azella," Bangga sang raja.

Yah, semoga saja bisa seperti itu, batin sang ratu bersedih karena teringat perkataan sang tabib dulu.

____________________________________________________

Jangan lupa
Vote and coment!

COLLABORATION STORY:
@RizkijelitaAmalia(5 chapter)
@IkeFitriani2 (5 chapter)

Akira The True Warrior (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang