4. Kabur Dari Istana

15 6 7
                                    


Akira duduk termenung di dalam kamarnya seraya memandangi bulan yang bersinar terang kala itu. Ia menghela napas lelah.

"Aku ingin bermain dengan anak-anak yang lain. Tapi, bagaimana caranya?" keluh Akira, "apa aku coba menemui ayahanda lagi, ya?"

Akira segera beranjak menuju kamar ayahandanya. Sesaat setelah dia membuka pintu kamarnya, 2 orang pria menghampiri Akira dan menanyakan tujuannya malam-malam begini.

"Aku hanya pergi menemui ayahanda," jawab Akira memiringkan kepalanya.

"Kami akan mengantarmu," jawab salah satunya seraya menunduk. Mereka berdua adalah ahli sihir yang sudah diminta oleh Raja Arvan untuk menjadi pengawal Akira. Akira hanya menganggukkan kepalanya lemah.

.

.

.

"Maaf Pangeran Akira, tapi Raja Arvan sedang sibuk mengurus sesuatu hal dan beliau tidak ingin diganggu oleh siapa pun," jelas seorang pengawal kepada Akira.

"Ta ... tapi, aku hanya ingin berbicara sebentar," mohon Akira.

"Tetap tidak bisa, Pangeran," ujar pengawal yang satu lagi.

Ya, sekarang Raja Arvan selalu meminta kedua pengawal yang berjaga di depan kamarnya untuk tidak membiarkan siapa pun masuk, terutama Akira. Entahlah apa maksudnya, hanya dia yang tahu.

"Haah, baiklah," kata Akira sedih. Ia melangkahkan kakinya kembali menuju ke kamar untuk beristirahat.

Akira menghempaskan tubuh kecilnya ke atas kasur yang sangat empuk. Ia memejamkan mata seraya berpikir.

Bagaimana caranya aku bisa keluar dari istana dan bermain bersama anak-anak di desa? batin Akira yang mengerucutkan bibirnya kesal.

Ia membuka matanya kembali dan berdecak kesal.

"Ck, lagipula, kenapa kedua pengawal itu selalu mengawasiku dimana-mana, sih?" gerutunya tambah kesal.

Mungkin karena terlalu banyak berpikir hingga membuat Akira tertidur di balik selimut yang membungkus tubuhnya.

.

.

.

Krieet ...

Sebuah pintu terdorong hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras di ruangan yang sepi itu. Sang pelaku pendorongan yang ternyata Akira menengok ke kanan dan kiri lorong istana untuk melihat apakah ada pengawalnya atau tidak.

Yes, gak ada pengawal, serunya kegirangan di dalam hati. Tentu saja belum ada pengawal yang menjaga di depan kamar Akira, biasanya Akira baru bangun pukul 08.00, sedangkan sekarang baru pukul 06.30.

"Hihi, mending aku keluar dari istana sekarang aja, ya" sorak Akira dengan suara kecil. Ia segera menutup kembali pintu kamarnya dan berlari menuju lemari pakaian.

Penampilan Akira saat ini membuat siapa saja yang mengenalinya tak akan berpikir bahwa ia adalah seorang pangeran di Kerajaan Azella. Bayangkan saja, Akira hanya memakai pakaian layaknya rakyat biasa dan rambut pirang yang biasanya rapi kini dibuat sedikit berantakan. Namun, hal itu tak mengurangi kadar ketampanan serta keimutannya.

Selesai berpakaian, Akira keluar dari kamarnya dengan mengendap-endap agar suara langkah kakinya tak menggema di dalam istana itu. Ia menuju gerbang belakang istana yang jarang ada penjagaan di sana. Ternyata memang benar, tak ada satupun penjaga yang terlihat di sekitar situ.

Akira mendorong gerbang yang tampak kotor dan tak terawat itu. Wajar saja tak terawat, hal itu karena gerbang ini memang sudah tidak pernah dipakai lagi. Ia segera berlari dengan kakinya yang mungil menuju area pedesaan, larinya sangat cepat karena takut ketahuan oleh seseorang di istana dan melarangnya untuk kabur.

Akira The True Warrior (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang