Debaran jantungku semakin tidak karuan ketika suara sirene polisi berada tak jauh dari rumahku. Dikabarkan seseorang pria yang tinggal beberapa rumah dari sini, tewas akibat sebuah pembunuhan kejam. Tanganku bergetar hingga mengeluarkan keringat dingin. Pasalnya, di daerah ini telah terjadi dua kali kasus yang sama.
Kurapatkan pelukan pada kekasihku. “Tenanglah, semuanya pasti baik-baik saja.”
Dia masih saja mencoba menenangkanku. Padahal aku tau, sebenarnya dia juga begitu takut. Wajahnya yang pusat pasi, membuatku bisa menyimpulkan semuanya. Dengan tangan besarnya, dia mengusap puncak kepalaku lembut dan mendaratkan ciuman singkat di sana.
“Hey, jangan sok berani,” ejekku yang langsung ditanggapi dengan pelototan mata olehnya.
“Aku memang tidak takut,” elaknya.
“Halah, tanganmu gemetaran. Aku juga bisa merasakannya, bodoh.”
“Kau ini, selalu saja mengataiku begitu.”
“Memang kenyatannya begitu. Hahaha.” Aku tertawa dengan bangga setelah berhasil membuat Darwin, kekasihku ini merajuk.
“Sudahlah, ayo kita tidur,” tuturnya membuatku tak percaya.
“Kau mau meninggalkanku sendiri?”
“Ah, tidak. Aku akan tidur di sini malam ini.”
“Baiklah.”
*****
“Selamat pagi. Bangun, Darwin!” Aku mengecup kening Darwin yang masih tertidur dengan begitu pulas. Dia hanya melenguh dan kembali menarik selimut hingga menutup seluruh tubuhnya.
“Hey!” Kutarik selimutnya dengan paksa membuatnya menarik kembali benda hangat itu, terjadilah acara tarik-menarik antara aku dan Darwin. Keluhannya yang seperti anak kecil ini membuatku begitu gemas.
“Kembalikan selimutku, Rin!” Dengan mata masih tertutup, dia terus saja menarik selimutnya dari tanganku.
“Aw!” Tenaga Darwin mengalahkanku, alhasil aku yang terjatuh bersama selimut ke arahnya.
“Tidur lagi aja, Rin. Masih pagi, nih.” Dia malah memelukku dan kutolak mentah-mentah. Aku beranjak dari tempat tidur, lebih parahnya Darwin sama sekali tak peduli dan melanjutkan tidurnya.
“AAA!! BANJIR?!”
“HAHAHA,” tawa kemenanganku menggema keseluruh ruang kamar. Bagaimana tidak? Darwin langsung meloncat dari tempat tidur setelah aku mengguyurnya dengan seember air. Sebelum dia murka, aku keluar dari kamar secepat kilat.
“ALEXANDRA AIRIN!” teriakannya yang masih dapat kudengar membuat tawaku terpingkal lagi.
Darwin mencariku keseluruh penjuru rumah, sepertinya dia ingin membalas perbuatanku padanya. Kami malah saling berkejaran di dalam rumah. Hitung-hitung olahraga pagi dengan kekasih, apa salahnya kan, ya?
“Huhf, cape, nih.” Aku mendudukkan diri di sofa dan disusul Darwin di sebelahku. Dia sama-sama kelelahan sepertiku. Setelah beberapa saat terlarut dalam kelelahan masaing-masing, tawa kami menggelegar bersamaan, menertawakan kebodohan yang baru saja kami lakukan.
*****
Siang tadi, Darwin meminta izinku untuk ke kantor karena ada sedikit masalah di perusahaannya. Padahal, hari ini adalah jadwalnya untuk libur. Aku hanya menggerutu saja saat dia hendak pergi. Aku tidak mau ditiggal di rumah sendirian, apalagi kondisi lingkungan yang rawan sekarang ini.
Sampai malam menjelang, Darwin tak kunjung pulang. Suasana kembali mencekam seperti beberapa malam sebelumnya. Segera kukunci semua pintu dan jendela untuk antisipasi pada hal yang tak diinginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
(not) Perfect
Short Story[KUMCER] 'Between Us' "Kenapa?" bingung Cholin. Dia membuka mata karena tak kunjung merasakan ada benda kenyal yang mendarat di area wajahnya. "Alisa." Ternyata ada Alisa yang tiba-tiba hadir di seberang sana sedang menyaksikan mereka. "Sepertinya d...