Wajah lega setelah berpikir cukup keras itu mengulaskan sebuah senyum, seraya mengelap keringat di dahinya, gadis yang akrab disapa Putri itu bersyukur atas kemurahan hati Tuhan karena memberikan kelancaran padanya hari ini.
“Hayo lho!” Gadis lain dengan rambut sebahu tiba-tiba datang dari arah belakang.
“Apaan, sih, Ris? Ganggu lagi, kan,” gerutunya.
Risa tidak menghiraukan cuitan Putri dan malah menyenggol gadis itu untuk sedikit bergeser supaya dia bisa duduk.
“Dih, marah ... sensian mulu cepet tua! Ujian udah selesai, gangguin gimana lagi, sih, gue ini?” Risa memasang wajah memelas dengan suara yang ia buat-buat.
Gadis dengan iris coklat itu hanya memutar bola matanya malas mendengar celotehan sang sahabat.
“Sok nggak peka lagi.” Pandangan mata yang intens langsung tertuju pada Putri.
“Nggak usah ngalay!” Tangan gadis itu langsung menoyor kepala Risa.
Gadis berambut sebahu itu tampak berpikir dengan mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada dagu. “Apa coba yang istimewa dari dia?”
“Senyumannya memesona, cara dia jalan aja udah bikin gue mau pingsan saking gagahnya, dan yang terpenting ganteng parah, duh!”
“Halah ... bosen denger itu mulu ... alasan lo ngga ganti-ganti. Gue cabut, bye!” Risa bangkit dari duduknya dan mulai melangkah mendekati pintu kelas.
“Eh, mau kemana?” tanya Putri yang tidak terima ditinggalkan begitu saja oleh sang sahabat.
“Kantin!”
“Ikut!” Putri langsung mengekor pada Risa. “Siapa tau gue ketemu dia di kantin.”
Kali ini giliran Risa yang menoyor kepala Putri. “Otak lo harus dicuci, nih. Terlalu kotor, isinya dia doang!”
Mereka berdua berjalan beriringan ke kantin, hingga sampailah mereka dikantin dan memilih tempat duduk yang kosong.
“Sst! Sst! Itu dia ... rezeki anak sholehah, kan, ya,” bisik Putri pada Risa.
Risa melirik sebentar pada kerumunan siswa yang sedang mengantri. “Gue duluan,” pamit Risa.
“Iiiih! Nggak peka!” Putri menopang dagu di atas meja. Tanpa disadari, senyum mulai terbit menghiasi wajahnya. “Ya Tuhan, kau pasti sedang berbahagia saat menciptakan lelaki seperti Kak Reyhan. Senyummu, Kak, bikin aku candu.”
Dengan langkah pasti, lelaki dengan name tag ‘Reyhan Prasaja’ itu mendekati meja Putri. Jantung gadis itu sudah bersorak-sorai hendak berkonser, tapi dia sangat mengontrol diri agar tidak terlihat lebay di depan Reyhan.
“Hai, Put,” sapanya. “Sendirian aja, nih?”
Ya ampun, ya ampun, Kak Rey tau nama gue, batin Putri semakin bergejolak. “Ha-hai, Kak. Nggak, kok, tadi sama temen, dia lagi pesen makanan.”
“Owh ... ujian udah selesai, kan?” tanyanya.
“U-udah, Kak.”
Reyhan tertawa kecil karena melihat tingkah Putri yang lucu. “Nggak usah tegang. Aku nggak gigit kali.”
“Hehehe, iya, Kak.”
“Em, kira-kira nanti malam ada acara?” tanya Reyhan lagi.
Mata gadis di hadapannya membelalak. “Eh, eh, apa, Kak?”
Reyhan hanya menanggapi dengan senyuman.Duh, ciptaan Tuhan yang sempurna jangan senyum, aduh, gue bisa pingsan ini, argh, lo itu macam narkoba, tau, bikin gue kecanduan dan pengen liat terus walaupun senyuman itu bukan buat gue. Putri sudah benar-benar kehilangan akal karena lelaki di hadapannya ini.
”Gimana?” ulang Reyhan. ”Maaf, sih, aku tau ini tiba-tiba banget. Aku mau ngajak kamu ke pesta aniv ortu. Kalo emang nggak ma—“ Ucapan Reyhan langsung terputus karena mendapat keputusan dari sang gadis.
“Mau-mau, eh, maksudku iya, Kak.”
Lagi-lagi senyum penuh narkotika itu dilayangkan pada Putri. “Okey, nanti aku jemput di rumah.”
“Eh, Kakak tau rumahku?” tanya Putri tidak percaya dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Reyhan.
Dalam seketika, Putri sudah lupa dengan sahabatnya. Dia langsung bergegas pulang untuk mempersiapkan hal-hal yang diperlukan nanti malam.
“Duh, Kak Rey ngagetin banget, sih! Aku nggak siap, huaaaa!”
“Tenang, Put, lo harus tenang. Dia Cuma ngajak lo ke aniv ortunya, bukan buat kencan, okey. Tenangin diri. Huhft ....”
Dengan balutan gaun berwarna navy, Putri terlihat sangat cantik, apalagi dengan sepatu hak tinggi yang ia kenakan menambah kesan anggun.
“Put, dicariin temenmu!” Teriakan sang bunda dari ruang tamu membuat gadis itu segera bergegas.
“Iya, Bun,” jawabnya. “Okey, harus bisa jaga sikap.”
”Halo, Put!”
“Hai, Kak, jadi sekarang?” Lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukan oleh Reyhan.
“Putri keluar dulu ya, Bun.”
Saat mencium pipi sang bunda, gadis itu mendapat amanah. “Jangan lupa bawain bunda menantu yang kek gini, ya!”
“Ih, apaan, sih, Bun,” kesal Putri.
“Ayo, Kak!”
“Permisi, Tan,” pamit Reyhan.
Reyhan dan Putri tengah dalam perjalanan dengan motor. Dengan takut-takut, gadis itu berpedangan pada jaket Reyhan.
“Pegangan sini!” Lelaki itu malah menarik tangan Putri agar berpegangan pada pinggangnya.
“Eh, Kak.”
“Santai aja,” jawab Reyhan dengan enteng.
Saat sampai di depan rumah Reyhan, di sana tidak ada siapa pun, sepi. Hal itu membuat putri bingung sekaligus agak takut.
“Bukannya—“
Kedua tangan gadis itu langsung digenggam oleh Reyhan, sedangkan Putri hanya memejamkan matanya kuat-kuat.“Put, aku tau ini cepat banget. Hanya dalam satu hari, baru hari ini aku berani mengungkapkan ini sama kamu. Udah lama aku-aku suka sama kamu. Mau nggak kamu jadi NIH, BAKSO LO!”
Perlahan gadis itu membuka mata. “Kak?”
“DASAR! PASTI HALU LAGI TENTANG KAK REYHAN!” Mendengar kata-kata demikian mencuat dari bibir Kak Reyhan membuat Putri langsung membelalakkan mata.
“Mau nggak, nih, baksonya?” tanya Risa.
Putri langsung merebut semangkuk bakso dari nampan. “Ma-mau lah!”
“Ya ampun, cuma khayalan,” cicit Putri.
“Ha? Apa?” tanya Risa yang mendengar sekilas gumanan Putri.
“Nggak, nggak pa-pa, ayo makan baksonya!”
END
KAMU SEDANG MEMBACA
(not) Perfect
Povídky[KUMCER] 'Between Us' "Kenapa?" bingung Cholin. Dia membuka mata karena tak kunjung merasakan ada benda kenyal yang mendarat di area wajahnya. "Alisa." Ternyata ada Alisa yang tiba-tiba hadir di seberang sana sedang menyaksikan mereka. "Sepertinya d...