(Tiga)

486 76 9
                                    

BUUKKK....

BUUKKK....

BUUKKKK....

Suara yang sangat berisik itu terus berulang kali terdengar, dari arah ruangan yang dipenuhi dengan bermacam-macam alat olahraga.

"Woojin berhenti memukuli Samsak itu, harganya mahal jangan sampai rusak"

Bos Dongho terus berteriak ke arah Woojin, yang tak ada hentinya memukuli samsak.

Semua ini Woojin lakukan karena merasa kesal, jika terus mengingat ciuman dari Daniel.

Bos pun menghampirinya, "Sudah lah itu bukan hal penting juga, kenapa harus difikir terlalu dalam"

"Apa! Bukan hal penting!!.." Woojin menatap tajam bos nya ini.

Jika Woojin sudah marah seperti ini, sebaiknya jangan terlalu dekat dan jangan memancing kemarahan nya lebih parah lagi.

"Kembali lah ke rumah itu, aku ada urusan dan harus pergi" Bos langsung keluar karena tidak mau terkena amukan Woojin.

"Awass saja kau KANG DANIEL!!!!....."

Setelah lelah Woojin pun memilih keluar dari tempat persembunyian mereka, hanya untuk sekedar jalan-jalan.

Woojin selalu menggunakan pakaian serba hitam, masker dan topi pun tak pernah lupa.

"Lama tidak berjumpa Park Woojin"

Langkah Woojin pun terhenti, karena dia tidak mungkin memiliki kenalan jika dia menggunakan pakaian seperti ini.

Tak ada jawaban dari Woojin, dia hanya menatap orang itu saja, tapi dia merasa kesal harus bertemu dengan manusia satu ini.

"Bersikaplah yang ramah jika bersama teman sendiri Woojin" Pemuda itu bersemirik, karena akhirnya dia bisa menemukan Woojin.

"Bagaimana kalo kita bicara ditempat yang lebih baik" tawar pemuda tadi.








•••

Joo Haknyeon nama dari pemuda itu, dia merupakan teman dekat Woojin tapi itu dulu, saat Woojin diterima bekerja dengan Bos Dongho sementara Haknyeon tidak.

"Kabar Bos baik bukan?"

Mereka sekarang berada di atap gedung, tapi Woojin hanya diam saja dia berfikir kenapa harus bertemu dengan Haknyeon sekarang.

"Aku tidak ada banyak waktu" ucap Woojin tapi masih engan untuk menatap lawan bicara.

Haknyeon tersenyum saja, "Tentu kau sibuk, pasti bekerja disana tidak lah mudah, seandainya saja aku juga diterima pasti aku juga sangat sibuk"

Ini lah yang Woojin paling tidak suka, jika dia bertemu dengan temannya dulu pasti akan membahas masa lalu mereka, yang menyakitkan.

"Dari awal kita berjuang bersama, tapi akhirnya hanya kau yang di pilih, dan aku di buang begitu saja"

Tatapan mata itu menyiratkan rasa luka yang teramat dalam, dan juga kebencian yang sangat besar.

"Maaf kan aku" Woojin mengerti jika Haknyeon pasti akan sangat terluka, tapi di sini bukan lah Woojin yang bersalah.

Woojin terpilh karena dia giat latihan, dan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa melakukan hal yang dia kuasai.

"Kau memang selalu di atas ku, dan aku banga memiliki teman seperti diri mu Woojin" pujian itu hambar, ekspresi wajah tidak mencerminkan kata-kata yang terucap.

"Aku juga senang memiliki teman seperti diri mu" Woojin pun bisa membaca situasi saat ini.

Setelahnya Woojin memilih pergi dari sana, "Kau memiliki tugas yang menarik rupanya" langkah itu langsung terhenti.

Kill or Get Killed-NielChamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang