___
If you want it, take it
I should have said it before
Tried to hide it, fake it
I can't pretend anymoreI only want to die alive
Never by the hands of a broken heart
I don't wanna hear you lie tonight
Now that I've become who I really amThis is the part when I say I don’t want ya
I'm stronger than I've been before
This is the part when I break free
'Cause I can't resist it no moreBreakfree-ArianaGrande
Dengan kondisi setengah sadar, tangan kananku mencari keberadaan ponsel yang berbunyi. Saat tanganku mendapatkan benda pipih tersebut, dengan mata yang masih terpejam aku mematikan alarm yang selaluku pasang setiap pagi.
Aku meletakkan ponselku asal dan kembali untuk tidur lagi. Namun, lagi-lagi alarm ponselku berbunyi. Dengan kesal aku kembali mengambil ponsel dan mematikan alarm tersebut.
Aku mengerjapkan mata berkali-kali, sesekali aku menguap lebar dengan posisi tanganku menutup mulutku. Dengan malas aku pun bangun kemudian duduk di tepi tempat tidurku sambil memainkan ponsel yang sekarang sudah berada ditanganku.
"Sayang",
Suara bunda membuatku yang sedang menggeser-geserkan layar ponsel berhenti melakukan aktivitas tersebut. Segera aku memandang bunda yang sedang berjalan mendekatiku dengan senyumannya.
"bunda pikir kamu belum bangun" ucap bunda sembari mengelus kepalaku. Aku memeluk bunda yang sekarang sudah duduk berada disampingku. "Indi hari ini gak sekolah ya, bun" gumamku dengan suara yang masih serak.
"loh kenapa?" tanya bunda lembut.
"Malass aja bun. Lagian belum mulai kok aktivitas belajarnya." jawabku sambil melepaskan pelukkan.
"tapi dibawah, temen kamu udah jemput".
Aku hanya menghela nafas dengan berat. "awal banget" lirik ku setelah melihat jam didinding yang baru menunjukkan pukul 06.18. "yaudah aku mandi dulu ,bun" ucapku yang kini sudah melangkah menuju kamar mandi.
Tak butuh waktu 15 menit untuk bersiap-siap. Aku menatap diriku dipantulan cermin, "cantik" pujiku kepada diriku sendiri. Aku membiarkan rambut panjangku terurai begitu saja, tak lupa aku membawa ikat rambut berwarna hitam yang sudah berada di pergelangan tanganku. Kemudian aku mengambil tasku sebelum pergi meninggalkan kamar.
Langkah kakiku terhenti di dua tangga terakhir. Pandanganku sekarang tertuju pada dua orang pria yang saling berhadapan di meja makan sedang tertawa.
"kejadian langka yang harus diabadikan", pikirku sambil mengeluarkan ponsel yang berada di kocek sweter. Dengan cepat aku memotret Alvin yang sedang tertawa bersama ayah.
"ngetawain apa sih?" tanyaku sambil menarik kursi yang berada didepanku. Baru saja aku menduduki kursiku, ayah beranjak dari kursinya masih dengan suara tawanya. Dan alvin? Dia kembali menampakan wajah datarnya.
Aku mengambil roti dan mengoleskan coklat dengan banyak diatas rotiku. Kemudian memakannya tanpa mempedulikan alvin yang kini sedang melihatku dengan tatapan "ilfeel" mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Am
Teen FictionAlvino Rifaldika, memutuskan untuk menentang kenyataan karena masa lalunya yang begitu indah. *** "Perlakuan manis yang kamu berikan selama ini adalah sebuah kebohongan yang dapat membuat aku benar-benar merasa dicintai." - Indira Nafeeza *** Sampai...