5

14 1 0
                                    

Memang benar jika keindahan itu hanya sesaat, memudar dengan sangat cepat. Satu persatu kelopak kuncup yang awalnya berwarna indah itu kini perlahan-lahan merubah warnanya menjadi agak sedikit kecoklatan dan bahkan menjatuhkan diri tanpa takut.

Batang yang awalnya terlihat kuat dan kokoh untuk menegakkan keindahannya pun kini mulai membungkuk. Menambahkan penjelasan bahwa mereka sedang rapuh sekarang.

Aku menatap nanar kearah bunga tulip yang diberikan alvin kepadaku dua minggu yang lalu. Kalian masih ingat bukan? Saat alvin membawaku ke toko bunga. Ah, bukan membawa tapi aku yang mengikuti dia.

[flashback on]

lo kenapa lagi sih?" ujarku setengah berteriak sambil memegang hidungku yang sakit.

Alvin berbalik menghadapku dan menyerahkan buket bunga mawar putih yang berada di tangannya kepadaku. "lo duluan" katanya sambil melewatiku.

Aku memandang alvin yang nampaknya sedang berjalan ke arah kasir lagi. Aku pun mengedikan bahuku dan mulai mendorong pintu toko untuk keluar. Dan menunggu alvin di dalam mobilnya.

Beberapa menit kemudian alvin datang dan masuk kedalam mobilnya dengan sebuket bunga tulip berwarna putih bercampur merah muda.

"nih buat lo" ucapnya sambil menyodorkan buket bunga kearahku.

"gue gak suka bunga" ucapku tanpa mengambil bunga yang berada ditanggannya itu.

Dia hanya memandangku malas. "mulai sekarang lo harus suka bunga" katanya lagi dan meletakkan bunga di atas pangkuanku tanpa persetujuan."

[flashbackoff]

Entah kenapa dengan kalimatnya yang mengharuskanku untuk menyukai bunga itu, seakan-akan aku berpikir untuk merawat bunga yang diberikannya. Dan akhirnya, aku pun merawat bunga itu.

Mulai dengan memberikan vas yang sesuai dengan ketinggiannya agar dia dapat bersandar dengan nyaman. Memperhatikan suhu ruangan kamarku dan menjauhkannya dari paparan sinar matahari langsung agar bunga tersebut tidak cepat layu dan mekar.

Bahkan sesekali aku menghubungi jasa toko bunga online untuk bertanya bagaimana cara merawat bunga tulip.

Aku kembali menatap kumpulan bunga tulip yang berada di meja belajarku itu. Menatap salah satu dari mereka yang sekarang sudah tak memiliki kelopak lagi. Semuanya akan menjadi seperti ini pada akhirnya. Tidak lagi indah dan menarik.


Seperti hubunganku dengan alvin bukan?  Tidak indah dan tidak menarik dari awal pertemuan. Tidak seperti tulip yang sedari awal sudah indah dan menarik walau hanya sesaat.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 17.35. Aku baru saja keluar dari kelas musik. Semenjak sekolah sudah mulai beraktifitas seperti biasa,  aku memutuskan untuk mengambil exschool musik. Aku melangkahkan kakiku menuju parkiran dan melihat alvin yang juga menuju kearah sana.

"alvinnn" teriakku sambil berlari mendekatinya.

Alvin pun berhenti dan menoleh kearahku. Kemudian melanjutkan langkahnya.

"lo.. baru... selesai.... rapat..... ya?" tanyaku dengan nafas ngos-ngosan saat aku sudah menjajarkan langkahku dengan langkahnya. Alvin pun hanya mengangguk.

Aku pun hanya ber oh saja. Tak berminat untuk mengajaknya berbicara lagi. Karena percuma saja jika hanya dijawab dengan anggukan, gelengan dan bahkan tatapan datarnya seperti biasa.

The Way I AmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang