|5| Ma Cherry

10 1 0
                                    

Sudah seminggu Jana tidak mau bertemu dengan Dirga. Tidak hanya menolak kedatangan lelaki itu di rumahnya, tapi juga mengabaikan semua panggilan dan pesan yang Dirga kirim. Di kampus, entah bagaimana caranya, Jana juga berhasil menghindari pertemuan dengan Dirga.

Seperti kucing-kucingan.

Dan sial sekali Dirga, karena gadis pujaan hatinya kali ini memenangkan permainan konyol ini.

Dirgantara mengetatkan rahang setelah mendengar info dari teman sekelas Jana bahwa gadis itu merombak seluruh jadwal kuliahnya. Yang jelas membuat Dirga kebingungan. Baru seminggu kuliah menggunakan jadwal yang disusun dengan bantuan Dirga, lalu Renjana sudah mengubahnya? Tentu Sanjaya berperan penting dalam membantu Renjana mengurus jadwal sialan itu.

Otak Dirga mulai mempertimbangkan dukun teluh untuk mengirim satu atau dua penyakit ke tubuh Sanjaya.

Itu jika Dirga berniat dimusuhi Renjana selama sisa hidupnya. Great!

Memutuskan untuk pergi dari kampus, karena sudah seharian Dirga susah payah mencari Jana tapi tidak mendapatkan hasil sesuai keinginan. Dia memacu motor Triumph miliknya menuju dojo. Setidaknya ada beberapa orang untuk menampung kekesalannya hari itu.

"Bos nggak ada di sini," kata Kalil menyambut kedatangan murid lamanya.

"Gue nggak nyariin dia, tuh," Dirga melepas jaket dan kaos oblongnya, mencampakkan keduanya di lantai. Tanpa repot ke ruang ganti, Dirga berganti celana di depan Kalil yang menaikkan alis. "Lo lagi nggak ada kerjaan, kan?"

Kalil mengangguk.

"Bagus," gumam Dirga. "Sparing sama gue! Yang kalah traktir makan."

Kalil bersedekap. "Kalo butuh samsak, di pojok sana ada samsak baru yang cukup keras. Gue nggak berniat pulang ke rumah tanpa nyawa. Bini gue lagi bunting soalnya."

"Oh," Dirga menatap Kalil lama. "Lo udah nikah?"

Mata Kalil memutar malas. "Mau gue panggil anggota muda buat lo? Beberapa lagi nganggur."

"Boleh," Dirga menyetujui.

Kalil keluar dari ruangan yang sore itu sepi tanpa ada latihan. Beberapa menit kemudian pria pelontos tadi kembali bersama empat laki-laki yang memiliki tubuh berorot dan tampang tengil.

"Ck," decak Dirga.

"Bos bisa marah kalau tahu ini," sahut Kalil dengan nada seharusnya-lo-paham yang dibarengi dengusan. "Cuma sparing. Jangan sampe ada yang harus ke rumah sakit!"

Empat orang lelaki yang semuanya berbadan lebih besar dari Dirga itu menatap Dirga remeh. Mereka meregangkan badan sejenak. Lalu yang berwajah paling lumayan enak dilihat masuk ke ring gulat.

Dirga menghela napas.

"Cuma sparing?" gumam Dirga sambil melirik Kalil yang dengan gestur lambaian tangan meminta Dirga segera naik ke atas arena.

"Lo anak baru, heh?" sapa si tengil yang sedari tadi memiliki gelagat ingin unjuk gigi di depan Kalil dan teman-temannya. Dirga menggumam pelan, tidak jelas. "Badan lo kurus."

Kepala Dirga otomatis menunduk untuk melihat tubuhnya. Lalu melihat tubuh khas binaraga yang dimiliki lawannya. Dia mendengus geli. Itu tipikal tubuh yang menghabiskan berjam-jam di tempat gym dengan usaha ekstra keras.

"Astaga, Sanjaya. Makin lama semua anak buah lo makin mirip lo," gerutu Dirga. Kemudian dia menyeringai, "But, that's great. It won't be hard to pretend that it's you."

Tidak butuh waktu lama, hanya setengah jam. Empat anggota baru yang Kalil bawa sudah mengerang memegangi bagian tubuh mereka yang mendapat hantaman tinju Dirga atau salah satunya memegangi bahunya yang mungkin mengalami dislokasi tulang.

Dirga & JanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang