Menyesal saat sudah terjadi tak ada gunanya.
tak kan membuat suasana akan berubah.
inilah titik temunya hidupku akan dipenuhi dengan banyak masalah.
.
.
."WOI BELAJAR ENTAR KITA ULANGAN!!!" teriak Wiranty sarkas.
"Cot, gua lagi mabar Mobile legend" tegur Fajar yang merasa terganggu
"Stop woy!, disekolah itu bukan tempat untuk main game!" Celetuk Hanin salah satu warga kelas sepuluh Sosial tiga lebih tepatnya teman sohib Wiranty.
"OH YAH? KALAU GITU DISEKOLAH JUGA BUKAN TEMPAT UNTUK BOOMERANG DONG?!" Balas Fajar ketus membuat seisi ruangan hening seketika.
"Lo apa-apaan sih Jar. Kok lo ngeselin banget," ucap Wiranty dengan nada seperti ingin menangis, heazel matanya tampak berkaca-kaca.
"Gua gak ngeselin kok, gua cuma ngomong apa yang harus gua omongin, dan omongan gua gak salah!" Balas Fajar tersenyum kecut kearah Wiranty lalu kembali fokus ke hape-nya.
"Tetap aja lo gak ngehargaiin Wiranty yang udah cape-cape nyampain informasi," bela Hanin mendekati bangku Fajar.
"Oh yah? Mau berapa sih dihargaiin, jangan mahal-mahal gua lagi gak ada Uang!" Balas Fajar tertawa renyah kearah Wiranty dan Hanin.
"DIHARGAIN BUKAN BERARTI DI RUPIAHKAN!" Bentak Wiranty berlari keluar kelas.
"Lo tuh yah..." tunjuk Hanin tepat di wajah Fajar, membuat Fajar berdiri dari tempat duduknya, sebenarnya ia malas menganggapi teman sekelasnya ini.
"Kenapa? Jadi cewek tuh gak usah caper! Kalo mau dihargai, yah belajar menghargai orang lain terlebih dahulu. Jaga etika kalau lagi bicara, keluarga lo gak ngajarin tata krama saat berbicara yang baik ke orang lain?" Tangkap Fajar menurunkan jari telunjuk Hanin yang ada di wajahnya.
"Erghhh..." geram Hanin dengan tatapan kebencian.
"Kenapa?" Pancing Fajar menaikkan sebelah alisnya menimbulkan kesan sombong, Hanin yang melihat itu hanya berkacak pinggang lalu pergi meninggalkan Fajar.
***
Kadang tuh suka heran kenapa temen sekelas cewek susah berbaur daripada temen cowok kayak susah banget buat nyatu pasti ada aja geng berkelompok, kalian gitu gak sih di kelas?
Gua dikelas gak ada temen, kadang kemana mana sendiri paling satu dua yang negur, di kelas tuh sudah ada semua Circle nya jadi susah buat gabung main.
Beda sama temen cowok di kelas gak ada namanya kelompok si A dan kelompok si B. Jelasnya sih netral gak mihak siapapun, kadang suka sedih aja gitu pengen punya temen tapi gak ada satupun
Gua sudah biasa apa-apa sendiri cuma yang susah tuh pas dapet tugas sekolah, kerja kelompok pasti sulit banget dapet kelompok soalnya udah pada ada kelompoknya sendiri- sendiri.
"WOI GUA BERUNTUNG BANGET SEKOLAH DISINI, SELAIN SPPNYA MAHAL, GURUNYA JARANG MASUK DAN ENAKNYA KITA JUGA JARANG BELAJAR!" Teriak Roland dengan gaya angkuhnya berjalan menyusuri koridor antara kelas sepuluh Sosial tiga dengan sepuluh Sosial dua.
"Ck! Ngakak njir" celetuk Irwan menujuk Roland tertawa terbahak-bahak.
"That rights," sambung Salman mengangguk-anggukan kepalanya.
"True!" ucap Dipa mengacungkan jari jempolnya
"Asli. Keren parah bro," sahut Ahmad tersenyum miring.
"Cocok banget jadi slogan kelas kita," timpal Sultian tertawa cekikikan.
"Ck! Kelas buangan" ucap Fajar dengan datar.
"Wkwkwkw," tawa mereka seketika pecah mendengar beberapa celetukan-celetukan aneh.
"Nis!" Panggil Fajar dengan sarkas. Merasa namanya terpanggil Anisa pun menoleh sekilas lalu kembali fokus ke bukunya, sepasang mata menatap penuh curiga kearah mereka.
"Cie-cie," ceng Ceng cowok di kelas
Ada sebagian cewek menatap dengan tatapan tidak suka ke Anisa.
"Tu anak sumpah yah minta di smach down" -geram hati Anisa.
"Nis, ajarin gua Sosiologi bagian A, B, dan C dong," ucap Fajar yang entah kapan sudah berada di samping Anisa.
"Belajar sendiri!" Ketus Anisa.
"Kata emak gua, ilmu tuh dibagi-bagi, gaboleh pelit." Fajar kembali bersuara.
"Itu kata emak lo, kata gua beda," Finish Anisa memasang wajah datarnya.
"Kata ajaran islam barang siapa yang membagi ilmu kepada sesama muslim niscaya haram baginya menyentuh neraka," ucap Fajar meniru gaya bicara Ustadz di TV pada umumnya.
"Iyah, iyah. Gua tau," Nyerah Anisa mendelik Fajar geram.
"Tuh kan marah lagi."
"Banyak bacot lo lama-lama!"
"Gak ada bacotan dunia sepi Nis."
"Serah!"
"Ajarin gua yah?"
"Bisa gak sih. Gausah di ulang-ulang, iyah gua ajarin. gausah kayak anak kecil yang lagi ngemis permen!" Tukas Anisa menatap Fajar dengan sorotan tajam.
"Yaudah, gua boleh duduk disamping lo kan?"
"..."
"Terus gua duduk dimana?"
"Di bumi."
"Dasar! Upil kuda."
"Dari pada lo upil onta!"
"Yah bagus dong, onta kan hewan yang mulia hwekkk," ucap Fajar sembari menjulurkan lidah ke arah Anisa.
"Ck! Serah lo."
"Cie kalah telak," rayu Fajar mendapat tatapan tajam dari Anisa.
"Bisa gak sih gak usah banyak bacot, mau gua ajarin gak?" Kesal Anisa penuh penekanan.
"Hehe... iyadeh maaf," ucap Fajar cengengesan.
"Kita kerjain sama-sama, lo cari bagian A, gua cari bagian B dan C. Jangan ngasal ngisinya, jawabannya harus ada di buku sebelum ngisi soal makanya baca dulu biar tau."
"Iya, iya. gua ngerti," paham Fajar sedikit mencuri padang ke arah Anisa yang sedang serius mengerjakan soal.
Hay readers akoh yang akoh cinta sayangi dan di do'akan supaya menjadi anak yang pandai.
Minta maaf Lindi tuh soalnya jarang Up :)
Follow ig author
@lnndi30
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR & ANISA (ON GOING)
RandomJangan lupa follow sebelum baca Hidup itu kejam, makanya lo jangan lemah!