XII END

4.1K 449 52
                                    

Jeongin melempar bola tenis mainan Ururu ke tembok di depannya. Ia sedang berada di dalam kamarnya, sesuai dengan permintaan bibinya. Namun, hingga 30 menit berselang tak ada instruksi untuk segera keluar dan menemui keluarganya.

Ururu menatap Jeongin iba, seolah paham akan kesedihannya. Jeongin mengusap lembut kepala shiba manis itu dan memasang senyum seolah berkata bahwa ia baik-baik saja.

Tok... Tok...

Pintu kamar tempat ia bersandar terketuk. Ia bertanya-tanya, kira-kira siapa yang ada di balik sana. Apakah Hyunjin? Atau mungkin ibunya? Tapi, Jeongin masih tidak berniat bangkit dari tempatnya.

"Jeongin," sapa suara itu lembut. Jeongin sontak membulatkan kedua matanya, pasalnya kini ayahnya tengah berbicara dengan begitu lembut padanya. Berbeda dari biasanya, kali ini ayahnya tidak berkata dengan nada yang keras dan kasar.

"Maafin Ayah, Sayang. Ayah nggak pernah mengerti kamu, nggak pernah sekalipun luangkan waktu bersama kamu dan Hyunjin. Jarang pulang, dan waktu pulang pun ayah hanya bisa memarahi kalian berdua."

"Ayah memang bukan orang tua yang baik untuk kalian. Ayah akui, sudah banyak kata-kata kasar yang keluar dari mulut ayah dan itu menyakiti kalian." Samar-samar terdengar suara isakan dari luar sana, "Tapi bukan berarti Ayah tidak menyayangi kamu, Jeongin. Ayah menyayangi kamu, sama seperti Ayah menyayangi Hyunjin."

"Dan soal perkataan Ayah tempo hari, Ayah tahu itu kelewatan. Ayah nggak berharap akan dimaafkan, tapi biarin Ayah menebus semua kesalahan yang sudah Ayah lakukan."

"Pulang bersama kami ya, Jeongin? Kami rindu kamu."

Hening. Hening hingga beberapa saat kemudian. Tak kunjung terdengar tanda-tanda pintu yang membatasi jarak pandang keduanya akan segera terbuka. Namun, tak berselang lama secarik kertas berisi tulisan tangan Jeongin yang rapi datang dan menyapanya.

'Jeongin nggak tau harus bereaksi bagaimana. Jeongin pergi bukan karena merasa kecewa dan marah sama Ayah, melainkan karena Jeongin marah sama takdir yang membuat Jeongin nggak bisa leluasa berbicara sama Ayah.'

Tulisan terhenti. Kertas yang lain datang.

'Jeongin memang bisa mendengar berkat usaha Ibu dan Ayah, tapi kalian terkadang masih kesulitan memahami apa yang Jeongin rasakan. Jeongin kecewa, kenapa Jeongin harus dilahirkan cacat seperti ini. Jeongin jadi kesulitan untuk mengekspresikan diri sendiri ke orang lain karena kesulitan berbicara.'

Kertas yang lain datang menyusul, sepertinya terakhir. Karena dari dalam kamar tak terdengar suara pena dan kertas beradu satu sama lain.

'Jeongin kira dengan pergi jauh dari kalian akan membuat suasana jadi jauh lebih baik. Tapi, semuanya malah semakin runyam. Jeongin sedih karena sudah membuat semua orang sedih dan merasa cemas. Jeongin minta maaf.'

Dan bersamaan dengan itu pintu kamar di depannya terbuka, menampakkan Jeongin yang berurai air mata. Ayahnya pun sama tak jauh berbeda.

"Jeongin!" Ia berhambur memeluk si bungsu dengan erat, terisak keras tanpa malu karena telah menjadi pusat perhatian seisi rumah. "Maafin Ayah."

Jeongin menepuk-nepuk bahu sang ayah sembari menggeleng dan terisak kecil. 'Bukan salah Ayah,' batinnya berbicara.

end.

---
aku tim happy ending sih, sad endingnya simpan aja ya buat kapan-kapan. dan... aku gatau bakal ada epilog atau nggak, aku masih kesulitan buat bikin epilog, guys😢

aku pengen tahu dong, gimana kesan dan pesan kalian setelah baca buku ini? kalian nemu buku ini di mana? dan apa first impression kalian sama buku ini?

selebihnya, aku ucapkan banyak terima kasih buat kalian yang bersedia baca buku tidak berarti ini. aku sadar banyak kekurangan dalam ceritaku, penggunaan bahasanya juga cukup amburadul belum lagi kata baku yang belum sesuai kaidah KBBI. aku minta maaf banget, nggak bisa balas semua komen kalian, tapi aku selalu baca kok! maaf ya, udah bikin kalian banyak ngumpat😢

so, cukup di sini aja bacotan tidak berfaedahku. tunggu ceritaku di buku selanjutnya, ok?

btw btw, update hari ini spesial karena m/v teaser 1 udah rilis dong?

i love y'all!!🙆💟

Twins ㅡ hyunjeong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang